akan datangnya siksaan, bencana dan kahancuran. Menurut Ali ibn Abi Talib, Yunus diutus sebagai rasul ketika berumur 30 tahun. Dan menurut riwayat dari
Ibnu Abbas bahwa Nabi Yunus telah berdakwah selama 30 tahun.
21
Ketika penduduk Ninawa mendengar ancaman akan datangnya siksa, mereka tidak merasa takut. Kemudian Nabi Yunus tidak sanggup untuk bersabar lagi. Ia
kemudian pergi meninggalkan mereka dalam keadaan marah.
22
Yunus pergi meninggalkan kaumnya, ia berjalan sampai ke tepi sungai. Ia melihat ada
sekelompok orang yang siap berlayar menyeberangi lautan. Nabi Yunus minta agar diperkenankan ikut berlayar bersama mereka.
23
Dalam pelayaran itu, cuaca sangat tidak mendukung. Angin bertiup kencang, gelombang ombak yang besar sehingga menghantam kapal. Khawatir akan
keselamatan seluruh penumpangnya, nahkoda kapal mengintruksikan untuk mengurangi mauatan kapal. Barang-barang yanng dianggap tidak begitu penting
dibuang ke laut. Upaya tersebut tidak membuahkan hasil. Kemudian nahkoda kapal melakukan pengundian agar salah seorang penumpang ada yang kelur dari
kapal. Ketika pengundian dilakukan, nama yang muncul adalah Nabi Yunus.
Beberapa penumpang keberatan dengan nama tersebut, mengingat Nabi Yunus adalah orang yang disegani. Kemudian dilakukan pengundian lagi, dan selalu saja
nama Nabi Yunus yang keluar. Setelah dilakukan pengundian sebanyak tiga kali,
21
Ensiklopedi al- Qur‟an : Kajian Kosakata, editor: Sahabuddin, Jakarta: Lentera Hati, 2007,
jilid 3, h. 1114
22
Al- Bajawi, dkk, Untaian Kisah Dalam al- Qur’an, h. 293
23
Syamsul Rijal Hamid, Kisah Kesabaran Para Nabi Rasul, h. 66
akhirnya Yunus menyadari, semua itu adalah takdir Allah. Maka Nabi Yunus akhirnya merelakan dibuang di tengah laut.
24
Nabi Yunus terombang-ambing oleh gelombang laut. Sesaat kemudian beliau ditelan ikan besar yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyelamatkannya.
Nabi Yunus berada dalam kegelapan perut ikan tersebut selama tiga hari tiga malam. Nabi Yunus tidak berkeluh kesah, ia benar-benar sabar dan senantiasa
berdoa memohon ampunan kepada Allah. Di dalam perut ikan, Yunus menyadari kesalahannya, yakni tak sabar dalam berdakwah dan meninggalkan kaumnya.
25
Menurut Ibnu Hatim, Yunus berada dalam perut ikan itu selama empat puluh hari, tetapi menurut Ja‟far Ash-Shadiq selama tujuh hari, dan tiga hari menurut
pendapat Qatadah.Sedangkan Asy- Sya‟bi mengatakan bahwa ia masuk kedalam
perut ikan pada pagi hari dan keluar dari mulut ikan pada sore hari.
26
Nabi Yunus di dalam perut ikan senantiasa bertasbih dan memohon ampun kepada Allah atas segala kesalahannya, Nabi Yunus As. juga berdoa berdoa:
Artinya: Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zhalim.
Dengan kemurahan Allah Yunus berada dalam perut ikan itu masih hidup, karena dalam logika sangat tidak masuk akal seorang yang berada dalam ikan
paus tetapi masih hidup. Ia bertaubat, ia mengakui kesalahannya, ia hanya ingin mengingat Tuhannya. Maka permohonannya dikabulkan oleh Tuhan. Dia pun
dilepaskan dan dikeluarkan dari dalam perut ikan.
27
24
Syahruddin el-Fikri, Situs- situs Dalam al- Qur’an,h. 64
25
Syamsul Rijal Hamid, Kisah Kesabaran Para Nabi Rasul, h. 66
26
Ensiklopedi al- Qur‟an : Kajian Kosakata, editor: Sahabuddin, Jakarta: Lentera Hati, 2007,
jilid 3, h. 1114
27
Hamka, Tafsir al-Azhâr, jilid: 29, h. 72
Berkat taubatnya dan insafnya akan kesalahan yang diperbuat, maka termasuklah dia orang pilihan Tuhan, orang yang dinaikkan tingkat martabatnya,
Dan dijadikan Nyalah dia termasuk orang-orang yang saleh. Cobaan yang begitu pahit yang dialaminya itu menyebabkan ia berputusasa, dan insaf kesalahan
dirinya telah ditingkatkan pula derajatnya termasuk orang-orang saleh. Menurut Nabi Yunus, kesalahan ini sangat berfaedah bagi dirinya, karena dengan itu beliau
mendapat kepribadiannya kembali.
28
Allah SWT mendengar doa Nabi Yunus dan mengampuninya. Nabi Yunus dapat keluar dari perut ikan atas izin Allah, kemudian oleh ikan itu Nabi Yunus
dilemparkan ke daratan. Kondisi Nabi Yunus sangat lemah, kemudian Allah memulihkan kondisinya dengan memulihkan sebatang pohon dari jenis labu untuk
dimakan. Setelah beberapa saat akhirnya Nabi Yunus kembali ke Ninawa dan kaumnya yang telah beriman. Ia kembali dan disambut umatnya yang jumlahnya
mencapai seratus ribu orang.
29
B. Kisah Dalam al-Qur’an
1. Definisi Kisah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau disingkat KBBI, kisah berarti cerita tentang kajadian atau riwayat dalam kehidupan seseorang.
30
Dalam Bahasa Arab kata kisah biasa disebut dengan
ةصقلا
yang diambil dari
اصق صقي صق اصصقو
yang berarti cerita atau peristiwa yang terjadi.
ةصقلا
adalah bentuk
28
Hamka, Tafsir al-Azhâr, jilid: 29, h. 72
29
Syahruddin el-Fikri, Situs- situs Dalam al- Qur’an,h. 64
30
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998, h. 443
mashdar yang berarti mengikuti jejak.
31
Seperti yang terdapat dalam firman Allah QS. al-Kahfi ayat 64:
Artinya: Musa berkata Itulah tempat yang kita cari. lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.
Al- Qur‟an juga menamakan pemberitaan tentang keadaan umat-umat
terdahulu dengan kisah. Qasas yang berarti juga berita atau kisah, sebagai bukti yaitu dalam QS. Yusuf ayat 111:
Artinya: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal
Dalam ulum al- Qur‟an qasas secara bahasa sama artinya dengan cerita.
Sedangkan secara istilah sama halnya dengan cerita pendek atau novel, yaitu bentuk narasi dari sastra yang digunakan sebagai media untuk mengungkapkan
kehidupan. Sedangkan kisah dalam al- Qur‟an berarti berita mengenai hal ihwal
umat, nabi dan peristiwa-peristiwa terdahulu yang pernah terjadi.
32
Pada tataran terminologi para pakar dan ulama banyak memberikan definisi tentang kisah. Menurut as-
Siba‟i al-Bayyumi yang dikutip dari buku A Hanafi, kisah adalah setiap tulisan yang bersifat kesusastraan dan indah serta
keluar dari seorang penulis dengan maksud untuk menggambarkan suatu keadaan tertentu mengenai sejarah atau kesusastraan atau akhlak atau susunan
masyarakat, dengan suatu cara dimana penulis melepaskan diri dari perasaan
31
Adib Bisri, dan Munawwir A. Fatah, Kamus al-Bisri, Surabaya: Pustaka Progressif, 1999, h. 600
32
Didin Saefuddin Buchori, Pedoman Memahami Kandungan al- Qur’an, Bogor:
Granada Sarana Pustaka, 2005, h. 146
pribadinya dan fikiran yang timbul dari perasaan tersebut dan dari arah yang dituju oleh pendapatnya itu yang sesuai dengan perasaan dan fikirannya, sehingga
pribadinya tercermin dalam penggambaran itu yang dapat mengadakannya dari orang lain yang mempunyai tulisan yang sama.
33
Definisi lain diberikan juga oleh Muhammad Khalafullah, ia menyatakan kisah adalah suatu karya kesusastraan yang merupakan hasil khayal pembuat
kisah terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi atas seorang pelaku yang sebenarnya tidak ada, atau dari seorang pelaku yang benar-benar ada tetapi
peristiwa yang terjadi pada dirinya tidak nyata terjadi, ataupun peristiwa itu benar terjadi atas diri pelaku, tetapi dalam kisah tersebut disusun dengan seni yang
indah dimana sebagian peristiwa didahulukan dan sebagian peristiwa lain dikemudiankan, sebagiannya disebutkan dan sebagian lagi dibuang. Atau terhadap
peristiwa yang benar-benar terjadi itu ditambahkan peristiwa baru yang tidak terjadi pada peristiwa yang sebenarnya atau dilebih-lebihkan penggambaranya,
sehingga pelaku sejarah keluar dari kebenaran yang biasa dan sudah menjadi para pelaku khayali.
34
Kisah-kisah yang dikemukakan al- Qur‟an merupakan dokumen historis
bernilai sangat tinggi. Tidak ada keraguan sedikit pun terhadap kebenaran informasi-informasi al-
Qur‟an tersebut, serta kesesuaiannya dengan realita sejarah yang sebenarnya terjadi. Statemen seperti ini boleh jadi tidak disetujui oleh
sementara pihak, mengingat makna atau definisi kisah dalam kajian sastra
33
A. Hanafi, Segi-segi Kesusastraan Pada Kisah-kisah al- Qur’an,Jakarta: Pustaka
Alhusna. 1984, h. 14
34
Muhammad A. Khalafullah, judul asli; al-Fan al-Qisas al- Qur’an, diterjemahkan Al-
Qur’an Bukan Kitab Sejarah,Jakarta: Paramadina, 2002, h. 99
mencakup informasi atau berita yang dihasilkan oleh khayalan. Tujuannya untuk membangkitkan emosi, menggugah perasaan, maupun audiensnya.
Sementara itu, kisah-kisah dalam al- Qur‟an semuanya bersandar pada
hakikat yang benar-benar terjadi.
35
Fakta yang menunjukkan bahwa kisah al- Qur‟an memang dibangun secara kokoh diatas landasan peristiwa yang benar-
benar terjadi, bebas dari kebohongan dan kebatilan. Ia tegak di atas realita dan bukan khayalan. Dengan demikian, kisah-kisah al-
Qur‟an adalah pemberitaan yang dinyatakan sendiri secara tegas oleh Allah SWT sebagai suatu kebenaran.
36
Seperti dalam firman-Nya surat Ali Imran ayat 62:
Artinya: Sesungguhnya Ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah; dan Sesungguhnya Allah, dialah
yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana
2. Ruang Lingkup Kisah
a. Unsur-unsur kisah
Unsur-unsur kisah pada umumnya terwakili pada tiga hal. Pertama, tokoh. Kedua, peristiwa. Ketiga, dialog. Ketiga unsur ini terdapat pada semua kisah-
kisah di dalam al- Qur‟an, begitu juga terdapat pada kisah-kisah sastra biasa.
Hanya saja semua peranan ketiga unsur tersebut tidaklah sama. Terkadang ada salah satu unsur yang lebih menonjol sedangkan unsur yang lainnya tidak. Kasus
35
Muhammad Mahmud Hijazi, judul asli; al- Wahdah al-Maud û’iyyah fî al-Qur’an al-
Karîm, diterjemahkan Kesatuan Tema Dalam al- Qur’an, Jakarta: Gema Insani, 2010, h. 342
36
Hijazi, Kesatuan Tema Dalam al- Qur’an, h. 343