Sedangkan tafsir al-Azhar dihasilkan dengan berlatarbelakang masyrakat indonesia.
14
Hamka dalam menafsirkan menggunakan contoh-contoh yang ada di tengah masyarakat, baik masyarakat kelas atas maupun rakyat biasa. Berdasarkan
hal tersebut, Tafsir al-Azhar dalam menjelaskan suatu ayat menggunakan corak sastra budaya kemasyarakatan atau disebut dengan corak
adabi ijtima’i.Adabi ijtima’i adalah suatu corak tafsir yang menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an yang
mengungkapkan dari segi bahasa dan kemukjizatannya, menjelaskan makna- makna dan susunan yang dituju oleh al-
Qur’an mengungkapkan hukum-hukum alam dan tatanan masyarakat yang dikandung di dalamnya.
15
Dalam langkah penafsiran dalam tafsir ini, hal pertama yang dilakukan adalah mengemukakan pendahuluan pada setiap juz yang akan dibahas. Kemudian
ia akan mencari munasabah atau korelasi antara juz sebelumnya dengan juz yang akan dibahas. Selanjutnya Hamka menyajikan beberapa ayat di awal pembahasan
secara tematik. Kemudian ia menafsirkan kelompok ayat yang dianggap memiliki satu tema untuk memudahkan penafsiran juga untuk memahami kandungannya.
Dalam tafsir ini Hamka juga menjauhkan diri dari uraian dalam pembahsan arti kata yang berlarut-larut. Karena dianggap tidak cocok dengan
masyarakat indonesia yang banyak tidak memahami bahasa Arab. Walaupun demikian bukan berarti Hamka tidak pernah menjelaskan artian sebuah kata dalam
al- Qur’an. Sesekali penafsiran atas sebuah kata akan disajikan dalam tafsirnya.
Setelah menerjemahkan ayat, Hamka memulai penafsirannya terhadap ayat tersebut dengan luas dan terkadang dikaitkan dengan kejadian pada zaman
14
Abdul Rauf, Tafsir al-Azhar Dimensi Tafawuf Hamka, h. 67
15
Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 188
sekarang, sehingga pembaca dapat menjadikan al- Qur’an sebagai pedoman
sepanjang masa.
16
Dengan demikian dapat disimpulakn bahwa Tafsir al-Azhar tergolong kepada jenis tafsir bi al-
ra’yi dengan menggunakan metode tahlili yang bercorak
adabi ijtimai’i.
B. M. Quraish Shihab
1. Biografi Quraish Shihab
Nama lengkapnya ialah Muhammad Quraish Shihab, ia lahir di Rappang, Sulawesi Selatan pada tanggal 16 Februari 1944 M. atau 21 Safar 1363 H.
Ayahnya adalah Prof. Dr. Abdurrahman Shihab, seorang penggagas sekaligus pendiri Universitas Muslim Indonesia UMI Makassar.
17
Di samping itu ayahnya seorang wiraswastawan, dan seorang mubaligh yang sejak muda seringkali
berdakwah dan mengajar ilmu-ilmu keagamaan.
18
Sejak kecil ia tumbuh dan berkembang dalam keluarga dan suasana yang dilingkupi dengan al-
Qur’an. Ayahnya selalu membacakan al-Qur’an dan mengajarkan kitab-kitab tafsir kepada anak-anaknya. Dengan demikian benih
kecintaan kepada studi al- Qur’an mulai mulai tumbuh di jiwa Quraish Shihab.
Kemudian diikutinya dengan pendidikan formal pada bidang tafsir di Universitas al-Azhar.
19
Quraish Shihab menyelesaikan pendidikan dasarnya di Ujung Pandang. Kemudian melanjutkan pendidikan tingkat menengah di Malang Jawa Timur dan
tinggal di Pesantren Darul-Hadis al- Faqihiyyah. Pada awal tahun 1958 ia berangkat ke Kairo Mesir dan diterima di kelas II Tsanawiyah al-Azhar.
16
Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 189
17
Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 269
18
Hamdani Anwar, Telaah Kritis Terhadap Tafsir al-Mishbah Karya Quraish Shihab. Dalam Mimbar Agama dan Budaya, vol XIX, No.2, 2002, h. 162
19
M. Quraish Shihab, Membumikan al- Qur’an, Bandung: Mizan, 1992, h. 14
Kemudian pada tahun 1967 ia meraih gelar Lc pada jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuludin Universitas al-Azhar Kairo Mesir.Kemudian ia melanjutkan
pendidikan S2 di fakutas yang sama selama dua tahun. Dan meraih gelar Master of Arts MA untuk spesialisasi bidang tafsir al-
Qur’an dengan tesis ya g berjudul al-
I’jaz al-Tasyri’i li al-Qur’an al-Karim.
20
Ketika ia kembali ke kota kelahirannya di Ujung Pandang, ia dipercaya untuk menjabat Wakil Rektor bidang Akademis dan Kemahasiswaan pada IAIN
Alauddin Ujung Pandang. Pada pertengahan 1980 Quraish Shihab kembali ke Kairo dan melanjutkan pendidikan untuk mengambil program S3 di al-Azhar
Kairo. Tahun 1982 ia meraih gelar doktor dalam bidang ilmu-ilmu al- Qur’an
dengan disertasi yang berjudul Nazhm al-Durar li al- Biqa’iy: Tahqiq wa Dirasah
dan lulus dengan predikat Cum Laude. Pada tahun 1984 Quraish Shihab ia ditugaskan di Fakultas Ushuluddin dan program pascasarjana IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Ia juga menduduki berbagai jabatan di luar kampus. Yaitu Ketua Majelis Ulama Indonesia MUI sejak 1984. Anggota Lajnah Pentashih al-
Qur’an Departemen Agama sejak 1989, dan lain lain. Quraish Shihab juga sangat aktif sebagai penulis. Setiap hari Rabu dia
menulis dalam rubrik Pelita Hati. Selain itu, ia juga tercatat sebagai anggota Dewan Redaksi majalah Ulumul Qur’an dan Mimbar Ulama. Selain kontribusinya
untuk berbagai buku suntingan dan jurnal-jurnal ilmiah, ia juga menulis buku- buku, diantaranya: Tafsir al-Manar: Kesitimewaan dan Kelemahannya, Filsafat
Hukum Islam, Mahkota Tuntunan Ilahi, Membumikan al- Qur’an, Tafsir al-
20
Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 270