Tanggung Jawab Pengurus dalam Pengelolaan Kegiatan Usaha Yayasan

dalam anggaran dasar yayasan tersebut. Dalam hal yayasan melakukan perbuatan hukum ultra vires, yang di luar batas kecakapannya, maka perbuatan hukum tersebut batal demi hukum null and void; nietig. Guna menghindari pembatalan tersebut, maka diperlukan penafsiran atau rumusan maksud dan tujuan yayasan, berpegang pada pengertian yang lazim menurut kebiasaan reasonable sense, dan memperhatikan sejauhmana perbuatan tersebut dapat menunjang kegiatan yayasan dalam rangka pencapaian maksud dan tujuan yayasan. Perbuatan yang dapat menunjang pencapaian maksud dan tujuan yayasan adalah perbuatan ultra vires, yakni yang tercakup dalam maksud dan tujuan yayasan.

C. Tanggung Jawab Pengurus dalam Pengelolaan Kegiatan Usaha Yayasan

Berlakunya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, berarti telah terjadi reformasi terhadap yayasan terutama yang berhubungan dengan anggaran dasar. Reformasi yang perlu dilakukan mencakup aspek organ yayasan pembina, pengurus dan pengawas serta wewenang masing-masing unsur organ yayasan, pengelolaan kegiatan usaha yayasan menjadi jelas sehingga tidak menjadi arena penyembunyian harta oleh para pendirinya dan pengelolaan kegiatan usaha yayasan haruslah dikelola secara profesional. 129 Mengenai pertanggungjawaban pengurus terhadap kegiatan usaha yayasan berkaitan erat dengan prinsip fiduciary relationship antara yayasan dengan pengurus selaku organ yayasan oleh karena adanya perbuatan ultra vires yang mengakibatkan 129 YB Sigit Hutomo, Op.Cit. hal. 123. Universitas Sumatera Utara kerugian bagi yayasan atau pihak ketiga. Kesalahan pengurus tersebut merupakan kesalahan langsung karena telah menyebabkan kerugian maupun kesalahan karena ikut menyebabkan kerugian. Untuk itu maka tanggung jawab kegiatan usaha yayasan sangat penting dilakukan oleh setiap pengurus berdasarkan prinsip kehati-hatian dan tanggung jawab. Pengelolaan kegiatan usaha yayasan berkaitan erat dengan pengelolaan harta kekayaan yayasan, karena hasil kegiatan usaha merupakan salah satu bentuk pendapatan yang menjadi harta kekayaan yayasan. Pengurus yayasan bertanggung jawab penuh atas kepengurusan yayasan untuk kepentingan dan tujuan yayasan Pasal 35 ayat 1 UUY. Setiap pengurus menjalankan tugas dengan itikad baik, dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan dan tujuan yayasan Pasal 35 ayat 2 UUY. Setiap pengurus bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan dalam menjalankan tugasnya tidak sesuai dengan ketentuan anggaran dasar, yang mengakibatkan kerugian yayasan atau pihak ketiga Pasal 35 ayat 5 UUY. Yayasan sangat bergantung pada organ pengurus sebagai organ yang dipercayakan untuk melakukan kegiatan dan melaksanakan fungsinya. Dengan demikian, antara yayasan dengan organ pengurus terdapat fiduciary relationship yang melahirkan fiduciary duties. Pengurus hanya berhak dan berwenang bertindak atas nama dan untuk kepentingan yayasan serta dalam batas-batas yang ditentukan dalam Undang-Undang Yayasan dan anggaran dasar yayasan. Setiap tindakan yang dilakukan pengurus di luar kewenangan yang diberikan tersebut tidak akan mengikat yayasan. Hal ini berarti, pengurus dalam melakukan tugasnya haruslah bertanggung jawab mempergunakan wewenang yang Universitas Sumatera Utara dimilikinya berdasarkan anggaran dasar yayasan, untuk tujuan yang patut yang sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan yang tertuang dalam anggaran dasar yayasan. Pengurus tidak boleh memperoleh keuntungan untuk dirinya pribadi, bila keuntungan tersebut diperoleh karena kedudukannya sebagai pengurus pada yayasan itu. Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 dengan tegas menyatakan bahwa yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota. Dari ketentuan Pasal 1 ayat 1, maka pengurus mempunyai tanggung jawab agar dapat mengelola harta kekayaan yang dipisahkan tersebut untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada akta pendirian yayasan. Dalam melakukan pengelolaan harta tersebut sepenuhnya diarahkan untuk dapat mencapai tujuan pendirian yayasan dengan melaksanakan pengelolaan kegiatan usaha yayasan yang sebaik mungkin. Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 mengatur tentang harta kekayaan yayasan baik berupa uang, barang maupun kekayaan lain yang diperoleh yayasan berdasarkan Undang-Undang ini, dilarang dialihkan untuk dibagikan secara langsung atau tidak langsung baik dalam bentuk gaji, upah, maupun honorium, atau bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang kepada pembina, pengurus dan pengawas. Dengan adanya ketentuan ini maka dengan sendirinya setiap pengurus yayasan tidak dibenarkan menerima pengalihan harta yayasan dengan alasan apapun. Universitas Sumatera Utara Ditinjau dari aspek manajerial, agar yayasan dapat tumbuh berkesinambungan dalam mencapai maksud dan tujuan yayasan, maka yayasan kiranya perlu mempertimbangkan hal-hal berikut: 1. Pendiri dan pengurus harus bersedia meninggalkan kepentingan pribadi secara sukarela menyumbangkan pikiran dan sumber daya lainnya bagi pencapaian maksud dan tujuan yayasan; 2. Visi dan misi yayasan harus dirumuskan dengan jelas dan tegas sebagai dasar untuk memberi arah dalam penyusunan rencana strategis dalam pencapaian maksud dan tujuan yayasan; 3. Pengelolaan yayasan harus dijalankan secara transparan, karena pada donatur dan konstituen yayasan menuntut adanya keterbukaan dan akuntabilitas yang baik. Profesionalisme pengelolaan yayasan akan menciptakan citra yang positif di mana donatur dan konstituen termasuk pemerintah. Dengan citra yang positif akan memudahkan yayasan menggalang dukungan dan partisipasi berbagai pihak dalam menggali sumber pendanaan untuk pencapaian maksud dan tujuan yayasan: 4. Pengelolaan yayasan dilakukan secara efektif dan efisien sebagaimana halnya suatu organisasi bisnis, namun dana yang dihasilkan diperuntukkan sepenuhnya untuk pencapaian maksud dan tujuan yayasan. Pengelolaan yayasan dilakukan berdasarkan prinsip profesionalisme dan tidak cukup hanya dengan idealisme. Manajer profesional dan karyawan harus diberikan kompensasi yang layak karena mereka harus dituntut berprestasi sebagaimana layaknya manajer perusahaan Universitas Sumatera Utara biasa. Untuk menutupi pengeluaran yang tinggi, yayasan harus menciptakan gagasan yang kreatif dan kegiatan yang menghasilkan nilai tambah added value sehingga dengan mudah mendapat dukungan dan simpati masyarakat serta tentunya akan dapat menghasilkan dana bagi yayasan; 5. Yayasan harus menciptakan kegiatan dan program yang kreatif yang berorientasi pasar. Program yang berorientasi pasar akan sangat disukai oleh konsumen sehingga memudahkan yayasan menggali sumber pendanaan untuk mendukung kegiatannya. Untuk itu sudah layaknya yayasan mengimplementasikan strategi pemasaran dalam upaya mengidentifikasikan potensi pasar, menciptakan progam yang dibutuhkan masyarakat dan melakukan promosi atas program-program tersebut. Pemasaran bukan lagi dominasi dunia bisnis, tetapi sudah saatnya dilakukan oleh yayasan. Strategi pemasaran yang berhasil akan menciptakan kepuasan konsumen. meningkatkan partisipasi konsumen, meningkatkan dukungan publik, dukungan donatur dan ‘sponsorship’ serta meningkatkan efisiensi; 6. Pengelolaan keuangan dilakukan secara profesional berlandaskan prinsip transparansi, efisiensi dan akuntabilitas. Walaupun uang bukan segalanya, tetapi tanpa uang yayasan tidak dapat menjalankan kegiatannya. Oleh karena itu, pembukuan harus diselenggarakan dengan tertib dan informasi keuangan dihasilkan tepat waktu sehingga dapat dimanfaatkan oleh pengurus untuk tujuan evaluasi, pengawasan dan perencanaan; Universitas Sumatera Utara 7. Pengurus harus meningkatkan pemahaman tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Yayasan serta berbagai aspek hukum lainnya yang relevan untuk meyakinkan bahwa segala tindakan dan keputusan yayasan telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 130 Apabila yayasan memiliki kegiatan komersial kegiatan usaha atau bisnis, maka pendapatan dan biaya-biaya yang berkaitan dengan kegiatan bisnis tersebut perlu dicatat secara terpisah. Bahkan yayasan dapat membentuk badan usaha tersendiri yang mengelola kegiatan bisnis dari yayasan. Kegiatan usaha dari badan usaha yang dimiliki oleh yayasan dapat mencakup antara lain, kesenian dan budaya, olahraga, perlindungan konsumen, pendidikan, lingkungan hidup, kesehatan dan ilmu pengetahuan. Kegiatan komersial tersebut sebaiknya diserahkan kepada orang yang memiliki kompetensi yang kapabilitas dalam mengelolanya, sehingga tidak dirangkap oleh pembina, pengurus dan pengawas yayasan. Keuntungan dari kegiatan komersial ini akan menjadi sumber tambahan penerimaan kas bagi yayasan, dan keuntungan ini tidak boleh dibagikan kepada pembina, pengurus dan pengawas yayasan. Hal ini bertentangan dengan kebiasaan pengurus yayasan di masa lalu, seringkali hasil keuntungan ini menjadi objek sengketa para pengurusnya cenderung memanfaatkan hasil usaha yayasan itu untuk pribadi, bahkan akta pendirian yayasan seringkali dijadikan alasan untuk mengalihkan harta kekayaan yayasan kepada pengurus dan anak keturunannya. 131 130 HP Panggabean, Op.Cit. hal. 157. 131 YB Sigit Hutomo, Op.Cit. hal. 131. Universitas Sumatera Utara Dalam mengelola kegiatan usaha yayasan pengurus harus selalu mengedepankan pengelolaan berdasarkan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas yaitu ikhtisar laporan tahunan disampaikan pengurus ke dalam rapat tahunan pembina dan apabila rapat tahunan pembina menyetujui ikhtisar laporan tersebut, berarti memberikan pelunasan dan pembebasan tanggung jawab sepenuhnya acquit et decharge kepada para anggota pengurus dan pengawas atau pengurusan dan pengawasan yang telah dijalankan selama satu tahun buku. 132 Tanggung jawab pengurus yayasan sebagai manager pusat pertanggung jawabannya adalah untuk menciptakan hubungan yang optimal antara sumber daya input yang digunakan dengan out put yang dihasilkan, dikaitkan dengan target kerja. Dengan demikian, pengendalian manajemen dan berfokus pada pusat pertanggung- jawaban merupakan alat untuk melaksanakan strategi program-program kerja yayasan. 133 Pertanggungjawaban dalam melaksanakan kegiatan usaha yayasan harus dilakukan secara transparansi dan akuntabilitas kepada publik. Untuk dapat menentukan siapa yang dapat bertanggung jawab terhadap kerugian pada penyelenggaraan usaha yayasan, maka yang bertanggung jawab itu siapa yang melakukan kesalahan, apabila pengurus yang melakukan kesalahan atau kelalaian maka penguruslah yang melakukan pertanggungjawaban, akan tetapi apabila 132 Ibid. 133 Ibid. Universitas Sumatera Utara kesalahan itu merupakan kesalahan penyelenggara usaha maka penyelenggaralah yang bertanggung jawab. 134 Akan tetapi bagi pengurus yang dinyatakan bersalah dalam melakukan pengurusan yayasan yang menyebabkan kerugian bagi yayasan, masyarakat atau negara berdasarkan putusan pengadilan, maka dalam jangka waktu 5 lima tahun terhitung sejak tanggal putusan tersebut memperoleh kekuatan hukum yang tetap, tidak dapat diangkat menjadi pengurus yayasan di manapun. Namun tentang pertanggungjawaban pengurus terhadap kerugian penyelenggaraan kegiatan yayasan, pengurus dapat juga dipersalahkan. Hal ini berdasarkan Pasal 1367 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyebutkan bahwa seseorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh barang-barang yang berada dibawah pengawasannya. 135 Setiap kerugian yang terjadi dalam penyelenggaraan kegiatan usaha yayasan harus dapat dipertanggungjawabkan pengurus, terutama pertanggungjawaban ini akan disampaikan pada rapat Dewan Pembina setahun sekali. Apabila pembina bermaksud untuk mendirikan suatu kegiatan usaha yang mempergunakan modal dari harta yayasan, maka pembina harus mengusulkan hal ini kepada pengurus, pembina tidak dibenarkan menyelenggarakan kegiatan usaha yayasan tanpa dan atau belum sepengetahuan pengurus. Sebab dalam organ yayasan, pembina hanya berwenang untuk menetapkan kebijakan umum dan rancangan 134 Ibid. 135 Ibid. Universitas Sumatera Utara anggaran tahunan, hal ini dipertegas dalam Pasal 28 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 yang menyebutkan bahwa pembina adalah organ yayasan yang mempunyai kewenangan yang tidak diserahkan kepada pengurus atau pengawas oleh Undang-Undang dan kewenangan pembina meliputi: 1. Keputusan untuk melakukan perubahan Anggaran Dasar Yayasan; 2. Pengangkatan dan pemberhentian anggota pengurus dan anggota pengawas Yayasan; 3. Penetapan kebijakan umum yayasan berdasarkan Anggaran Dasar Yayasan; 4. Penetapan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran yayasan. Dari ketentuan tersebut terlihat bahwa pembina hanya berwenang untuk menetapkan kebijakan-kebijakan umum sesuai dengan Anggaran Dasar Yayasan. bukan mengurusi operasional penyelenggaraan kegiatan yayasan apalagi pembina sampai merangkap jabatan sebagai penyelenggaraan kegiatan yayasan, maka hal ini sangat bertentangan dengan jiwa Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2004. Universitas Sumatera Utara

BAB IV IMPLEMENTASI PRINSIP TRANSPARANSI DALAM PENGELOLAAN

KEGIATAN USAHA YAYASAN PROF. DR. H. KADIRUN YAHYA

A. Profil Yayasan Prof. DR. H. Kadirun Yahya

1. Sejarah Berdirinya Yayasan Prof. DR. H. Kadirun Yahya

Berdirinya yayasan Prof. DR. H. Kadirun Yahya tidak terlepas dari latar belakang keilmuan pendiri yayasan yaitu almarhum Bapak Prof. DR. H. Kadirun Yahya, yaitu: a. Ilmu Fisika-Kimia. b. Ilmu Bahasa, yaitu Inggris, Jerman dan Belanda. c. Ilmu Filsafat Kerohanian dan Metafisika Filsafat Agama Islam. Dengan mendalami filsafat kerohanian dan metafisikia atau filsafat agama Islam, beliau melihat bahwa kekuatan agama, yaitu kekuatan ayat-ayat suci Al- Qur’an adalah tergolong ilmu yang riel atau nyata seperti hukum fisika dan kimia, hanya mempunyai martabat dan dimensi yang lebih tinggi serta absolut dan sempurna. Untuk mengangkat metafisika Islam ke permukaan, almarhum Bapak Prof. DR. H. Kadirun Yahya berdasarkan akte notaris Nomor 97 Tahun 1956 pada tanggal 27 November 1956 di Medan mendirikan Sekolah Tinggi Metafisika di bawah Yayasan Akademi Metafisika dan terdaftar di Departemen Perguruan Tinggi dan Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Tentang Pembagian Kekayaan Dari Yayasan Kepada Organ Yayasan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004

7 121 117

Pemindahan Hak Atas Kekayaan Yayasan Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 JO Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

1 41 100

Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Kekayaan Yayasan Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan

0 60 257

Tinjauan Hukum Yayasan Keagamaan Hindu Sikh Di Sumatera Utara Sebagai Badan Hukum Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004

0 44 174

Suatu Tinjauan Terhadap Penerapan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan Oleh Yayasan AFTA sebagai Badan Hukum.

0 0 6

undang undang nomor 28 tahun 2004 tentang perubahan atas uu nomor 16 tahun 2001 tentang yayasan

0 0 22

BAB II PENGELOLAAN YAYASAN OLEH ORGAN YAYASAN A. Keberadaan Yayasan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 - Tinjauan Yuridis Tentang Pembagian Kekayaan Dari Yayasan Kepada Organ Yayasan Ditinjau Dari Undang

0 0 31

Tinjauan Yuridis Tentang Pembagian Kekayaan Dari Yayasan Kepada Organ Yayasan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004

0 0 11

Pemindahan Hak Atas Kekayaan Yayasan Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 JO Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

0 0 39

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pemindahan Hak Atas Kekayaan Yayasan Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 JO Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

0 0 26