Pesan Moral Dalam Kisah

diutus Allah SWT kepada umat manusia. 56 Demikian adalah QS. Al- Anbiya’ ayat 87 sampai 88:                                  Artinya: Dan ingatlah kisah Dzun Nun Yunus, ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa kami tidak akan mempersempitnya menyulitkannya, Maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, Sesungguhnya Aku adalah termasuk orang-orang yang zalim. Maka kami Telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. dan Demikianlah kami selamatkan orang-orang yang beriman. Dzâ al-Nûn yang di maksud disini adalah Nabi Yunus. Al-Nûn bermakna al-Hût yang berarti ikan paus. Dan Dzâ bermakna memiliki atau ahli. Allah menyandarkan Nabi Yunus dengan julukan tersebut karena ikan paus telah menelan Nabi Yunus. 57 Fa Z anna An Lan Naqdira ‘Alaih ayat tersebut di dalam tafsir ada dua makna, dan keduan makna tersebut tidak saling bertentangan. Makna yang pertama adalah Allah tidak akan menyempitkan di dalam perut ikan. Kata Qadara bermakna Ḏayiqa. Seperti yang terdapat dalam firman Allah. ﴿ yaitu Allah menyempitkan rizki atas segala sesuatu. Kemudian makna yang kedua adalahLan Naqdiya Allah tidak menetapkan. Qadara bermakna qaddara dengan bertasydid. Seperti dalam firman Allah Fa al-Taqâ al- Mâu ‘Alâ Amru 56 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh, jilid 8, h. 463 57 Muhammad al-Amin Al-Syinqiti, Ad wa’ al-Bayân fî Idâh al-Qur’an bi al-Qur’an, Qahrah: Maktabah Ibnu Taimiyah, t.t, jilid. 4, h. 745 Qad Qudira, bermakna Allah telah menetapkan. Adapun pendapat yang mengartikan kata qadara dengan makna al-Qudrah yang berarti kekuasaan atau kesanggupan itu adalah pendapat yang salah 58 Idz dzahaba mughâdiban ketika ia pergi dalam keadaan marah, ada yang mengatakan bahwa ia marah terhadap kaumnya karena mereka terus menerus membangkang dan keras kepala. Maka ia pun pergi melarikan diri dan tidak sabar terhadap penganiayaan mereka. Padahal Allah memerintahkannya untuk tetap bersama mereka dan menyeru mereka. Maka dosanya adalah kepergiannya dari antara kaumnya tanpa seizin Allah. 59 Diriwayatkan dari al-Dhahak bahwa Yunus pergi dalam keadaan marah terhadap kaumnya, karena tidak menerima dakwahnya, padahal ia adalah utusan Allah, mereka kufur maka layak untuk dimarahi karena setiap orang boleh marah terhadap kaumnya karena Allah. Ada juga yang mengatakan bahwa Yunus pergi sebelum menjadi nabi pada waktu itu, kemudian ia diperintahkan oleh salah seorang raja Bani Israil agar datang ke Ninawa untuk berdakwah berdasarkan peri ntah syari‟at. Maka ia tersinggung karena kepergiannya kepada mereka disebabkan perintah seseorang yang bukan Allah, maka ia pun marah terhadap sang raja. Tatkala ia selamat dari perut ikan, Allah mengutusnya kepada kaumnya, lalu ia pun berdakwah dan mereka beriman. 60 Al-Qusyairi mengatakan yang benar adalah kemarahan ini terjadi setelah Allah mengangkatnya menjadi rasul. 61 58 Al-Syinqiti,Ad wa’ al-Bayân fî Idâh al-Qur’an bi al-Qur’an, jilid. 4, h. 746 59 Al-Qurthubi, Aljami’ li Ahkâm al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008, h. 877 60 Al-Qurthubi, Aljami’ li Ahkâm al-Qur’an, jilid: 11, h. 879 61 Al-Qurthubi, Aljami’ li Ahkâm al-Qur’an, jilid: 11, h. 879