4.4. Proses Penyelesaian Konflik Perebutan Tanah Warisan pada Masyarakat Karo
Masalah pertanahan ini masih disadari sebagai faktor yang sangat rentan. Hal itu disebabkan tanah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Karena itu
banyak yang berkepentingan dengan tanah. Tanah bisa dijadikan tempat tinggal, tempat usaha, atau tempat berbagai lokasi kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya manusia.
Adanya keinginan untuk memiliki atau mendapatkan tanah, maka bisa menyebabkan munculnya konflik.
Konflik yang terjadi dapat bersifat horizontal, antara sesama warga masyarakat atau bersifat vertikal antara masyarakat dengan penguasa dengan pengusaha.
Berbagai konflik yang terjadi itu memang tidak bisa dilepaskan dari adanya kondisi kemiskinan masyarakat. Adanya pendapatan yang tidak adil serta ketimpangan dalam
pembagian lahan adalah juga merupakan penyebab dari munculnya fenomena kemiskinan di berbagai negara berkembang, termasuk Indonesia.
Konflik horizontal yang umum terjadi adalah perebutan tanah diantara anggota keluarga menyangkut tanah warisan. Tanah warisan yang merupakan tanah milik
orang tua, bila di wariskan kepada anak-anak, maka tentu saja jumlahnya akan mengecil. Diantara anggota keluarga itu tentu saja akan terjadi perselisihan karena merasa
pembagian tanah kurang merata atau kurang adil. Konflik seperti ini juga terjadi pada masyarakat Karo, dimana pada saat
pembagian tanah warisan semua keturunan mendapatkan bagian yang sama, namun jumlah keturunan dari penerima tanah warisan ini tentunya berbeda sehingga pada
keturunan ketiga mempermaslahkan karena merasa tidak adil. Konflik ini terjadi karena masyarakat berfikir kenapa terjadi perbedaan luas lahan yang saat ini mereka miliki tanpa
Universitas Sumatera Utara
memikirkan jumlah keturunan masing-masing. Pertikaian mengenai tanah juga bisa terjadi antara orang yang bertetangga di suatu permukiman. Sering kali konflik diantara
mereka timbul karena batas-batas milik tanah yang kurang atau tidak jelas. Dari berbagai macam persoalan yang memicu terjadinya konflik perebutan
tanah warisan pada mayarakat Karo, maka pihak keluarga dekat yang lain akan berusaha untuk menyelesaikan pertikaian tersebut. Penyelesaian konflik ini tercapai jika kedua
belah pihak yang berkonflik merasa tidak dirugikan, sehingga harus melalui cara-cara tertentu. Adapun teknik-teknik pemecahan konflik secara umum adalah sebagai berikut:
a. Teknik Kompetisi Competition
Teknik kompetisi adalah pemecahan masalah atau konflik sosial dengan cara menciptakan arena persaingan atau perlombaan.
b. Teknik Menghindari
Teknik menghindari atau avoidance adalah pemecahan konflik sosial dengan cara salah satu pihak yang berselisih menarik diri atau menghindari konflik yang terjadi, misalnya
salah satu pihak yang bertikai berusaha menghindari masalah yang terjadi dengan cara melakukan perpisahan secara fisik ataupun non fiisik.
c. Teknik Akomodasi
Teknik akomodasi adalah suatu bentuk proses sosial yang didalamnya dua atau lebih individu atau kelompok berusaha untuk saling menyesuaikan diri, tidak saling
mengganggu dengan cara mencegah, mengurangi, atau menghentikan ketegangan yang akan timbul atau yang sudah ada sehingga tercapai kestabilan keseimbangan. Ada
beberapa bentuk akomodasi, yaitu sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Koersi adalah suatu bentuk akomodasi yang prosesnya
dilakukan dengan paksaan. 2.
Kompromi adalah suatu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang teribat saling mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu
penyelesaian konflik. 3.
Arbitrasi adalah bentuk akomodasi yang menghadirkan pihak ketiga untuk mencapai suatu penyelesaian perselisihan.
4. Mediasi hampir menyerupai arbitrasi, namun pihak ketiga yang
netral diundang untuk mengusahakan penyelesaian secara damai.
5. Konsiliasi adalah suatu usaha untuk mempertemukan
keinginan-keinginan pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
6. Toleransi merupakan suatu bentuk akomodasi tanpa
persetujuan formal. 7.
Stalemete merupakan sejenis akomodasi, dimana pihak-pihak yang bertentangan mempunyai kekuatan seimbang, berhenti
pada suatu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya. 8.
Ajudikasi adalah penyelesaian perkara atau sengketa melalui pengadilan.
Dari berbagai teknik penyelesaian konflik sosial diatas, ada beberapa teknik yang dilakukan oleh masyarakat Karo dalam menyelesaikan konflik perebutan
Universitas Sumatera Utara
tanah warisan yang mereka alami. Berikut ini merupakan proses penyelesaian konflik perebutan tanah yang dilakukan pada masyarakat Karo.
Proses penyelesaian konflik perebutan tanah warisan yang dilakukan pada masyarakat Karo tidak terlepas dari campur tangan kalimbubu, sembuyak, dan anak beru.
Dalam masyarakat Karo pihak kalimbubu akan merasa keberatan jika pihak sembuyak nya mengalami perselisihan atau konfik, sehingga jika terjadi konflik perebutan tanah
warisan ini kalimbubu tidak bisa lepas tangan dan bertanggung jawab menyelesaikan konflik tersebut. Kalimbubu yang berfungsi untuk menyelesaikan perselisihan ini akan
mendatangi pihak yang berkonflik, walaupun tidak diundang bila mengetahui adanya konflik ini.
Hal ini disebabkan karena pihak kalimbubu juga merasa keberatan jika kerabatnya berkonflik, sebab jika ada pesta adat disalah satu keluarga yang berkonflik
maka akan timbul keseganan atau ketidak nyamanan terhadap pihak lain karena takut dianggap memihak salah satu dari mereka. Hal ini merupakan gambaran bahwa
kalimbubu tidak ingin melukai perasaan anak beru nya. Dalam masyarakat Karo terdapat suatu tradisi yang sudah tertanam sejak lama yaitu “ metami man anak beru” , karena
anak beru memiliki tugas untuk melaksanakan semua keperluan-keperluan kalimbubu nya.
Pihak kalimbubu akan mendatangi pihak yang berkonflik secara terpisah dan berusaha untuk mencari tahu akar permasalahannya dan berusaha untuk memberi
solusi agar tercapai perdamaian. Demikian juga halnya dengan anak beru, mereka senantiasa akan berusaha mendamaikan kalimbubu nya, karena kalimbubu dalam
masyarakat Karo dianggap sebagai Dibata Ni Idah Tuhan yang Kelihatan.
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat Karo memiliki kepercayaan, apabila kalimbubu tersakiti hati nya akan menimbulkan mala petaka, misalnya padi tidak tumbuh di tanam, dan
sebagainya. Dalam masyarakat karo anak beru harus memahami sura-sura keinginan kalimbubu nya, dan harus mehamat erkalimbubu hormat, segan terhadap Kalimbubu.
Oleh karena itu, jika terjadi konflik perebutan tanah warisan, anak beru wajib ikut campur dengan cara mendamaikan kedua pihak yang berkonflik. Anak beru harus
bersikap netral agar tidak timbul permasalahan yang baru. Apabila penyebab konflik perebutan tanah warisan ini disebabkan karena
perbedaan pandangan mengenai batas-batas lahan, maka anak beru lah yang bertugas untuk mengukur kembali tanah warisan tersebut yang akan disesuaikan dengan
pembagian yang telah disepakati. Namun apabila anak beru tidak berhasil mendamaikan pihak yang berkonflik, dan jika pihak yang berkonflik ingin menyelesaikannya melalui
cara ajudikasi Lembaga Peradilan, anak beru bertanggung jawab mengurus keperluan- keperluan sampai ke pengadilan.
4.5. Pihal-Pihak yang Terlibat dalam Penyelesaian Konflik