kerugian akibat kepailitan tersebut, maka setiap anggota pengurus secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
123
Pasal 39 butir 1 Undang- Undang No. 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004.
4. Transparansi dan Akuntabilitas Yayasan
Tiap pekerjaan mutlak memerlukan adanya pertanggungjawaban. Sampai sekarang banyak sekolah merasa hanya bertanggung jawab kepada Pemerintah atau
Yayasan yang memberi uang dan kewenangan. Tidak banyak yang merasa bertanggung jawab kepada masyarakat. Seharusnya, karena sekolah mendidik anak
dari masyarakat, maka sekolah harus bertanggung jawab kepada masyarakat tentang pelaksanaan tugasnya, penggunaan dana apa kekurangannya dan bagaimana sekolah
mengharap bantuan dan dukungan masyarakat untuk mendidik anak secara bersama. Banyak pengalaman yang menyatakan bahwa jika sekolah dikelola secara terbuka
dan siap bekerja sama, akan mengundang simpati sehingga masyarakat akan merasa senang memberikan dukungan atau bantuan yang diperlukan sekolah dalam usaha
peningkatan layanan pendidikan untuk anak-anak mereka. Untuk dapat mencapai hal tersebut perlu diterapkan konsep transparansi
keterbukaan dan akuntabilitas. Hal ini sesuai dengan bunyi Pasal 8 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional “Masyarakat berhak
berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program
pendidikan”. Transparanterbuka, hal ini diperlukan dalam rangka menciptakan
123
Sebagaimana diatur dalam Pasal 39 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2004.
Universitas Sumatera Utara
kepercayaan timbal balik antar pemangku kepentingan melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai.
Akuntabel berhubungan dengan pertanggungjawaban untuk melaporkan, menjelaskan
dan membuktikan kebenaran sebuah kegiatan atau keputusan kepada pemangku kepentingan. Tujuan dari lahirnya prinsip transparansi dan akuntabilitas ini antara
lain: 1.
Mengetahui pentingnya manajemen berprinsip keterbukaan dan akuntabilitas kepada pemberi amanat, termasuk masyarakat;
2. Memahami bahwa sekolah secara legal bertanggung jawab kepada Pemerintah
atau Yayasan dan juga bertanggung jawab kepada masyarakat;
3. Mengetahui berbagai cara melaksanakan manajemen dengan prinsip
Keterbukaan dan Akuntabilitas di sekolah.
Transparanterbuka diperlukan dalam rangka menciptakan kepercayaan timbal
balik antar pemangku kepentingan melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai. Akuntabel
berhubungan dengan pertanggungjawaban untuk melaporkan, menjelaskan dan membuktikan kebenaran sebuah kegiatan atau keputusan kepada pemangku
kepentingan transparansi dan akuntabilitas merupakan konsep baru yang populer dalam literatur serta perbincangan politik dan hukum Indonesia setelah masa
pemerintahan Presiden Soeharto. Transparansi dan akuntabilitas berkaitan dengan
Universitas Sumatera Utara
konsep governance yang tumbuh dalam khasanah politik selama dua puluh tahun terakhir.
124
Good Governance agaknya telah menjadi ajang yang menarik bagi dua kekuatan tersebut. Bersaing atau berbagi peran di dalamnya. Terdapat beberapa
perbedaan penekanan, walaupun terdapat persamaan fokus dan ide utamanya. UNDP, misalnya, memberikan penekanan khusus pada pembangunan manusia yang
berkelanjutan, pengentasan kemiskinan, dan transformasi administrasi publik UN Report, 1998. Sementara itu, Bank Dunia lebih memberikan perhatian pada
pendayagunaan sumber daya sosial dan ekonomi bagi pembangunan. Sedangkan Organisation for Economic Cooperation and Development OECD menekankan
pada penghargaan hak-hak asasi manusia, demokrasi dan legitimasi pemerintah. Terlepas dari itu semua, Good Governance seringkali dipahami sebagai implementasi
otoritas politik, ekonomi, dan administratif dalam proses manajemen berbagai urusan publik dalam suatu negara. Good Governance memiliki beberapa atribut kunci seperti
transparasi, partisipatif, daya tanggap, wawasan kedepan, akuntabilitas, pengawasan, efisiensi efektivitas, profesionalisme. Di atas semua itu, atribut utama Good
Governance adalah bagaimana penggunaan kekuasaan dan otoritas dalam penyelesaian berbagai persoalan publik. Dalam konteks itu, mekanisme kontrol
check and balance perlu ditegakkan sehingga tidak ada satu komponen pun yang memegang kekuasaan absolut.
124
Ibrahim Assegaf dan Eryanto Nugroho, Tafsir Sempit Akuntabilitas dan Sisi Bisnis Yayasan, Jurnal Hukum Jentera, edisi 2 Tahun 2003, hal. 39.
Universitas Sumatera Utara
Prinsip akuntabilitas publik adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran nilai-nilai atau
norma-norma eksternal yang dimiliki oleh para stakeholders yang berkepentingan dengan pelayanan tersebut. Sehingga, berdasarkan tahapan sebuah program,
akuntabilitas dari setiap tahapan adalah: 1.
Pada tahap proses pembuatan sebuah keputusan, beberapa indikator untuk menjamin akuntabilitas publik adalah:
a. Pembuatan sebuah keputusan harus dibuat secara tertulis dan tersedia
bagi setiap warga yang membutuhkan; b.
Pembuatan keputusan sudah memenuhi standar etika dan nilai-nilai yang berlaku, artinya sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang
benar maupun nilai-nilai yang berlaku di stakeholders; c.
Adanya kejelasan dari sasaran kebijakan yang diambil, dan sudah sesuai dengan visi dan misi organisasi, serta standar yang berlaku;
d. Adanya mekanisme untuk menjamin bahwa standar telah terpenuhi;
e. Konsistensi maupun kelayakan dari target operasional yang telah
ditetapkan maupun prioritas dalam mencapai target tersebut. 2.
Pada tahap sosialisasi kebijakan, beberapa indikator untuk menjamin akuntabilitas publik adalah:
a. Penyebarluasan informasi mengenai suatu keputusan, melalui media
massa, media nirmassa, maupun media komunikasi personal;
Universitas Sumatera Utara
b. Akurasi dan kelengkapan informasi yang berhubungan dengan cara-
cara mencapai sasaran suatu program; c.
Akses publik pada informasi atas suatu keputusan setelah keputusan dibuat dan mekanisme pengaduan masyarakat;
d. Ketersediaan sistem informasi manajemen dan monitoring hasil yang
telah dicapai oleh pemerintah. Sedangkan Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk
memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya,
serta hasil-hasil yang dicapai. Prinsip transparansi paling tidak dapat diukur melalui sejumlah indikator seperti:
a. Mekanisme yang menjamin sistem keterbukaan dan standarisasi dari semua
proses-proses pelayanan publik; b.
Mekanisme yang memfasilitasi pertanyaan-pertanyaan publik tentang berbagai kebijakan dan pelayanan publik, maupun proses-proses di dalam
sektor publik; c.
Mekanisme yang memfasilitasi pelaporan maupun penyebaran informasi maupun penyimpangan tindakan aparat publik di dalam kegiatan melayani.
Akuntanbilitas dan Transparansi Sebuah Tantangan. Belajar dari sepenggal cerita di atas, hal utama bagi pelaksanaan akuntabilitas dan transparansi
penyelenggaraan pemerintahan adalah adanya goodwill penyelenggara negara dan Kepercayaan Masyarakat. Baru kemudian disusul dengan ketegasan dari kepala
Universitas Sumatera Utara
daerah untuk melaksanakannya. Tanpa modal awal tersebut maka pelaksanaan good governance khususnya akuntabilitas dan transparansi di suatu daerah akan
terhambat. Sampai saat ini akuntabilitas dan transparansi masih dirasakan sebagai hal yang berat untuk dilaksanakan. Alasan adanya “rahasia dapur” tidak boleh diketahui
masyarakat seringkali masih terdengar. Pengetahuan penyelenggara negara tentang apa yang harus dipublikasikan, dan apa yang memang menjadi rahasia negara masih
diragukan. Ketidaktahuan ini seringkali memunculkan perlakuan “pukul rata” terhadap informasi dari pemerintah. Sehingga masyarakat masih merasakan kesulitan
mengakses informasi. Padahal salah satu indikator pelaksanaan transparansi dalam penyelenggaraan negara adalah adanya jaminan bagi masyarakat untuk memperoleh
akses atau kebebasan informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil
yang dicapai. Alasan lain yang sering muncul dan menjadi hambatan dalam mendorong pelaksanaan akuntabilitas dan transparansi di suatu daerah adalah
kekhawatiran akan terjadi gejolak sosial jika masyarakat mengetahui informasi- informasi yang terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan dan anggaran
pembangunan. Alasan ini sebenarnya menyiratkan ketidakmampuan dan ketidaksiapan penyelenggara negara pihak yang diberi mandat dalam memberikan
pelayanan dan informasi kepada masyarakat pihak yang memberi mandat. Keadaan ini tentunya juga mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap
penyelenggara negara terkait dengan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Bagaimana dengan implementasi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Universitas Sumatera Utara
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN di daerah? Dalam undang- undang tersebut jelas mencantumkan asas-asas penyelenggaraan negara dan
penjelasan-penjelasannya. Salah satu asasnya adalah akuntabilitas dan transparansi. Alangkah disayangkan jika penyelenggara negara belum melaksanakan peraturan
perundang-undangan ini sebagai asas penyelenggaraan negara. Sangat disayangkan lagi jika penyelenggara negara belum mengetahui adanya peraturan undang-undang
ini. Apakah tidak mungkin masyarakat akan meragukan kredibilitas penyelenggara negara dan berangsur-angsur hilang kepercayaannya. Kepercayaan masyarakat sangat
penting artinya bagi pembangunan sebuah negara. Sebelum Nabi Muhammad SAW dikukuhkan menjadi seorang Rasul beliau sudah sangat populer di tengah masyarakat
Kota Makkah dengan gelar al-Amin yaitu orang yang dapat dipercaya amanah kredibel. Sungguh dahsyat pengaruh suatu kepercayaan dan luar biasa pentingnya
untuk kesuksesan pembangunan. Kepercayaan melampaui modal harta benda, kedudukan, jabatan, atau ilmu sekalipun. Ketika kepercayaan sudah sirna di hati
masyarakat, sulit untuk tumbuh kembali. Walaupun dengan berjuta janji atau membayar dengan harta sebanyak apapun, jika kepercayaan masyarakat sudah hilang
maka perasaan yang muncul adalah selalu mencurigai dan rasa tidak dipercaya akan selalu membayang dan membekas. Maka yang akan terjadi adalah ketidaknyamanan
dalam bekerja dan bermasyarakat. Sebuah tantangan yang tidak mudah bagi penyelenggara negara untuk meraih kepercayaan dari masyarakat sebagai pemberi
mandat? Terlebih pasca era ketertutupan selama 32 tahun lebih. Belum lagi ditambah dengan persaingan antara kekuatan pasar dan kekuatan negara. Salah satu jalan yang
Universitas Sumatera Utara
bisa ditempuh adalah menjadikan akuntabilitas dan transparansi sebagai kebutuhan dan mengimplementasikan dalam setiap kebijakan. Karena saat ini kebutuhan akan
akuntabilitas dan transparansi penyelenggaraan negara sudah menjadi kebutuhan masyarakat. Sudah seharusnya sebagai pihak yang diberikan mandat memberikan
pelayanan yang maksimal kepada pihak yang memberikan mandat. Yayasan sebagai suatu bentuk organisasi yang bergerak di sektor publik
diwajibkan untuk menerapkan prinsip transparansi dan akuntabilitas yang digunakan dalam perusahaan. Pendirian yayasan di masa lalu hanya berdasarkan pada kebiasaan
masyarakat saja, sehingga transparansi dan akuntabilitas yang diterapkan sering menimbulkan masalah antara pendiri yayasan dengan pengurus yang mengelola
kegiatan yayasan. Acapkali yayasan digunakan untuk menampung kekayaan yang berasal dari pendiri atau pihak lain yang diperoleh dengan cara melawan hukum.
Dari sudut pandang akuntansi, ada beberapa persamaan praktek akuntansi pada yayasan dengan perusahaan, yaitu:
a. Keduanya diwajibkan melakukan pembukuan dengan sistem berpasangan
double entry bookkeeping dan mengacu pada standar akuntansi; b.
Memiliki siklus akuntansi yang serupa dan membuat laporan keuangan setiap akhir periode akuntansi bila perlu diaudit oleh akuntan publik;
c. Objektivitas dan transparansi dalam laporan keuangan;
d. Harus menjalankan kegiatan operasionalnya secara efisien dan efektif
karena kalangan sumber daya yang dimiliki;
Universitas Sumatera Utara
e. Yayasan dan perusahaan merupakan bagian integral dari sistem ekonomi
dan menggunakan sumber daya yang sama untuk mencapai tujuan organisasi; f.
Para manajer dan kedua organisasi tersebut membutuhkan informasi yang handal dan relevan untuk melaksanakan fungsi manajemen misal
perencanaan, koordinasi dan pengendalian; g.
Kedua bentuk organisasi tersebut terikat pada peraturan perundang-undangan dan ketentuan hukum yang diisyaratkan, misal yayasan pada Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan dan perusahaan pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas.
125
Pada hakekatnya tujuan akuntansi yayasan mencakup: a.
Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola yayasan secara tepat, efisien dan ekonomis atas suatu aktivitas dan alokasi sumber daya
ekonomi; b.
Memberikan informasi yang memungkinkan para pengurus yayasan melaporkan pelaksanaan tanggung jawab mengelola secara tepat dan
efektif.
126
Dengan demikian, akuntansi mempunyai peran sebagai penyedia informasi, pengendalian manajemen, dan akuntabilitas. Dalam penyediaan informasi, akuntansi
mempunyai informasi sebagai alat informasi bagi manajemen yayasan dan alat
125
YB Sigit Hutomo, Op.Cit. hal. 140.
126
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
informasi bagi publik. Bagi manajemen yayasan, informasi akuntansi digunakan sebagai proses pengendalian manajemen mulai dari perencanaan strategik,
penyusunan program, penganggaran, evaluasi kinerja, sampai dengan pelaporan kinerja. Sedangkan akuntabilitas mencakup penyediaan informasi bagi donatur,
pemerintah dan publik pada umumnya.
127
Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang transparansi dan
akuntabilitas yayasan yaitu Bab VII mengenai Laporan Tahunan dan Bab VIII mengenai Pemeriksaan terhadap Yayasan. Dalam Undang-Undang Yayasan Pasal 48
ditetapkan bahwa pengurus yayasan wajib membuat pembukuan atas kegiatan usaha yang dilakukan. Bukti atau dokumen yang diperoleh dari pelaksanaan kegiatan usaha
tersebut wajib disimpan dan menjadi dasar pembukuan.
128
Yayasan wajib menyusun laporan keuangan untuk kepentingan ekstenal publik dengan mengacu pada pembukuan yang dibuat oleh yayasan. Dengan adanya
transparansi dalam pelaporan keuangan yayasan maka masyarakat dan konsisten dapat melakukan social control terhadap jalannya pengelolaan yayasan. Laporan
tahunan yang dibuat yayasan harus mendapat pengesahan dari pengurus, pengawas dan pembina yayasan, kemudian yayasan wajib mengumumkannya kepada publik
di papan pengumuman di kantornya masing-masing atau di surat kabar untuk yayasan yang tergolong besar.
127
Ibid.
128
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
B. Peran dan Fungsi Pengurus dalam Pengelolaan Kegiatan Usaha Yayasan