konflik. Pada umumnya, pembagian warisan dalam masyarakat Karo dilakukan ketika orang tua dalam keluarga sudah meninggal dunia. Konflik perebutan tanah warisan ini
biasanya terjadi pada beberapa generasi berikutnya, dengan alasan merasa tidak puas terhadap aturan-aturan yang sudah berlaku selama ini. Adapun pihak-pihak yang
berkonflik dalam perebutan tanah warisan tersebut adalah antara sesama saudara kandung, antar saudara sepupu yang ayahnya bersaudara kandung, konflik dengan
saudara kandung ayahnya, konflik antar saudara laki-laki dan saudara perempuan, konflik antara keturunan saudara laki-laki nya dengan keturunan saudara perempuannya, dan
juga antara paman dan keponakannya. Penulis merasa tertarik untuk mengkaji permasalahan konflik di kalangan
masyarakat Karo, disebabkan karena penulis melihat bahwa pembahasan kasus konflik yang ada selama ini kurang mendetail, sehingga dalam tulisan ini juga penulis ingin
mengkaji bagaimana sebenarnya proses terjadinya konflik dalam masyarakat Karo dan bagaimana penyelesaian konflik tersebut di lakukan. Dalam penyelesaian konflik tanah
pada masyarakat Karo, mungkin agak berbeda dengan kasus konflik pada masyarakat lainnya. Hal ini disebabkan karena dalam masyarakat Karo, ikut berperan nya “dalikan
sitelu” tungku yang berkaki tiga, yaitu senina, kalimbubu, dan anak beru dalam penyelesaiaan konflik tanah tersebut.
1.2. Perumusan Masalah
Agar penelitian dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka penulis harus merumuskan masalah sehingga jelas dari mana harus di mulai. Kemana harus pergi,
Universitas Sumatera Utara
dan dengan apa Arikanto, 2002:22. Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah faktor-faktor penyebab terjadinya konflik perebutan tanah
warisan? 2.
Bagaimana penyelesaian konflik tanah tersebut dilakukan?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: 1.
Untuk memgetahui dan menganalisis bagaimana proses terjadinya konflik tanah pada masyarakat Karo.
2. Untuk mengetahui bagaimana penyelesaian konflik tanah tersebut
dilakukan.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah: 1.
Untuk melatih kemempuan akademis sekaligus penerapan ilmu pengetahuan sosiologis yang telah di peroleh penulis.
2. Sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya yang mempunyai
ketertarikan dengan masalah penelitian ini. 1.4.2.
Manfaat Praktis Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah:
Universitas Sumatera Utara
2. Data-data peneliian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perumus
kebijakan dan instansi terkait. 3.
Hasil penelitian ini dapat memberi masukan bagi warga yang terlibat dalam konflik.
1.5. Defenisi Konsep
Dalam sebuah penelitian ilmiah, defenisi konsep sangat di perlukan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian. Konsep adalah defenisi, suatu abstaksi
mengenai gejala atau realita suatu pengertian yang nantinya akan menjelaskan suatu gejala. Di samping mempermudah dan memfokuskan penelitian, konsep juga berfungsi
sebagai panduan bagi peneliti untuk menindaklanjuti kasus tersebut serta menghindari timbulnya kekacauan akibat kesalahan penafsiran dalam penelitian.
Konsep-konsep penting dalam penelitian ini adalah: •
Konflik tanah adalah perbedaan kepentingan antara berbagai
pihak, baik individu maupun kelompok yang memiliki tujuan atau maksud yang tidak sejalan terhadap satuan bidang tanah wilayah
daratan tertentu yang menimbulkan perselisihan dan benturan- benturan.
•
Tanah warisan adalah warisan nenek moyang yang diperuntukkan
bagi warga desa tertentu, tanah komunal yang tidak di perjual belikan, warga hanya punya hak kelola saja bukan hak untuk
memiliki.
Universitas Sumatera Utara
•
Suku Karo adalah suku bangsa yang berasal dari dataran tinggi
Karo, dan ada sebagian yang menyebar merantau keseluruh pelosok tanah air. Suku Karo yang di maksud dalam peelitian ini
adalah penduduk desa Kuta Rayat, Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo.
•
Resolusi konflik adalah upaya-upaya yang menangani sebab-
sebab konflik dan berusaha membangun hubungan-hubungan baru yang bisa tahan lama diantara kelompok-kelompok yang
bermusuhan. Resolusi konflik mengacu pada strategi-strategi untuk menangani konflik terbuka dengan harapan tidak hanya mencapai
suatu kesepakatan mengskhiri kekerasan penyelesaian konflik, tetapi juga mencapai suatu resolusi dari berbagai perbedaan
sasaran yang menjadi penyebabnya Fisher, 2001:7-8. Dalam penelitian ini yang dimaksud sebagai resolusi konflik adalah upaya
yang dilakukan oleh warga untuk menyelesaikan konflik dan mencapai kesepakatan yang bisa diterima oleh pihak-pihak yang
terlibat dalam konflik. •
Daliken Sitelu adalah tungku yang tiga Daliken = batu tungku, Si
= yang, Telu tiga. Arti ini menunjuk pada kenyataan bahwa untuk menjalankan kehidupan sehari-hari, masyarakat tidak lepas dari
yang namanya tungku untuk menyalakan api memasak. Lalu Rakut Sitelu berarti ikatan yang tiga. Artinya bahwa setiap individu
Universitas Sumatera Utara
Karo tidak lepas dari tiga kekerabatan ini. Namun ada pula yang mengartikannya sebagai sangkep nggeluh kelengkapan hidup.
•
Garis Keturunan Patrilineal adalah suatu adat masyarakat yang
mengatur alur keturunan berasal dari pihak ayah
. Kata ini
seringkali disamakan dengan patriarkhat atau patriarkhi,
meskipun pada dasarnya artinya berbeda. Patrilineal berasal dari dua kata, yaitu pater
bahasa Latin yang berarti ayah, dan linea
bahasa Latin yang berarti garis. Jadi, patrilineal berarti mengikuti garis keturunan yang ditarik dari pihak ayah.
•
Senina adalah mereka yang bersodara karena mempunyai merga
dan submerga yang sama. •
Kalimbubu adalah kelompok pemberi isteri kepada keluarga
tertentu. •
Anak beru adalah pihak yang mengambil isteri dari suatu keluarga
tertentu untuk diperistri. Anak beru dapat terjadi secara langsung karena mengawini wanita keluarga tertentu, dan secara tidak
langsung melalui perantaraan orang lain. •
Perkuah Ate adalah sifat yang menyayangi orang tanpa
memandang status orang tersebut.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA