Fisiologis dan Penimbunan Obat Pada Lansia

hanya menambah masalah akibat penggunaan berbagai macam obat Stanley Beare, 2006.

8. Fisiologis dan Penimbunan Obat Pada Lansia

Obat mengalami proses 4 tahap sebelum meninggalkan tubuh menurut Stanley Beare, 2006: a. Absorpsi Absorsi obat terjadi dengan cara difusi sederhana melalui usus halus, suatu proses yang bergantung pada konsentrasi, tidak memerlukan energy dan tidak di pengaruhi oleh usia. Tetapi, tingkat kecepatan absorsi dan efek puncak dari beberapa obat mungkin lebih lambat pada lansia karena penurunan yang berhubungan dengan penuaan pada aliran darah dan otilitas gastrointestinal. Karena absorsi obat pada lansia mungkin terlambat, toksiksitas obat yang terjadi pada pasien lansia mungkin terjadi lebih lama dan lebih panjang daripada toksiksitas obat pada pasien yang lebih muda. Berkurangnya keasaman lambung mengubah absorpsi obat- obat yang bersifat asam lemah, seperti aspirin. Berkurangnya aliran darah ke saluran gastrointestinal berkurangnya 40-50 adalah akibat dari curah jantung yang menurun. Karena adanya aliran darah yang berkurang, maka absorpsi diperlambat tetapi tidak berkurang. Berkurangnya laju motilitas gastrointestinal peristaltik akan mengakibatkan tertundanya mula kerja. b. Distribusi Saat di absorpsi, sebagian besar obat di distribusikan keseluruh tubuh dalam konsentrasi yang bergantung pada kemampuan obat untuk menembus baik kompartemen yang mengandung air maupun yang mengandung lipid. Karena total cairan tubuh menurun 10 sampai 15 di antara usia 20 tahun dan 80 tahun, lansia akan mengalami peninggian konsentrasi plasma ketika obat yang di distribusikan kedalam plasma di berikan, kecuali jika penyesuaian dosis telah di lakukan. Sebagai contoh, lansia yang diberi suatu dosis standar etanol intravena mengalami puncak konsentrasi alkohol yang lebih tinggi daripada orang yang lebih muda dengan dosis yang sama. Akibat berkurangnya air tubuh pada orang lansia, obat-obat yang larut dalam air akan lebih terkonsentrasi pekat. Terdapat peningkatan rasio lemak terhadap air pada orang lansia, obat-obat yang larut dalam lemak disimpan dan mengalami akumulasi. Lemak tubuh berfungsi sebagai reservoir bagi obat yang larut dalam lemak, membantu menurunkan konsentrasi plasma tetapi meningkatkan durasi aksi obat tersebut. Telah terjadi peningkatan durasi aksi dari obat yang dapat larut dalam lemak seperti flurazepam, diazepam, klorpromazin, dan antidepresan trisiklik pada lansia. Perubahan ini disebabkan oleh peningkatan proporsi lemak pada tubuh lansia. Orang lansia mempunyai serum protein dan kadar albumin yang berkurang, sehingga terdapat lebih sedikit tempat pengikatan pada protein, akibatnya terdapat lebih banyak obat bebas. Obat-obat dengan afinitas yang tinggi terhadap protein bersaing untuk mendapatkan tempat pengikatan pada protein dengan obat-obat lain. Interaksi obat mengakibatkan berkurangnya tempat pengikatan pada protein dan bertambahnya obat bebas. c. Metabolisme dan eliminasi Pada orang lansia, terdapat penurunan produksi enzim hati, aliran darah hati, dan fungsi hati. Semua penurunan ini mengakibatkan berkurangnya metabolisme obat. Dengan berkurangnya laju metabolisme obat, waktu paruh t 12 dari obat-obat meningkat, dan dapat terjadi akumulasi obat. Metabolisme suatu obat menginaktivasi obat dan merupakan persiapan untuk eliminasi oleh ginjal. Toksisitas obat mungkin terjadi jika waktu paruh diperpanjang. Ginjal dan hati adalah organ yang bertanggung jawab untuk mengeliminasi sebagian besar obat melalui biotransformasi di dalam hati menjadi suatu metabolit yang kurang aktif atau non aktif atau pembuangan obat dan metabolitnya melalui ginjal. Kedua proses ini menurun seiring dengan penuaan. Aliran darah hati menurun sebanyak 47 pada usia 65 tahun, yang sebagian terjadi akibat penurunan curah jantung secara bersamaan. Aliran darah hati, yang merupakan suatu faktor utama dalam klirens berbagai jenis obat, mungkin dipengaruhi lebih lanjut oleh gagal jantung dan sirkulasi, demam, dan dehidrasi. Dosis beberapa obat mungkin perlu dikurangi untuk lansia. Contoh obat yang mengalami penurunan metabolisme pada lansia karena penurunan aliran darah hati : amitriptilin, desipramin, imipramin, isoniazid, lidokain, meperidin, morfin, nortriptilin, propoksifen, propranolol, verapamil. Pada orang lansia terdapat penurunan aliran darah ginjal dan penurunan laju filtrasi glomerulus sebanyak 40-50. Dengan adanya penurunan fungsi ginjal, terdapat penurunan ekskresi obat, dan terjadi akumulasi obat. Dosis obat yang dieliminasi oleh ginjal harus dikurangi pada pasien lansia. Contoh obat yang mengalami penurunan eliminasi pada lansia karena penurunan fungsi ginjal: amantadin, amilorid, aminoglikosid, antibiotik, atenolol, kaptopril, klorpropamid, simetidin, klonidin, digoksin, disopiramid, etambutol, litium, metotreksat, metildopa, metoklopramid, prokainamid, pridostigmin, vankomicin. Toksisitas obat harus dinilai secara terus-menerus selama klien menerima pengobatan.

C. Prinsip-Prinsip Umum Penggunaan Obat Pada Lansia

Penggunaan obat harus mempertimbangkan rasio manfaat dan resiko bagi pasien. Pemilihan obat tidak hanya melihat manfaatnya menyembuhkan penyakit, namun harus selalu disertai pertimbangan kondisi pasien. Obat dikategorikan tidak aman bagi kondisi pasien apabila obat tersebut potensial menyebabkan efek samping yang berbahaya bagi kondisi pasien atau sudah terbukti menyebabkan efek samping pada pasien Rahmawati,2008. Ketidakrasionalan obat yang terjadi karena ketidak sesuaian kombinasi obat dalam satu resep yang mengakibatkan terjadinya interaksi antar obat yang dapat mengakibatkan kehilangan kerja obat, berkurangnya efek obat, dan peningkatan toksisitas obat Herianto, dkk., 2006. Secara singkat, pemakaian obat, dikatakan tidak rasional apabila kemungkinan memberikan manfaat sangat