Kedudukan Prinsip Transparansi dalam Good Corporate Governance

transparansi hukum berkaitan dengan jaminan akan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku; b. Tranparansi Proses Transparansi proses terkait dengan prosedur pelaksanaan tugas yang berkaitan dengan kecukupan informasi yang diberikan pada publik; c. Transparansi Program Transparansi program terkait dengan pertimbangan atas pencapaian dari tujuan yang telah ditetapkan serta program yang memberikan hasil optimal; d. Transparansi Kebijakan Transparansi kebijakan terkait dengan keterbukaan setiap organ terkait atas kebijakan-kebijakan yang diambil dalam rangka pencapaian tujuan. 52

3. Kedudukan Prinsip Transparansi dalam Good Corporate Governance

a. Good Corporate Governance GCG Perkembangan konsep Good Corporate Governance GCG atau disebut juga tata kelola usaha yang baik sesungguhnya telah dimulai jauh sebelum isu Corporate Governance menjadi kosa kata yang paling hangat di kalangan eksekutif bisnis. Bersamaan dengan dikembangkannya sistim korporasi di Inggris, Eropa dan Amerika Serikat sekitar satu setengah abad lalu 1840-an, isu Corporate Governance telah muncul ke permukaan meskipun masih berupa saran dan anekdot. 53 52 Hamid Abidin, Akuntabilitas dan Transparansi Yayasan, www.yahoo.com, diakses 20 April 2009. 53 Mas Ahmad Daniri, Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapannya dalam Konteks Indonesia, Jakarta: Ray Indonesia, 2005, hal. 7. Universitas Sumatera Utara Good Corporate Governance pada dasarnya digunakan untuk menentukan arah dan pengendalian kinerja perusahaan seperti monitor dan mengendalikan keputusan serta tindakan yang akan diambil, mempengaruhi implementasi strategi, memberi perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham khususnya pemegang saham minoritas serta hubungan antara pihak-pihak yang berkepentingan stakeholders. 54 Good Corporate Governance merupakan segala aturan hukum yang ditujukan untuk memungkinkan suatu perusahaan dapat mempertanggung-jawabkan kegiatannya di hadapan pemegang saham dan publik. 55 Istilah corporate governance untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Cadbury Committee pada tahun 1992, yang menggunakan istilah tersebut dalam laporan mereka yang kemudian dikenal sebagai Cadbury Report. Laporan ini dipandang sebagai titik balik turning point yang sangat menentukan bagi praktek corporate governance di seluruh dunia. 56 Cadbury Committee mendefinisikan corporate governance sebagai seperangkat aturan yang merumuskan hubungan antara para pemegang saham, 54 Ibid. 55 Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi I, Jakarta: Books Terrace Library, 2007, hal. 241. 56 Cadbury Report adalah sebutan lazim untuk The Report of Cadbury Committee on Finansial Aspects of Corporate Governance: The Code of Best Practice, sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Cadbury-Schweppes tahun 1992. Komite ini dibentuk pada bulan Mei 1991 oleh London Stock Exchange dan profesi akuntan yang diketuai oleh Sir Adrian Cadbury untuk membahas aspek-aspek finansial corporate governance. Komite ini menghasilkan Code of The Best Practice yang kemudian wajib dilaksanakan oleh semua perusahaan terbuka di Kerajaan Inggris Sumber: Yayasan Pembaruan Administrasi Publik Indonesia, Memahami Good Government Governance dan Good Corporate Governance, Yogyakarta, 2004, hal. 14. Universitas Sumatera Utara manajer, kreditur, pemerintah, karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal sehubungan dengan hak-hak dan tanggung- jawab mereka. 57 Pembahasan mengenai Good Corporate Governance GCG tidak dapat dipisahkan dengan konsep dan sistim korporasi itu sendiri, serta keterkaitan hubungan antara manajemen, direksi, dewan komisaris, shareholders dan stakeholders dalam suatu korporasi. Hal ini mengakibatkan Good Corporate Governance GCG berkembang pesat. Setiap negara atau lembaga internasional memiliki definisi yang berbeda berkenaan dengan Good Corporate Governance GCG, antara lain: 1. Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI menyatakan bahwa corporate governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak dan kewajiban mereka. Atau dengan kata lain suatu sistim yang mengendalikan perusahaan; 2. World Bank World Bank menyatakan bahwa corporate governance merupakan suatu gabungan daripada hukum, peraturan serta praktek-praktek usaha yang diterapkan dalam dunia korporasi, dengan tujuan untuk menarik masyarakat 57 Ibid. Universitas Sumatera Utara pemodal melaksanakan efisiensi serta untuk eksistensi daripada usaha yang dimaksud; 3. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No.KEP-117MMBU2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara BUMN Keputusan Menteri BUMN tersebut menyatakan bahwa corporate governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika. 58 Banyak pendapat lain yang dikemukakan oleh negara-negara dan lembaga internasional tentang definisi corporate governance, di mana masing-masing mempunyai konsep dan tujuan tersendiri. Tetapi pada dasarnya semua memiliki suatu persamaan dalam hal ingin dicapainya suatu kinerja perusahaan yang baik sehingga memberi keuntungan bagi para pemegang saham dan stakeholder lainnya. Oleh karena banyaknya pendapat dari berbagai negara dan lembaga internasional, akhirnya Organization for Economic Corporation and Development OECD membuat suatu rumusan mengenai Good Corporate Governance sehingga terdapat kesamaan formulasi yang diberlakukan di setiap yurisdiksi hukum masing-masing negara. Organization for Economic Corporation and Development OECD mendefinisikan corporate governance sebagai suatu struktur yang olehnya para pemegang saham, 58 I Nyoman Tager, Corporate Governance, Jakarta: Prenhalindo, 2003, hal. 27. Universitas Sumatera Utara komisaris dan manajer menyusun tujuan-tujuan perusahaan dan sarana untuk mencapai tujuan tersebut dan mengawasi kinerja. 59 Pada dasarnya pemahaman mengenai corporate governance dapat dibagi menjadi 2 dua unsur, yaitu: 1. Unsur yang berasal dari dalam perusahaan Unsur yang berasal dari dalam perusahaan terdiri dari pemegang saham, direksi, dewan komisaris, manajer, pekerja atau serikat pekerja, sistim remunerasi berdasarkan kinerja dan komite audit; 2. Unsur yang berasal dari luar perusahaan Unsur yang berasal dari luar perusahaan terdiri dari kecukupan undang-undang dan perangkat hukum lainnya, investor baik dari dalam maupun luar negeri, institusi penyedia informasi, akuntan publik, konsultan hukum, institusi yang memihak kepentingan publik bukan golongan, pemberi pinjaman dan pengesah legalitas. 60 Corporate governance mensyaratkan adanya struktur dan perangkat untuk tercapainya tujuan dan pengawasan atas kinerja. Dalam hal ini corporate governance harus dapat menjadi rangsangan atau pendorong bagi manajemen untuk mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan atau badan hukum, dan dapat 59 Ibid. 60 Ibid. Universitas Sumatera Utara memfasilitasi pemonitoran atau pengawasan yang efektif sehingga mendorong perusahaan atau badan hukum untuk menggunakan sumber daya dengan efisien. 61 Dalam hal pengembangan badan hukum seperti yayasan, diharapkan GCG dapat dimengerti dan diterapkan dengan baik. Kerangka corporate governance harus menjadi pedoman strategik dari suatu badan usaha seperti halnya yayasan, mencakup pemonitoran manajemen yang efektif oleh pengawas yayasan dan transparansi pengurus dalam setiap kegiatan usaha yayasan berkaitan dengan pengungkapan yang tepat waktu dan akurat. 62 Good Corporate Governance pada dasarnya merupakan rangkain hubungan antara manajemen perusahaan, shareholder dan stakeholder sehingga terbentuk sistim dan struktur yang memungkinkan organ-organ yayasan atau stakeholder untuk mengendalikan yayasan; mencakup proses pengambilan keputusan, pemantauan dan pengawasan yayasan mendukung terakomodasinya aspirasi mereka dalam perumusan tujuan yayasan serta pemantauan atas proses pencapaian tujuan tersebut berikut kinerja yang telah dicapai. 63 b. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Dalam konteks tumbuhnya kesadaran akan pentingnya corporate governance, Organization for Economic Corporation Development OECD sebagai organisasi internasional di bidang ekonomi dan pembangunan yang didirikan pada April 1998 telah mengembangkan seperangkat prinsip-prinsip yang dapat diterapkan secara 61 Yayasan Pembaruan Administrasi Publik Indonesia, Op.Cit. hal. 102. 62 Ibid. 63 Ibid. Universitas Sumatera Utara fleksibel sesuai dengan keadaan, budaya dan tradisi masing-masing negara. Prinsip- prinsip ini diharapkan menjadi titik rujukan bagi pemerintah regulator dalam membangun framework bagi penerapan corporate governance. 64 Prinsip-prinsip OECD menyangkut 5 lima bidang utama, yaitu: 1. Perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham the right of shareholder; 2. Persamaan perlakuan terhadap seluruh pemegang saham the equitable treatment of shareholders; 3. Peran para pemegang kepentingan yang terkait dengan perusahaan the rule of stakeholders; 4. Keterbukaan dan transparansi disclosure and transparency; 5. Akuntabilitas para dewan the responsibilities of board. 65 Prinsip-prinsip OECD terkait langsung dengan permasalahan yang dihadapi dunia usaha pada umumnya yakni masalah korupsi dan ketidakjujuran, tanggung jawab sosial dan etika korporasi, tata kelola sektor publik dan reformasi hukum. 66 Dalam usaha pencapain tujuan korporasi, terdapat 4 empat prinsip utama dalam penerapan Good Corporate Governance GCG yang sejalan dengan prinsip- prinsip yang dirumuskan oleh Organization for Economic Corporation Development OECD, yaitu: 64 I Nyoman Tager, Op.Cit. hal. 30. 65 Ibid. 66 Ibid. Universitas Sumatera Utara 1. Keadilan atau kewajaran fairness; Prinsip ini tercermin melalui keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang- undangan yang berlaku dengan memberi perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing melalui keterbukaan informasi serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam. 67 Keadilan di sini merupakan keadilan bagi semua pihak yang terkait dengan yayasan, baik para donator, masyarakat maupun pemerintah untuk memperoleh perlindungan dari segala bentuk penipuan oleh yayasan dalam bentuk informasi ataupun praktek tidak sehat lainnya; 68 2. Transparansi atau keterbukaan transparency Prinsip ini menekankan pada keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. Dalam hal ini hak-hak para pemegang saham harus diberi informasi dengan benar dan tepat pada waktunya serta dapat ikut berperan serta dalam pengambilan keputusan mengenai perubahan- perubahan yang mendasar atas perusahaan dan turut memperoleh bagian dari 67 Ibid, hal. 49. 68 Yayasan Pembaharuan Administrasi Publik Indonesia, Op.Cit. hal. 102. Universitas Sumatera Utara keuntungan perusahaan. 69 Transparansi di sini merupakan peningkatan keterbukaan atas informasi yang akurat dan tepat waktu atas kinerja yayasan; 70 3. Akuntabilitas atau pertanggungjawaban accountability Prinsip ini menekankan tanggung jawab manajemen melalui pengawasan yang efektif berdasarkan balance of power antara manajer, pemegang saham, dewan komisaris dan auditor. Akuntabilitas merupakan bentuk tanggung jawab manajemen terhadap perusahaan dan para pemegang saham. 71 Akuntabilitas adalah bentuk pertanggungjawaban manajemen melalui pengawasan efektif berdasarkan kesetaraan dan keseimbangan kekuasaan antara organ-organ yayasan; 72 4. Tanggung jawab responsibility Prinsip ini tercermin dalam bentuk pengakuan atas peranan pemegang saham sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan kerja sama yang aktif antara perusahaan serta pemegang kepentingan dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja dan perusahaan yang sehat dalam aspek keuangan. Hal ini merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan sebagai anggota masyarakat yang tunduk kepada hukum dan bertindak dengan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan masyarakat sekitarnya. 73 Tanggung jawab adalah merupakan bentuk tanggung jawab 69 I Nyoman Tager, Op.Cit. hal. 49. 70 Yayasan Pembaruan Administrasi Publik Indonesia, Op.Cit. hal. 102. 71 I Nyoman Tager, Op.Cit, hal. 49. 72 Yayasan Pembaharuan Administrasi Publik Indonesia, Op.Cit. hal. 102. 73 I Nyoman Tager, Op.Cit, hal. 49. Universitas Sumatera Utara yayasan sebagai anggota masyarakat untuk mematuhi ketentuan yang berlaku di suatu negara atau lingkungan masyarakat. 74 Prinsip transparansi transparency mempunyai peranan dan kedudukan yang penting dalam penerapan Good Corporate Governance GCG. Pelaksanaan prinsip transparansi perlu dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan agar suatu badan hukum seperti yayasan menjadi lebih efisien dan mampu memberikan pelayanan atau perbaikan pola kerja sehingga kinerja yayasan akan menjadi lebih baik dimasa yang akan datang.

B. Pengaturan Prinsip Transparansi dalam UU No. 16 Tahun 2001 jo UU No.

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Tentang Pembagian Kekayaan Dari Yayasan Kepada Organ Yayasan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004

7 121 117

Pemindahan Hak Atas Kekayaan Yayasan Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 JO Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

1 41 100

Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Kekayaan Yayasan Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan

0 60 257

Tinjauan Hukum Yayasan Keagamaan Hindu Sikh Di Sumatera Utara Sebagai Badan Hukum Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004

0 44 174

Suatu Tinjauan Terhadap Penerapan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan Oleh Yayasan AFTA sebagai Badan Hukum.

0 0 6

undang undang nomor 28 tahun 2004 tentang perubahan atas uu nomor 16 tahun 2001 tentang yayasan

0 0 22

BAB II PENGELOLAAN YAYASAN OLEH ORGAN YAYASAN A. Keberadaan Yayasan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 - Tinjauan Yuridis Tentang Pembagian Kekayaan Dari Yayasan Kepada Organ Yayasan Ditinjau Dari Undang

0 0 31

Tinjauan Yuridis Tentang Pembagian Kekayaan Dari Yayasan Kepada Organ Yayasan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004

0 0 11

Pemindahan Hak Atas Kekayaan Yayasan Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 JO Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

0 0 39

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pemindahan Hak Atas Kekayaan Yayasan Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 JO Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

0 0 26