Metode dan Corak Penulisan

Kemudian pada tahun 1967 ia meraih gelar Lc pada jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuludin Universitas al-Azhar Kairo Mesir.Kemudian ia melanjutkan pendidikan S2 di fakutas yang sama selama dua tahun. Dan meraih gelar Master of Arts MA untuk spesialisasi bidang tafsir al- Qur’an dengan tesis ya g berjudul al- I’jaz al-Tasyri’i li al-Qur’an al-Karim. 20 Ketika ia kembali ke kota kelahirannya di Ujung Pandang, ia dipercaya untuk menjabat Wakil Rektor bidang Akademis dan Kemahasiswaan pada IAIN Alauddin Ujung Pandang. Pada pertengahan 1980 Quraish Shihab kembali ke Kairo dan melanjutkan pendidikan untuk mengambil program S3 di al-Azhar Kairo. Tahun 1982 ia meraih gelar doktor dalam bidang ilmu-ilmu al- Qur’an dengan disertasi yang berjudul Nazhm al-Durar li al- Biqa’iy: Tahqiq wa Dirasah dan lulus dengan predikat Cum Laude. Pada tahun 1984 Quraish Shihab ia ditugaskan di Fakultas Ushuluddin dan program pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia juga menduduki berbagai jabatan di luar kampus. Yaitu Ketua Majelis Ulama Indonesia MUI sejak 1984. Anggota Lajnah Pentashih al- Qur’an Departemen Agama sejak 1989, dan lain lain. Quraish Shihab juga sangat aktif sebagai penulis. Setiap hari Rabu dia menulis dalam rubrik Pelita Hati. Selain itu, ia juga tercatat sebagai anggota Dewan Redaksi majalah Ulumul Qur’an dan Mimbar Ulama. Selain kontribusinya untuk berbagai buku suntingan dan jurnal-jurnal ilmiah, ia juga menulis buku- buku, diantaranya: Tafsir al-Manar: Kesitimewaan dan Kelemahannya, Filsafat Hukum Islam, Mahkota Tuntunan Ilahi, Membumikan al- Qur’an, Tafsir al- 20 Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 270 Mishbah, Pengantin al- Qur’an, Wawasan al-Qur’an dan masih banyak lagi buku lainnya. 21

2. Riwayat Penulisan Tafsir al-Mishbah

Tafsir karya Quraish Shihab diberi nama al-Mishbah yang berarti lampu, pelita, lentera. Dengan nama ini diharapkan berbagai persoalan umat dapat diterangi oleh cahaya al- Qur’an. Quraish Shihab menginginkan agar al-Qur’an dengan mudah dapat dipahami pembacanya.Tafsir ini merupakan karya besar seorang mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di Universitas al-Azhar Kairo Mesir. Ia mulai menulis tafsirnya pada 18 juni 1999 atau 4 Rabi’ul awal 1420 H. Tafsir al-Mishbah pertama kali diterbitkan pada tahun 2000 dan disambut antusias oleh kaum muslimin Indonesia, khususnya para peminat kajian tafsir al- Qur’an. Tafsir ini menggunakan bahasa yang mudah dipahami sehingga mendapat tempat khusus di hati khalayak. Al-Mishbah menghimpun lebih dari 10.000 halaman yang memuat kajian tafsir al- Qur’an. Tafsir ini terdiri dari 15 volume, yang menafsirkan al- Qur’an secara tahlili yaitu ayat per ayat berdasarkan tata urutan al- Qur’an. Metode ini yang membedakan tafsir al-Mishbah dengan karya Quraish Shihab lainnya yang menggunakan metode maudhu’i, yakni menafsirkan ayat-ayat al- Qur’an berdasarkan topik tertentu, bukan berdasarkan tata urutannya dalam mushaf. Seperti buku karya Quraish Shihab yang berjudul Lentera hati, Membumikan al- Qur’an, Mukjizat al-Qur’an, Pengantin al-Qur’an, dan lain- lain. 22 Di Indonesia kejumudan kajian islam hampir merata di semua cabang ilmu. Cabang-cabang ilmu seperti kajian Fiqih, Ushul Fiqih atau Tafsir juga tidak 21 Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 272 22 Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 274 mempunyai perkembangan yang segnifikan. Baik di pesantren atau diperguruan tinggi.Keadaan kian diperburuk oleh kecenderungan menghakimi pendapat yang berbeda, terkadang sampai menghakimi kafir kepada segolongan orang. Di dalam kajian tafsir ada geliat yang cukup menarik. Dalam lima dekade terkhir ini ada dua tafsir yang ditulis oleh sarjana Indonesia, yakni tafsir al-Azhar karya Buya Hamka, dan tafsir al-Mishbah karya Quraish Shihab. Kedua tafsir ini patut mendapat apresiasi karena tafsir ini mencerminkan perkembangan mutakhir dalam pendekatan terhadap al- Qur’an. Dalam rangka memahami aspek-aspek Aqidah, Syari’ah, dan akhlak yang terkandung dalam al-Qur’an, Quraish Shihab menggunakan pendekatan melalui ketelitian dan keindahan redaksi al- Qur’an, isyarat ilmiah, dan pemberitaan hal gaib masa lalu dan masa mendatang. Ketiga pendekatan ini sangat dominan mewarnai penafsiran yang dilakukan. Tema yang diusung oleh tafsir ini adalah Pesan, Kesan dan Keserasian al- Qur’an. 23

3. Metode dan Corak Penulisan

Tafsir al-Mishbah merupakan tafsir yang didasarkan pada karya-karya ulama modern dan kontemporer. Seperti Sayyid Muhammad Thanthawi pemimpin tertinggi al-Azhar, Syekh Mutawalli asy- Sya’rawi, Sayyid Qutb, Muhammad Thahir ibn Asyur, Sayyid Muhammad Hussein at penafsih- Thabathaba’i, dan beberapa mufasir lainnya. Selain itu penafsiran yang dilakukan oleh Quraish Shihab berdasarkan pada pemikirannya sendiri. Maka bisa disebut bahwa tafsir al-Mishbah merupakan tafsir bi al- ra’yi. 24 Kata al- ra’yu berarti kebebasan pemikiran, cenderung berkonotasi pada rasionalitas ijtihad terhadap bayan al- Qur’an. Al-Qur’an dianggap sebagai teks 23 Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 276 24 Quraish Shihab, Muqaddimah Tafsir al-Mishbah, h. xiii