2. Prinsip Transparansi dalam UU No. 16 Tahun 2001 jo UU No. 28 Tahun
2004 tentang Yayasan
Sebelum tahun 2001, peraturan tertulis tentang yayasan belum ada. Dalam KUH Perdata tidak dijumpai ketentuan mengenai yayasan. Demikian pula dalam
KUH Dagang dan peraturan-peraturan lainnya tidak mengaturnya. Di Belanda telah memiliki KUH Perdata yang baru dan berlaku mulai tahun 1977, tampak bahwa
yayasan diatur secara khusus bersama-sama dengan Rechtpersoonen dalam Buku 2 Titel 5 Pasal 285 sampai Pasal 305. Pengaturan yayasan dalam pasal-pasal tersebut
dilakukan secara sistematis mengenai ketentuan tentang syarat-syarat pendiriannya, kedudukannya, kewenangan pengurusnya, perubahan anggaran dasarnya,
pembubarannya dan sebagainya. Di Indonesia setelah 56 tahun merdeka baru mempunyai peraturan mengenai yayasan, yaitu Undang-Undang No. 16 Tahun 2001
tentang Yayasan, yang diundangkan pada tanggal 6 Agustus 2001 dalam Lembaran Negara RI Tahun 2001 No. 112 dan Tambahan Lembaran Negara RI No. 4132, dan
mulai berlaku sejak tanggal 6 Agustus 2002. Pemberlakuan Undang-Undang Yayasan satu tahun setelah tanggal
pengundangan, dimaksudkan agar masyarakat mengetahui dan memahami peraturannya dan dapat mempersiapkan segala sesuatunya yang berhubungan dengan
yayasan. Lambatnya membentuk Undang-Undang Yayasan dapat berakibat lambatnya masyarakat untuk menyesuaikan diri terhadap undang-undang tersebut
terutama bagi yayasan yang telah berdiri sebelumnya, karena masyarakat telah terbiasa mengelola yayasan secara tradisional yang norma-normanya telah
Universitas Sumatera Utara
internalized atau mendarah daging. Sedangkan Undang-Undang Yayasan dibentuk dengan tujuannya digunakan untuk melakukan perubahan masyarakat agent of
change,
75
agar yayasan dapat sebagai lembaga yang dikelola secara profesional dan mampu berperan maksimal di masyarakat. Setelah Undang-Undang Yayasan No. 16
Tahun 2001 tersebut berjalan kurang lebih dua tahun, diubah dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2004, yang diundangkan pada tanggal 6 Oktober 2004 dalam
Lembaran Negara RI Tahun 2004 No. 115 dan Tambahan Lembaran Negara RI No. 4430, dan mulai berlaku sejak tanggal 6 Oktober 2005, satu tahun setelah
diundangkan.
76
Perubahan Undang-Undang Yayasan sesuai dengan konsideran Undang- Undang No. 28 Tahun 2004 disebabkan karena Undang-Undang No. 16 Tahun 2001
dalam perkembangannya belum menampung seluruh kebutuhan dan perkembangan hukum dalam masyarakat, serta terdapat beberapa substansi yang dapat menimbulkan
berbagai penafsiran. Tujuan diubahnya undang-undang ini dimaksudkan untuk lebih menjamin kepastian dan ketertiban hukum, serta memberikan pemahaman yang benar
kepada masyarakat mengenai yayasan, sehingga dapat mengembalikan fungsi yayasan sebagai pranata hukum dalam rangka mencapai tujuan tertentu di bidang
sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Dari 73 pasal yang ada dalam Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, sebanyak 21 pasal yang diubah, dan tiga alinea dalam penjelasan
umum yang diubah dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2004. Oleh karena itu,
75
Gatot Supramono, Hukum Yayasan di Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, hal. 8.
76
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
pasal-pasal yang tidak diubah dan penjelasan yang tidak diubah dalam undang- undang tersebut masih berlaku. Dengan adanya perubahan tersebut, kedua undang-
undang itu saling berkaitan dan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Undang-Undang Yayasan pada prinsipnya menghendaki yayasan bersifat terbuka dan pengelolaannya bersifat profesional. Dengan adanya Undang-Undang
Yayasan sangat menggembirakan masyarakat, karena sudah ada kaidah hukum yang menjadi pegangan bagi mereka yang berkecimpung dalam yayasan dan sebagai
pegangan bagi masyarakat pada umumnya. Masyarakat dapat melihat bagaimana kehidupan yayasan di Indonesia setelah berlakunya Undang-Undang Yayasan.
C. Prinsip Transparansi dalam Pengelolaan Kegiatan Usaha Yayasan