kepercayaan atau fiduciary relationship antara yayasan dengan organnya berarti bahwa keberadaan organ adalah semata-mata demi kepentingan dan tujuan yayasan
yang dipertegas dalam Pasal 3 ayat 2 Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang No. 28 Tahun 2004 tentang yayasan. Guna menjaga fiduciary
relationship dan fiduciary duties antara yayasan dengan organ yayasan, maka Undang-Undang Yayasan juga mengatur mengenai adanya larangan perangkapan
jabatan dan larangan menerima gaji, upah, atau honor tetap, yang tidak lain gunanya menghindari conflict of interest antara kepentingan yayasan dengan kepentingan
pribadi organ yayasan.
6. Prinsip Transparansi dalam Pengelolaan Kegiatan Usaha Yayasan
Pada dasarnya yayasan sebagai suatu badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan guna mencapai tujuan tertentu di bidang sosial,
keagamaan dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota. Hal ini memberi makna bahwa kekayaan yayasan terpisah dari kekayaan pendiri ataupun kekayaan organ-
organ terkait. Selain itu yayasan merupakan subjek hukum entitas hukum mandiri yang tidak bergantung pada keberadaan organ yayasan, dalam pengertian bahwa
organ yayasan bukanlah pemilik yayasan melainkan sebagai pengelola kelangsungan hidup yayasan, di mana organ yayasan bertanggung jawab penuh terhadap
pengelolaan kekayaan yayasan untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan.
79
Tetapi pada masa lalu ada kecenderungan masyarakat untuk mendirikan yayasan guna berlindung di balik status badan hukum yayasan, yang tidak hanya
79
Gatot Supramono, Hukum Yayasan di Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, hal. 3.
Universitas Sumatera Utara
bertujuan sosial, keagamaan dan kemanusiaan, tetapi sering dijadikan sebagai suatu wadah untuk memperkaya diri pribadi dari organ-organ yayasan itu sendiri, sering
menimbulkan beragam permasalahan terutama berkaitan dengan kegiatan yayasan yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan yang tercantum dalam anggaran
dasar yayasan. Prinsip yayasan pada masa itu jauh dari indikasi adanya penerapan transparansi, di mana hanya penyantun dan organ yayasan yang mengetahui jumlah
kekayaan dan bentuk kegiatan usaha yayasan yang sebenarnya. Ada anggapan bahwa orang luar dalam hal ini masyarakat tidak berhak untuk mengetahui dan campur-
tangan dalam urusan yayasan.
80
Undang-Undang Yayasan pada prinsipnya menghendaki yayasan bersifat terbuka atau transparan dan pengelolaannya bersifat profesional. Dengan adanya
Undang-Undang Yayasan sangat menggembirakan masyarakat, karena sudah ada kaidah hukum yang menjadi pegangan bagi mereka yang berkecimpung dalam
yayasan dan sebagai pegangan bagi masyarakat pada umumnya. Masyarakat dapat melihat bagaimana kehidupan yayasan di Indonesia setelah berlakunya Undang-
Undang Yayasan. Mengenai yayasan dikehendaki bersifat terbuka atau transparansi ini, dapat dilihat dari sejumlah aturan mainnya dalam Undang-Undang No. 16 Tahun
2001 jo Undang-Undang No. 28 Tahun 2004, antara lain:
81
80
YB Sigit Hutomo, Op.Cit. hal. 139.
81
Gatot Supramono, Op.Cit. hal. 11.
Universitas Sumatera Utara
a. Cara mencari dana Sesuai ketentuan Pasal 3 ayat 1 dan Pasal 7, yayasan dapat mencari dana
dengan cara yang telah ditetapkan, yaitu: 1.
Mendirikan badan usaha; 2.
Ikut serta dalam suatu badan usaha. Yayasan tidak dapat menjalankan usaha secara langsung karena yayasan
kedudukannya bukan sebagai badan usaha atau perusahaan, dan yayasan tidak sebagai lembaga yang tujuannya mencari dana untuk kepentingan yayasan, dengan
jalan mendirikan badan usaha. Di sini yayasan hanya mendirikan badan usaha, dan kedudukannya juga semata-mata sebagai pendiri badan usaha. Yayasan selaku
pendiri, tidak dapat mengelola badan usaha itu. Pasal 7 ayat 3 melarang dengan tegas kepada anggota pembina, pengurus, dan pengawas yayasan merangkap menjadi
anggota direksi pengurus atau komisaris pengawas badan usaha yang didirikan yayasan. Sebagai pendiri badan usaha, setiap tahunnya yayasan akan memperoleh
bagian keuntungan deviden yang berasal dari laba badan usaha yang didirikan tersebut. Selain itu yayasan dalam mencari dana juga dapat melakukan kerja sama
antar perusahaan dengan cara ikut serta menanamkan modal. Modal yang diikutsertakan dalam kerja sama itu berasal dari harta kekayaan yayasan. Menurut
Pasal 7 ayat 2 penyertaan modal tersebut paling banyak 25 dari seluruh nilai kekayaan yayasan. Ditentukan batas maksimum penyertaan itu dimaksudkan agar
tidak mengganggu kegiatan yayasan dalam mencapai maksud dan tujuan yayasan itu sendiri. Dengan melihat cara mencari dana seperti yang ditentuka tersebut di atas,
Universitas Sumatera Utara
tampak bahwa cara ini sifatnya terbuka atau transparan, di mana yayasan dapat melakukan kegiatan usaha dengan pihak lain.
b. Cara mengelola kekayaan Kekayaan yayasan yang berasal dari kegiatan usaha maupun dari sumbangan
pihak ketiga, merupakan milik yayasan dan sesuai dengan Pasal 3 ayat 2 dan Pasal 5 ayat 1 tidak boleh dibagikan atau dialihkan kepada pembina, pengurus, maupun
pengawas yayasan. Aturan main yang demikian, tujuannya untuk menghindari agar sebuah yayasan jangan sampai disalahgunakan untuk mencari dana atau keuntungan
bagi para personel organ yayasan. Juga untuk melindungi yayasan, supaya yayasan tetap dapat mencapai tujuan yang dicita-citakan. Cara yang demikian sebagai cara
yang terbuka bahwa dalam mengelola kekayaan yayasan tidak tergantung kepada kemauan pembina, pengurus, atau pegawai yayasan. Masing-masing organ yayasan
maupun pegawai yayasan dapat mengontrol pengelolaan kekayaan yayasan. c. Akta pendirian diumumkan
Setiap yayasan diharuskan mempunyai akta pendirian dan akta tersebut disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM kemudian diumumkan dalam Berita Negara
RI Pasal 24 Undang-Undang Yayasan. Dengan pengumuman tersebut, masyarakat dianggap telah mengetahui setiap ada yayasan yang baru didirikan. Dengan
mengajukan permohonan pengesahan kepada menteri dan mengumumkan dalam Berita Negara perbuatan-perbuatan itu merupakan sikap keterbukaan dari sebuah
yayasan, karena anggaran dasarnya diketahui oleh pemerintah dan keberadaannya diakui oleh negara dan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
d. Pengisian personel organ yayasan Setiap yayasan ditetapkan oleh Undang-Undang Yayasan, wajib memiliki alat
perlengkapan yang berupa pembina, pengurus, dan pengawas. Kemudian setiap alat perlengkapan, dapat memiliki lebih dari seorang anggota. Untuk mengisi atau
mengangkat anggota organ yayasan tersebut, tidak harus personel yang berasal dari dalam yayasan, melainkan dapat diisi oleh orang dari luar yayasan Pasal 28 ayat 3,
Pasal 40 ayat 3 Undang-Undang Yayasan. Pengisian masing-masing personel organ yayasan yang tidak mengharuskan orang yang berasal dari dalam yayasan,
merupakan sikap yayasan yang terbuka atau transparan. e. Mengumumkan laporan tahunan
Setiap tahunnya pengurus yayasan mempunyai kewajiban untuk membuat laporan tahunan yang berisi dua hal, yaitu laporan keadaan dan kegiatan yayasan dan
laporan keuangan. Laporan tahunan tersebut disahkan dalam rapat pembina yayasan Pasal 50 ayat 3 Undang-Undang Yayasan. Selain itu ikhtisar laporan tahunan
diumumkan melalui penampilan pada papan pengumuman di kantor yayasan. Khusus bagi yayasan yang menerima bantuan dari negara, bantuan luar negeri, maupun pihak
lain minimal Rp. 500 juta atau mempunyai kekayaan di luar harta wakaf minimal sebesar Rp. 20 miliar, diwajibkan oleh Pasal 52 ayat 2 untuk mengumumkan
ikhtisar laporan tahunan melalui media massasurat kabar harian berbahasa Indonesia. Peraturan-peraturan tersebut juga mewajibkan yayasan bersifat terbuka di bidang
keuangan dan hasil kegiatan usaha selama satu tahun.
Universitas Sumatera Utara
f. Pemeriksaan yayasan oleh pihak ketiga Yayasan yang diduga melakukan perbuatan yang kurang atau tidak baik, yaitu
organnya melakukan perbuatan melanggar hukum, lalai dalam menjalankan tugasnya, perbuatannya merugikan yayasan atau pihak ketiga, atau melakukan melakukan
perbuatan yang merugikan negara, dapat dilakukan pemeriksaan berdasarkan penetapan pengadilan atas dasar permintaan pihak ketiga, kecuali perbuatan yayasan
yang merugikan negara atas permintaan kejaksaan. Pemeriksaan terhadap yayasan menggambarkan, bahwa dalam mengelola yayasan harus bersifat terbuka. Pihak
ketiga diberi pintu oleh undang-undang untuk melakukan pemeriksaan, jika terdapat ketidakberesan dalam yayasan.
Transparansi yayasan menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 adalah:
1. Pendokumentasian kegiatan usaha organisasi non profit ornop dan bukti
pembukuan serta data pendukung administrasi keuangan; 2.
Adanya mekanisme laporan tahunan keadaan dan kegiatan yayasan, laporan keuangan serta catatan lainnya;
3. Laporan tahunan di papan kantor, standard akuntansi, pengumuman di surat kabar
dan audit independent kondisi tertentu.
82
82
Hamid Abidin, Op.Cit.
Universitas Sumatera Utara
Yayasan menerapkan transparansi dalam beberapa model, yaitu: 1.
Model legalisme legalism model yaitu model yang berdasarkan hukum, misalnya Undang-Undang Yayasan. Dalam hal ini adanya keharusan audit
independent untuk kepentingan publik; 2.
Model asositisme associatism model yaitu model yang berdasarkan kesepakatan sosial atau konsorsium. Dalam hal ini adanya kesepatan atas bentuk pelaporan
tahunan, misalnya standard laporan Ikatan Akuntan Indonesia; 3.
Model komunalisme communalism model yaitu model yang berdasarkan kesepakatan komunitas atau masyarakat konstituen. Dalam hal ini masyarakatlah
yang menentukan model terhadap kinerja yayasan.
83
Pada hakekatnya tujuan transparansi pada yayasan mencakup: 1.
Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola yayasan secara tepat, efisien, dan ekonomis atas aktivitas dan sumber daya ekonomis;
2. Memberikan informasi yang memungkinkan para pengurus yayasan melaporkan
pelaksanaan tanggung jawab mengelola secara tepat dan efektif.
84
Bagi manajemen yayasan, transparansi informasi digunakan sebagai proses pengendalian manajemen mulai dari strategi perencanaan, penyusunan program
sampai dengan pelaporan kinerja. Dan transparansi tersebut mencakup penyediaan informasi bagi donator, pemerintah dan publik pada umumnya.
85
83
Ibid.
84
YB Sigit Hutomo, Op.Cit. hal. 142.
85
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan Pasal 48 ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2004 yang mewajibkan pengurus untuk membuat
dan menyimpan catatan atau tulisan yang berkaitan dengan kegiatan usaha yayasan, hal ini merupakan bentuk penerapan prinsip transparansi dalam manajemen kegiatan
usaha yayasan berkaitan dengan penyediaan informasi bagi kinerja yayasan.
86
Secara tekhnis transparansi dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban dari pihak yang dipercaya agent untuk memberikan pertanggungjawaban, laporan dan
mengungkapkan segala aktivitas serta kegiatan kepada pemberi kepercayaan principal yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban
tersebut. Dalam konteks yayasan, organ yayasan dalam hal ini pengurus berperan sebagai pihak yang diberi kepercayaan agent dan publik atau masyarakat berperan
sebagai pemberi kepercayaan principal. Sedangkan pengawas yayasan berperan sebagai internal auditor yang berfungsi sebagai penjamin bahwa pengurus telah
melakukan kegiatan yayasan sesuai dengan maksud dan tujuan yang telah ditetapkan.
87
Untuk mengembangkan transparansi yang baik dan sehat, yayasan perlu membangun sistim pengendalian manajemen yang dirancang untuk meningkatkan
upaya pencapaian tujuan organisasi dan untuk menilai efektivitas sistim pengendalian manajemen dalam pencapaian tujuan.
88
86
Sebagaimana diatur dalam Pasal 48 ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004.
87
YB Sigit Hutomo, Op.Cit. hal. 143.
88
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
3. Prinsip Transparansi dalam Pengelolaan Kegiatan Usaha Yayasan