55
BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN AYAT TENTANG NABI YUNUS
A. Penafsiran Menurut Hamka dan Quraish Shihab
1. QS. Yûnus ayat 98
Artinya: Dan mengapa tidak ada penduduk suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain Nabi Yunus? Tatkala
mereka kaum Yunus beriman, kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan di dunia, dan kami beri kesenangan
kepada mereka sampai kepada waktu tertentu
Hamka dalam tafsirnya juga menjelaskan bahwa kata Falaulâ adalah gabungan dari tiga huruf, yaitu dari kata fa artinya maka, lau artinya jikalau, dan
lâ artinya tidak. Tetapi terkadang jika ketiga huruf tersebut digabungkan maka tidak bermakna “maka jikalau tidak” tetapi ia bermaksud sebagai tahdîd yaitu
anjuran atau penyesalan, yang berarti alangkah baiknya, atau sekiranya. Maka ayat ini sangat menyayangkan negeri-negeri yang menantang ajaran dan ajakan
Nabi-nabi. Padahal kalau sekiranya mereka mengikuti seruan dan ajakan Nabi- nabi itu akan bermanfaat bagi mereka, dan mereka terlepas dari adzab.
1
Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Mawardi dari Ibnu Mas’ud bahwasanya Rasulullah Saw pernah menceritakan bahwa Nabi Yunus itu
telah datang pada mulanya kepada kaumnya itu menyampaikan dakwah Allah agar mereka kembali kepada agama yang benar. Tetapi kaum itu ingkar dan
menolak. Karena iba hati ia melihat keingkaran kaumnya, beliau pergi dan
1
Hamka,Tafsir al-Azhâr, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983, jilid XI, h. 318
berlayar. Ia pergi meninggalkan ancaman pada kaumnya bahwa kalau mereka tidak bertaubat maka akan turun azab dari Allah. Setelah Nabi Yunus pergi
kaumnya merasa menyesal dan bertaubat sehingga Allah tidak menurunkan azab tersebut kepada kaum Yunus.
Ketika ia berlayar dengan kapal yang penuh muatan, maka nahkoda kapal mengundi siapa yang akan di lempar kelaut untuk mengurangi muatan kapal.
Kemudian nama Nabi Yunus keluar dari undian tersebut. Lalu ia dilemparkan ke laut agar kapal bisa meneruskan pelayaran. Kemudian Nabi Yunus ditelan oleh
ikan Paus, dan ia menyesali kesalahan beliau ketika meninggalkan kaumnya. Kemudian Allah melepaskan ia dari dalam perut ikan. Setelah Nabi Yunus
dimuntahkan oleh ikan ia kembali kepada kaumnya yang telah bertaubat. Diriwayatkan jumlah kaum Nabi Yunus lebih dari seratus ribu orang. Allah
menghindarkan azab kepada mereka kemudian Nabi Yunus dan kaumnya hidup bahagia, mengerjakan perintah Allah sampai kepada waktu tertentu yaitu menurut
ajal mereka masing-masing.
2
Ayat di atas menyatakan, dan mengapa atau sungguh disayangkan tidak ada penduduk dari suatu kota, yang Allah telahmengutus seorang rasul kepada
kaumnya untuk beriman sebelum datangnya siksa, sehingga iman tersebut bisa bermanfaat baginya, kecuali kaum Yunus. Ketika kaum Yunus tersebut melihat
tanda-tanda kehadiran azab, maka mereka segera beriman dan menyadari kesalahan mereka, maka karena itu azab tersebut diangkat oleh Allah.
3
Kata laulâ yang diterjemahkan di atas dengan makna, mengapa adalah kata yang digunakan untuk mendorong. Tentu saja sesuatu yang didorong adalah
2
Hamka, Tafsir al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1894, h. 318
3
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh, jilid: 6, h. 162
yang diharapkan terjadi. Ayat di atas membicarakan umat terdahulu yang sudah binasa. Lafazh laulâ disini tidak mungkin dipahami dengan mendorong, tetapi
lebih sesuai jika dipahami sebagai tanda tanya dan gambaran tentang kecaman dan penyesalan atas perbuatan yang tidak seharusnya dilakukan dan perbuatan yang
harusnya dilakukan pada masa lalu, karena perbuatan yang di masa lalu adalah perbuatan yang baik, dan seharusnya seseorang didorong dan mendorong untuk
melakukannya. Ayat ini merupakan ancaman kepada kaum musyrikin Mekah. Sementara
ulama berpendapat bahwa kaum musyrikin mekah pada zaman Nabi Muhammad serupa keadaannya dengan kaum Nabi Yunus. Mereka pada akhirnya berduyun-
duyun memeluk islam dan mempercayai Nabi Muhammad saw. Menurut Quraish Shihab, mengutip pendapat Sayyid Quthb ada dua hal
penting mengenai ayat ini.
4
Pertama, ayat ini menghimbau kepada para pendurhaka untuk bertaubat dari kesalahan yang telah dibuat, semoga mereka pun dapat selamat sebagaimana
keselamatan yang didapatkan oleh kaum Yunus. Kedua, keselamatan yang dialami kaum Yunus ini tidak berarti sunnatullah, mereka dibiarkan bersenang-
senang untuk sekian lama, karena sunnah Allah adalah menjatuhkan siksa bagi mereka yang terus membangkang sampai datangnya siksa. Kaum Nabi Yunus
sadar ketika sebelum datangnya siksa itu. Ayat ini juga berarti peringatan kepada kaum Quraisy, bahwa jika mereka
segera bertaubat dan tidak terus menerus menentang Allah, Allah akan menerima
4
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh, , h. 163
taubatnya. Ini juga peringatan halus kepada para pemimpin agar jangan patah hati melihat keingkaran kaumnya.
5
2. QS. Al-Anbiyâ’ ayat 87-88
Artinya: Dan ingatlah kisah Dzû al-Nûn Yunus, ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa kami tidak akan
mempersempitnya menyulitkannya, maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci
Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim. Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkanya dari
pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman
Pendapat diatas sejalan dengan apa yang dikatakan Quraish Shihab bahwa Kata naqdir dalam firman-Nya bukan terambil dari kata Qudrah yang berarti
kuasa atau mampu, tetapi ia terambil dari kata al-qadr yang berarti sempit. Memang mustahil seorang nabi meragukan kodrat dan kuasa Allah. Yang di
maksud qudrah disini adalah beliau meninggalkan kaumnya tanpa izin Allah. Tetapi kemudian beliau ditelan oleh ikan besar, sehingga selama dalam perut ikan
beliau hidup dalam kesempitan, bukan saja kesempitan ruang, tetapi kesempitan yang lebih dan kesesakan hati.
6
Nabi Yunus pergi dalam keadaan marah kepada kaumnya. Kaumnya disebutkan berjumlah seratus ribu atau lebih. Yunus menduga bahwa
kesalahannya meninggalkan tugas tersebut tidak dituntut tanggung jawabnya atau
5
Hamka, Tafsir al-Azhâr, jilid: 29, h. 72
6
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbâh,h. 498