mencakup informasi atau berita yang dihasilkan oleh khayalan. Tujuannya untuk membangkitkan emosi, menggugah perasaan, maupun audiensnya.
Sementara itu, kisah-kisah dalam al- Qur‟an semuanya bersandar pada
hakikat yang benar-benar terjadi.
35
Fakta yang menunjukkan bahwa kisah al- Qur‟an memang dibangun secara kokoh diatas landasan peristiwa yang benar-
benar terjadi, bebas dari kebohongan dan kebatilan. Ia tegak di atas realita dan bukan khayalan. Dengan demikian, kisah-kisah al-
Qur‟an adalah pemberitaan yang dinyatakan sendiri secara tegas oleh Allah SWT sebagai suatu kebenaran.
36
Seperti dalam firman-Nya surat Ali Imran ayat 62:
Artinya: Sesungguhnya Ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah; dan Sesungguhnya Allah, dialah
yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana
2. Ruang Lingkup Kisah
a. Unsur-unsur kisah
Unsur-unsur kisah pada umumnya terwakili pada tiga hal. Pertama, tokoh. Kedua, peristiwa. Ketiga, dialog. Ketiga unsur ini terdapat pada semua kisah-
kisah di dalam al- Qur‟an, begitu juga terdapat pada kisah-kisah sastra biasa.
Hanya saja semua peranan ketiga unsur tersebut tidaklah sama. Terkadang ada salah satu unsur yang lebih menonjol sedangkan unsur yang lainnya tidak. Kasus
35
Muhammad Mahmud Hijazi, judul asli; al- Wahdah al-Maud û’iyyah fî al-Qur’an al-
Karîm, diterjemahkan Kesatuan Tema Dalam al- Qur’an, Jakarta: Gema Insani, 2010, h. 342
36
Hijazi, Kesatuan Tema Dalam al- Qur’an, h. 343
seperti ini terjadi juga pada kisah al- Qur‟an, karena pada umumnya kisah al-
Qur‟an bersifat pendek.
37
Pertama, Tokoh pada kisah-kisah tidak hanya terdiri dari manusia, tetapi juga malaikat, jin, hewan, bahkan tumbuhan pun ada. Kedua,peristiwa. Keterkaitan
antara berbagai peristiwa dengan tokoh pada suatu kisah merupakan faktor terpenting untuk menarik pembaca atau pendengar kisah tersebut. Ketiga, Dialog.
Al- Qur‟an dalam menggambarkan dialognya berdasarkan atas riwayat atau
ungkapan langsung. Dialog tersebut adakalnya antara dua orang, atau satu orang dengan sekelompok orang atau kaum, seperti kisah rasul dan kaumnya.
38
b. Macam-macam kisah dalam al-Qur‟an
Kisah dalam al- Qur‟an dilihat dari segi subyek pelaku sejarah yang
ditampilkan, kisah yang terkandung di dalam al- Qur‟an secara garis besar dapat
dibagi menjadi tiga macam yaitu:
39
a. Kisah para Nabi
Kisah para Nabi ini meliputi kegiatan dakwah yang dilakukan oleh para Nabi, mukjizat dan keistimewaan mereka, perjuangan dan penderitaan yang
dialami para nabi dan pengikutnya, serta hukuman yang ditangguh oleh yang mendustakan nabi mereka. Misalnya, kisah Nabi Ibrahim, Nabi Yunus, Nabi Nuh,
Nabi Musa, dsb. b.
Kisah tokoh-tokoh yang bukan Nabi Di dalam al-
Qur‟an banyak ditemukan kisah atau peristiwa yang terjadi pada orang-orang tertentu yang bukan nabi atau tidak jelas kedudukannya apakah
37
A. Hanafi, Segi-segi Kesusastraan pada al- Qur’an, h. 53
38
Hanafi, Segi-segi Kesusastraan pada al- Qur’an, h. 65
39
Didin Saefudin, Pedoman Memahami Kandungan al- Qur’an, h. 147
nabi atau bukan. Misalnya, kisah Talut dan Jalut, Qarun, Ashabal-kahfi, Maryam, Ashab al-Sabt, Ashab al-Ukhdud, Zulqarnain, Ashab al- Fil, dan sebagainya.
c. Kisah tentang Nabi Muhammad SAW
Kisah tentang Nabi Muhammad Saw diungkap juga dalam al- Qur‟an.
Demikian juga peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa Nabi, seperti perang Badar,
Hijrah ke Madinah, Isra Mi‟raj dan rumah tangga Nabi.
40
Sedangkan dari segi waktunya macam- macam kisah menurut Manna‟ al-
Qaththan ada tiga macam, yaitu sebagai berikut:
41
a. Kisah masa lalu atau kisah sebelum Nabi Muhammad, baik tentang
para Nabi, tentang kaum yang mengikuti ajakan Nabi maupun yang berdusta terhadap Nabi, serta akibat dari sikap masing-masing kaum.
b. Kisah pada zaman Nabi Muhammad, kisah yang dialami oleh Nabi
Muhammad sendiri, seperti kisah perang Badar, perang Hunain, perang Tabuk, kisah Hijrah,
dan kisah Isra‟ dan Mi‟rajnya Nabi. c.
Kisah yang terjadi sesudah Nabi Muhammad, seperti kisah surga dan neraka, kisah hari kiamat, hari bangkit, dan hari akhirat.
c. Perbedaan Kisah Sastra dengan Kisah al-Qur‟an
Kisah sastra dengan kisah al- Qur‟an sepintas keduanya terlihat memiliki
perbedaan. Namun pada sisi tertentu keduanya juga memiliki persamaan. Mayoritas kisah al-
Qur‟an selalu bersebrangan atau terkadang tidak sesuai dengan
40
Didin Saefudin, Pedoman Memahami Kandungan al- Qur’an, h. 147
41
Manna‟ Khalil al-Qattan, Mabahis fî Ulum al-Qur’an, Penerjemah Muzakir As, Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa, 1998, h. 436
kaidah sastra yang ditetapkan ahlinya, misalnya perbedaan dalam hal kerangka, alur dan unsur-unsur kisahnya.
42
Seperti pada contoh penyampaian maksud dan tujuan kisah yang mendahului rangkaian cerita, yaitu pada surat Yusuf ayat 7:
Artinya: Sesungguhnya ada beberapa tanda-tanda kekuasaan Allah pada kisah Yusuf dan saudara-saudaranya bagi orang-orang yang bertanya.
Ayat di atas memperlihatkan maksud dan tujuan dari penyampaian kisah Yusuf mendahului kisahnya, kemudian pada akhir kisah dijelaskan secara
terperinci maksud dan tujuannya.
43
Metode generalisasi seperti itu merupakan corak khas dari kisah al- Qur‟an
dalam menyampaikan maksud dan tujuannya. Jadi dalam kisah al- Qur‟an selalu
berangkat memulai dari yang bersifat khusus menuju sesuatu yang umum. Ini merupakan kelebihan al-
Qur‟an dalam menjalankan logika emosional intuitif untuk menggerakan jiwa-jiwa pembacanya. Metode seperti ini lebih menyentuh
nurani pembaca dibandingkan dengan metode logika formal yang bersifat deduktif yang dimulai dari hal umum menuju hal yang khusus.
44
Dalam kisah al- Qur‟an terdapat model penyisipan komentar dan pesan-pesan khusus yang
terdapat di dalam kisah. Pola seperti ini menjadikan suatu perbedaan al- Qur‟an
dengan pola kisah-kisah sastra.
45
Teknik al- Qur‟an dalam pemilihan teks pada kisahnya dapat dilihat dari
format dialog, baik dialog langsung maupun tidak langsung, penokohan dalam
42
Sulaiman alth-Tharawanah, Rahasia Pilihan Kata dalam al- Qur’an, Jakarta: Qisthi
Press, 2004, h. 13
43
Alth-Tharawanah, Rahasia Pilihan Kata dalam al- Qur’an, h. 14
44
Alth-Tharawanah, Rahasia Pilihan Kata dalam al- Qur’an, h. 18
45
Alth-Tharawanah, Rahasia Pilihan Kata dalam al- Qur’an, h. 19