Perasaan keberatan ini terjadi karena sebagian masyarakat menganggap jika tanah warisan itu dibagikan semasa hidup orang tua nya akan menimbulkan masalah,
misalnya bila si pewaris mengalami sakit keras dan harta warisan telah dibagikan maka untuk biaya pengobatan tersebut harus di minta kepada anaknya. Masyarakat pun pada
umumnya akan menganggap bahwa tindakan membagikan harta warisan kepada keturunannya sebelum meninggal adalah suatu tidakan yang kurang tepat. Hal ini sesuai
dengan ungkapan yang berkembang dalam masyarakat “adi bagikin kin harta ei sope kita mate, lanai bo pagi lit inganta pudi metua”, yang berarti “jika harta warisan itu
dibagikan sebelum kita meninggal, maka di masa tua tidak akan ada yang peduli”. Ungkapan tersebut menggambarkan kekhawatiran orang tua membagikan harta warisan
kepada anak-anaknya semasa hidupnya.
4.6.2. Eskalasi Konflik
Eskalasi konflik atas tanah dan sumber daya alam lainnya semakin marak saat ini bukan hanya berakibat kekerasan fisik terhadap manusia akan tetapi juga
kerusakan lingkungan. Ini hampir semua terjadi karena ketidak pastian penguasaan atas tanah, air dan sumber-sumber daya alam lainnya, yang pada gilirannya memberikan
ketidakpastian pengelolaan sumber daya agraria tersebut. Penyebabnya karena selama ini tidaklah diselesaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan kebijakan penguasaan
atas sumber daya agrarian tersebut karena politik ekonomi negara di masa yang lalu yang lebih banyak mengejar pertumbuhan dari pada menciptakan keadilan. Di masa depan
segala macam sumber konflik tersebut perlu diselesaikan, diciptakan keadilan melalui restitusipengembalian hak dan redistribusipembagian kembali atas sumber-sumber
Universitas Sumatera Utara
agraria sehingga tercipta keadilan agraria. Dalam melihat permasalahan sumber konflik pertanahan terdapat berbagai
sudut pandang yang berbeda beda, yaitu konflik kepentingan, konflik nilai, konflik data, konflik hubungan, dan konflik struktural. Kadang kala yang terjadi adalah akumulasi dari
gabungan berbagai sumber konflik yang ada sehingga eskalasi konflik naik terus tanpa terkendali atau terkelola. Akan tetapi, berbagai jenis konflik yang muncul dalam
publikasi-publikasi laporan instansi maupun media massa dan mengundang perhatian berbagai pihak kadang kala hanyalah konflik yang muncul dipermukaan saja.
Eskalasi konflik perebutan tanah warisan yang terjadi pada masyarakat Karo, dilakukan dengan melibatkan kalimbubu, anak beru, sembuyak. Ketika kalimbubu
mengetahui bahwa konflik yang melibatkan anak beru nya tidak dapat diselesaikan nya sendiri, maka kalimbubu akan mengambil inisatif untuk menengahi konflik tersebut. Bila
tingkat keparahan konflik berskala tinggi, maka kalimbubu, anak beru, sembuyak akan berembuk untuk membuat suatu acara, seperti makan bersama dan dilanjutkan dengan
arih-arih musyawarah untuk membahas persoalan perebutan tanah warisan tersebut.
4.5.3. Resolusi Konfik