Kadmium dapat terserap untuk bahan organik dalam tanah. Ketika kadmium hadir di tanah itu bisa sangat berbahaya, karena serapan melalui makanan akan
meningkat. Tanah yang diasamkan meningkatkan serapan kadmium oleh tanaman. Hal ini merupakan potensi bahaya binatang yang tergantung pada tanaman
untuk bertahan hidup. Kadmium dapat terakumulasi dalam tubuh bintang tersebut, terutama ketika makan beberapa tanaman. Sapi mungkin memiliki jumlah besar
kadmium dalam ginjalnya karena ini. Cacing tanah dan organisme tanah penting lainnya sangat rentan untuk keracunan kadmium. Cacing bisa mati pada konsentrasi
sangat rendah dan memiliki konsekuensi bagi struktur tanah. Ketika konsentrasi kadmium di tanah tinggi mereka dapat mempengaruhi proses mikroorganisme tanah
dan ancaman ekosistem seluruh tanah Khan, 2008. Dalam ekosistem air kadmium dapat terakumulasi dalam remis, tiram, udang,
lobster dan ikan. Kerentanan terhadap kadmium dapat sangat bervariasi antara organisme perairan. Organisme air laut dikenal lebih tahan terhadap keracunan
kadmium daripada organisme air tawar. Hewan yang makan atau minum kadmium kadang-kadang mendapatkan tekanan darah tinggi, penyakit hati dan saraf atau
kerusakan otak.
b. Efek kadmium Cd Terhadap Kesehatan Manusia
Menurut darmono 1995, efek kadmium terhadap kesehatan manusia dapat bersifat akut dan kronis. Kasus keracunan akut kadmium kebanyakan melalui saluran
pernapasan, misalnya menghisap debu dan asap kadmium terutama kadmium oksida CdO. Gejala yang timbul berupa gangguan saluran pernapasan, mual, muntah,
Universitas Sumatera Utara
kepala pusing dan sakit pinggang. Akibat dari keracunan akut ini dapat menimbulkan penyakit paru-paru yang akut dan kematian.
Efek kronis terjadi dalam selang waktu yang sangat panjang. Peristiwa ini terjadi karena kadmium yang masuk ke dalam tubuh dalam jumlah yang kecil
sehingga dapat ditolerir oleh tubuh. Efek akan muncul saat daya racun yang dibawa kadmium tidak dapat lagi ditolerir tubuh karena adanya akumulasi kadmium dalam
tubuh. Efek kronis dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok Palar, 2008, yaitu:
a Efek Kadmium Terhadap Ginjal Ginjal merupakan organ utama dari dari sistem urinaria hewan tingkat tinggi
dan manusia. Pada organ ini terjadi peristiwa akumulasi dari bermacam- macam bahan termasuk logam kadmium. Kadmium dapat menimbulkan
gangguan dan bahkan kerusakan pada sistem kerja ginjal terutama ekskresi protein. Kerusakan ini dapat dideteksi dari tingkat atau kandungan protein
yang terdapat dalam urin. Petunjuk lain berupa adanya asam amino dan glukosa dalam urin, ketidaknormalan kandungan asam urat serta Ca dan
Protein dalam urin.
b Efek Kadmium Terhadap Paru-paru Keracunan yang disebabkan oleh kadmium lebih tinggi bila terinhalasi
melalui saluran pernapasan daripada saluran pencernaan. Efek kronis kadmium akan muncul setelah 20 tahun terpapar kadmium. Akan muncul
Universitas Sumatera Utara
pembengkakan paru-paru pulmonary emphysema dengan gejala awal gangguan saluran napas, mual, muntah dan kepala pusing.
c Efek Kadmium Terhadap Tulang Serangan yang paling hebat karena kadmium adalah kerapuhan tulang. Efek
ini telah menggoncangkan dunia internasional sehingga setiap orang dilanda rasa takut terhadap pencemaran. Efek ini timbul akibat kekurangan kalsium
dalam makanan yang tercemar kadmium, sehingga fungsi kalsium darah digantikan oleh logam kadmium yang ada. Pada akhirnya kerapuhan pada
tulang-tulang penderita yang dinamakan itai-itai disease. d Efek Kadmium Terhadap Darah dan Jantung
Efek kronis kadmium dapat pula menimbulkan anemia karena CdO. Penyakit ini karena adanya hubungan antara kandungan kadmium yang tinggi dalam
darah dengan rendahnya hemoglobin. e Efek Kadmium Terhadap Sistem Reproduksi
Daya racun yang dimiliki oleh kadmium juga mempengaruhi sistem reproduksi dan organ-organnya. Pada konsentrasi tertentu kadmium dapat
mematikan sel-sel sperma pada laki-laki. Hal inilah yang menjadi dasar bahwa akibat terpapar uap logam kadmium dapat mengakibatkan impotensi.
Impotensi yang terjadi dapat dibuktikan dengan rendahnya kadar testoteron dalam darah.
Universitas Sumatera Utara
2.5. Kerang Bivalvia