BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Departemen THT-KL FK USU RSUP H. Adam Malik
Medan sejak Maret 2009 sampai Februari 2010. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian studi kasus kontrol dengan jumlah sampel 54 orang yang terdiri dari 27 orang
penderita OMSK tipe benigna dan 27 orang penderita non OMSK, yang dibatasi oleh kriteria inklusi dan eksklusi. Pada penelitian ini dilakukan matching yaitu faktor-faktor
yang dipadankan antara kelompok OMSK tipe benigna dengan kelompok non OMSK adalah jenis kelamin dan umur. Pengambilan sampel dilakukan di Poliklinik THT-KL
RSUP H. Adam Malik Medan. Pada sampel kasus dan kontrol dilakukan pemeriksaan uji kulit cukit skin Prick test.
Tabel 5.1 Distribusi penderita kasus OMSK tipe benigna dan kontrol non OMSK berdasarkan umur
Umur tahun OMSK tipe benigna =non OMSK n
17 – 26 10 37,1 27 – 36 4 14,8
37 – 46 8 29,6
47 – 56 5 18,5
Total 27 100,0
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel 5.1 diatas, dari rentang usia penderita OMSK tipe benigna dan non
OMSK 17 – 56 tahun didapatkan penderita yang terbanyak pada kelompok umur 17 – 26 tahun yaitu 10 kasus 37,1 diikuti kelompok umur 37 – 46 tahun yaitu 8 kasus
29,6.
Tabel 5.2 Distribusi penderita kasus OMSK tipe benigna dan kontrol non OMSK berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin OMSK tipe benigna =non OMSK n
Laki-laki 14 51,9
Perempuan 13 48,1
Total 27 100,0
Dari tabel 5.2 diatas, dari rentang usia penderita OMSK tipe benigna dan non
OMSK 17 – 56 tahun didapatkan pada laki-laki sebanyak 14 kasus 51,9 dan perempuan 13 kasus 48,1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.3 Distribusi penderita kasus OMSK tipe benigna berdasarkan telinga berair
OMSK tipe benigna n Unilateral 19 70,4
Bilateral 8 29,6
Total 27 100
Dari tabel 5.3 diatas, dari rentang usia penderita OMSK tipe benigna 17 – 56 tahun diperoleh penderita OMSK tipe benigna terbanyak adalah yang berair pada satu telinga
unilateral sebanyak 19 kasus 70,4 sementara yang berair pada kedua telinga bilateral sebanyak 8 kasus 29,6.
Tabel 5.4 Distribusi penderita kasus OMSK tipe benigna dan kontrol non OMSK berdasarkan keluhan alergi
Keluhan OMSK tipe benigna Non OMSK n n
Telinga 15 55,5 0 0
Hidung 9 33,3 7 25,9 Faring 1 3,7 0 0
Mata 4 14,8 1 3,7 Kulit 4 14,8 3 11,1
Asma bronkial 0 0 3 11,1 Dari tabel 5.4 diatas, pada kelompok OMSK tipe benigna keluhan alergi terbanyak
terdapat pada organ telinga sebanyak 15 kasus 55,5, sedangkan pada kelompok non OMSK keluhan alergi terbanyak pada organ hidung sebanyak 7 kasus 25,9.
Universitas Sumatera Utara
Keluhan alergi karena penyakit asma bronkial hanya terdapat pada penderita non OMSK sebanyak 3 kasus 11,1.
Tabel 5.5 Distribusi penderita kasus OMSK tipe benigna dan kontrol non OMSK berdasarkan riwayat alergi pada keluarga
Keluhan OMSK tipe benigna Non OMSK tipe benigna n n
Asma bronkial 4 14,8
4 14,8
Rinitis alergi 8 29,6
5 18,5
Dermatitis alergi 2 7,4
4 14,8
Konjungtivitis alergi 2 7,4 1
3,7
Dari tabel 5.5 diatas, pada kelompok OMSK tipe benigna rinitis alergi pada
keluarga merupakan manifestasi alergi terbanyak, yaitu 8 kasus 29,6. Begitu juga dengan kelompok non OMSK rinitis alergi pada keluarga merupakan manifestasi alergi
terbanyak, yaitu 5 kasus 18,5.
Tabel 5.6 Distribusi penderita kasus OMSK tipe benigna dan kontrol non OMSK berdasarkan jenis alergen penyebab
Alergen OMSK tipe benigna Non OMSK n n
Debu rumah 7
25,9 8 29,6
Kecoa 12
44,4 9
33,3 Tungau
6 22,2
6 22,2
Serpihan kulit ayam 5
18,5 2
7,4 Serpihan kulit kucing
4 14,8
Serpihan kulit manusia 6
22,2 7
25,9
Universitas Sumatera Utara
Serpihan kulit anjing 3
11,1 4
14,8 Serpihan kulit kuda
2 7,4
2 7,4
Serbuk bunga rumputan 1
3,7 2
7,4 Jamur campuran mixed fungi 7
25,9 7
25,9 Serbuk bunga padi
5 18,5
3 11,1
Serbuk bunga jagung 6 22,2
5 18,5
Ayam 2
7,4 2
7,4 Kepiting
10 37,0
5 18,5
Ikan tongkol 1
3,7 2
7,4 Ikan bandeng 4
14,8 4
14,8 Ikan kakap
3 11,1
2 7,4
Udang 5
18,5 2 7,4
Cumi 2
7,4 1
3,7 Kerang
4 14,8
1 3,7
Susu sapi 1
3,7 Kuning telur
5 18,5
Putih telur Teh
10 37,0
5 18,5
Kopi 1
3,7 1
3,7 Coklat
4 14,8
5 18,5
Kacang tanah 5
18,5 1
3,7 Kacang mete
6 22,2
1 3,7
Wortel 2
7,4 1
3,7 Nenas
4 14,8
Tomat Gandum
1 3,7
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel 5.6 di atas, pada kelompok penderita OMSK tipe benigna alergen
inhalan yang paling banyak menimbulkan reaksi alergi adalah kecoa, yaitu sebanyak 12 kasus 44,4, diikuti dengan debu rumah dan jamur campuran mixed fungi
masing-masing 7 kasus 25,9, serta tungau, serpihan kulit manusia dan serbuk bunga jagung dimana masing-masing 6 kasus 22,2. Sedangkan alergen makanan
yang paling banyak menimbulkan reaksi alergi adalah kepiting dan teh, dimana masing- masing 10 kasus 37,0, diikuti dengan kacang mete 6 kasus 22,2, serta udang,
kuning telur dan kacang tanah masing-masing sebanyak 5 kasus 18,5. Pada kelompok non OMSK tipe benigna alergen inhalan terbanyak penyebab
reaksi alergi adalah kecoa sebanyak 9 kasus 33,3, diikuti dengan debu rumah sebanyak 8 kasus 29,6, serta serpihan kulit manusia, jamur campuran masing-
masing 7 kasus 25,9. Sedangkan alergen makanan yang paling banyak menimbulkan reaksi alergi adalah kepiting, teh dan coklat dimana masing-masing 5
kasus 18,5, diikuti dengan ikan bandeng sebanyak 4 kasus 14,8.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.7 Hubungan antara alergi dengan kasus OMSK tipe benigna dan kontrol non OMSK
Hasil tes kulit cukit OMSK tipe benigna Non OMSK n n
Positif 20 74,1
11 40,7
Negatif 7 25,9
16 59,3
Total 27 100,0 27 100,0
X
2
= 6,135 df = 1 p = 0,015
Dari tabel 5.7 diatas, pada kelompok penderita OMSK tipe benigna yang
memberikan hasil pemeriksaan positif terhadap tes kulit cukit sebanyak 20 kasus 74,1 dan memberikan hasil pemeriksaan negatif terhadap tes kulit cukit sebanyak 7
kasus 25,9. Sedangkan pada kelompok penderita non OMSK hasil pemeriksaan positif terhadap tes kulit cukit adalah sebanyak 11 kasus 40,7 dan hasil
pemeriksaan negatif terhadap tes kulit cukit sebanyak 16 kasus 59,3. Berdasarkan hasil uji chi square test didapatkan p = 0,015 p0,05, ada
hubungan yang bermakna antara alergi dengan OMSK tipe benigna. Untuk melihat hubungan antara alergi dengan OMSK dengan jelas dapat dilihat pada gambar diagram
5.7.1.
Universitas Sumatera Utara
Gambar diagram 5.7.1 Hubungan antara alergi dengan kasus OMSK tipe benigna dan kontrol non OMSK
Dari diagram 5.7.1 diatas terlihat bahwa pada kelompok kasus penderita OMSK tipe benigna memberikan hasil pemeriksaan positif terhadap tes kulit cukit 74,1 dan
hasil pemeriksaan negatif terhadap tes kulit cukit 25,9. Sedangkan pada kelompok kontrol penderita non OMSK hasil pemeriksaan positif terhadap tes kulit cukit adalah
40,7 dan hasil pemeriksaan negatif terhadap tes kulit cukit 59,3.
Kasus Kontrol
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.8 Alergi sebagai faktor risiko terhadap kejadian OMSK tipe benigna β
p OR 95 CI OR
Alergi 1,425 0,015 4,156 1,312- 13,169 Confidence Interval Odds Ratio
Dengan menggunakan uji statistik regresi logistik diperoleh hubungan bermakna antara alergi dengan OMSK tipe benigna yang ditandai dengan hasil uji cukit yang
positif. Didapatkan nilai p = 0,015, OR odds ratio = 4,156 dan Interval Kepercayaan CI 95 = 1,312-13,169. Hal ini berarti bahwa dengan adanya alergi untuk
mendapatkan OMSK tipe benigna adalah 4,156 kali dibandingkan dengan yang tidak ada riwayat alergi.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 PEMBAHASAN