Dampak alih fungsi lahan situ kuru terhadap lingkungan di Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (S.Pd)
Oleh
Metri Apriyana
NIM 1110015000020
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2015
(2)
(3)
(4)
(5)
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak alih fungsi lahan Situ Kuru terhadap lingkungan. Lingkungan disini terbagi menjadi 2 yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial di sekitar Situ Kuru. Penelitian ini dilaksanakan di daerah Situ Kuru tepat disamping kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang berada pada kawasan RW 03 Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey, dengan pendekatan kuantitatif deskriptif. metode survey digunakan sebagai upaya untuk mengetahui bagaimana dampak yang terjadi setelah alih fungsi lahan Situ Kuru. Dampak ini dibagi menjadi 2, yaitu dampak fisik dan dampak sosial.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa telah terjadi pelanggaran terhadap Situ Kuru, seharusnya dalam jarak 50 m dari bibir Situ Kuru tidak didirikan bangunan. Tetapi faktanya terdapat berbagai macam bangunan di daerah Situ Kuru. Dan dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa dampak fisik yang terjadi terhadap Situ Kuru, yaitu tata ruang Situ Kuru, kondisi fisik, kualitas air, keindahan Situ Kuru dan sekitarnya. Selain itu juga ada beberapa dampak yang terjadi, seperti peningkatan daerah banjir, penyempitan lahan Situ Kuru, Vegetasi (Flora dan Fauna) dan pencemaran. Selain dampak fisik, berakibat pula terhadap dampak sosial yang terjadi, yaitu ciri pemukiman didaerah Situ Kuru, kondisi penduduk di daerah Situ Kuru, pola lapangan kerja, perhatian terhadap lingkungan, dan kesehatan. Selain dampak-dampak negatif yang terjadi, ada beberapa dampak positif dari alih fungsi lahan Situ Kuru, yaitu terhadap pengembangan lapangan kerja, terhadap tingkat pengangguran.
(6)
ii
Metri Apriyana, 1110015000020
Department of Education Social Sciences UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Thesis Title: Impact of Land Transfer Function Kuru Against Situ
Environmental Cempaka Putih the Village District of East Chester
The purpose of this study was to determine the impact of land use change on the environment Situ Kuru. Environment here is divided into two, namely the physical environment and social environment around Situ Kuru. The research was conducted in the area right next to the Kuru Situ UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, which is in the area of RW 03 Cempaka Putih Village District of East Chester.
The method used in this study is a survey method, with descriptive quantitative approach. survey methods used in an attempt to determine how the impact that occurs after land conversion Situ Kuru. This impact is divided into two, namely the impact of the physical and social impact.
These results indicate that there has been a violation of the Situ Kuru, should within 50 m of the lips Situ Kuru not established building. But the fact is there are many buildings in the area Situ Kuru. And from the results of this study showed that the physical impact of the Situ Kuru, namely spatial Situ Kuru, physical condition, water quality, beauty and surrounding Situ Kuru. In addition, there are some effects that occur, such as an increase in flood areas, land narrowing Situ Kuru, Vegetation (Flora and Fauna) and pollution. In addition to the physical effects, resulting also to the social impact that occurs, ie characteristics Situ Kuru residential area, condition of the people in the area Situ Kuru, employment patterns, attention to the environment, and health. In addition to the negative impacts that occur, there are some positive effects of land conversion Situ Kuru, which is against the development of employment, the level of unemployment.
(7)
karya ilmiah (skripsi) ini. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa keteladanan bagi umat manusia.
Skripsi yang berjudul “Dampak Alih Fungsi Lahan Situ Kuru Terhadap
Lingkungan di Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur”, penulis
susun dalam rangka memenuhi dan melengkapi persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial konsentrasi geografi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sebagai manusia yang tidak pernah luput dari kekhilafan, penulis menyadari bahwa hasil penelitian skripsi ini belum maksimal dan masih jauh dari kesempurnaan. tidak sedikit kesulitan serta hambatan yang penulis hadapi dalam penulisan skripsi ini. Namun segala bentuk bantuan, kritik, saran dan motivasi baik dalam bentuk doa-doa, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak membuat penulis tidak mudah menyerah untuk menyelesaikan skripsi ini.
Setulus ungkapan dan kerendahan hati serta dengan penuh rasa hormat, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, petunjuk serta dukungan baik berupa moril dan materil, kepada :
1. Ibu Nurlena Rifa’i, MA, Ph.d, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak. Dr. Iwan Purwanto, M.pd, selaku ketua jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial sekaligus dosen pembimbing. Yang telah banyak memberikan nasihat dan ilmunya kepada penulis selama penulis masih kuliah hingga menyusun skripsi.
(8)
iii
meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, petunjuk, bimbingan dan motivasi serta inspirasi bagi penulis serta selalu sabar mendengarkan keluh kesah penulis hingga skripsi ini selesai.
4. Teruntuk Bapak dan Mamaku tercinta, Bapak Suhadi dan Mama Nuryati, yang telah dengan tulus dan sabar memberikan cinta dan kasih sayang, pengertian dan doa-doa khusyu serta dukungan baik moril maupun materil yang tiada putusnya. Terima kasih untuk cinta kasih yang tercurah, semua itu tidak akan pernah bisa terbalas. Semoga Allah SWT selalu memberkati kalian berdua.
5. Untuk kakak yang selalu jadi kebanggaan, Devi Agustina, S.Sos dan adik-adik M.Dimas Septeyadi dan M.Ragil Praditya. Terima kasih untuk segala bentuk kasih sayang yang tercurah. Terima kasih untuk selalu menjadi motivator dalam hidup ku.
6. Kepada keluarga besar KMPLHK RANITA, yang hampir 4 tahun ini memberikan penulis banyak pelajaran dan pengalaman di sela-sela kesibukan dalam kuliah. Terima Kasih atas semua ilmu yang telah diberikan kepada ku arti sebuah persaudaraan, hidup di alam bebas dan menghargai sesama.
7. Teruntuk teman-teman seangkatan penulis 2010 khususnya geografi kalian semua sungguh luar biasa. Semua yang kita lalui di kelas hingga praktikum dilapangan akan menjadi kenangan indah dan luar biasa, semoga ilmu yang kita dapatkan selama ini bisa bermanfaat bagi bangsa dan Negara.
8. Kepada teman-teman dekat penulis yang tidak bisa kusebutkan satu-satu selain teman dekat tetapi kalian merupakan teman seperjuangan dalam menggapai masa depan. Terima Kasih telah menjadi bagian dalam perjalanan hidup ku Anisa, Ajeng, Bici, Tuti, Umi, Uung, Wina, Risa, Selly, Wilda, Bibah, Oni, Dila. Kalian sungguh luar biasa.
9. Teruntuk M.Imam Noviar yang selama 2 tahun lebih ini menemani penulis dalam susah maupun senang. Terima Kasih untuk seluruh curahan kasih sayangnya, pengertiannya dan bantuannya dalam pembuatan skripsi ini.
(9)
Begendis, Derem kalian sungguh luar biasa.
11. Tidak lupa kepada masyarakat Situ Kuru yang turut membantu dalam penelitian ini, saya ucapkan banyak terima kasih. Semoga penelitian yang saya buat dapat bermanfaat dengan baik.
Tidak ada yang dapat penulis berikan sebagai balas jasa kepada mereka yang
telah memberikan banyak bantuan dan dukungan kepada penulis, kecuali dengan do’a
semoga Allah membalasnya. Amin
Menyadari bahwa isi dan penulisan skripsi ini adalah tanggung jawab penulis, maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat berguna dikemudian hari dan memberikan manfaat bagi semua pihak serta rekan-rekan yang membacanya.
Jakarta, 8 Desember 2014 Penulis
(10)
v
ABSTRAK ………. i
KATA PENGANTAR ………... ii
DAFTAR ISI ……….. v
DAFTAR TABEL ……….. viii
DAFTAR GAMBAR ………. x
DAFTAR LAMPIRAN ………. xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………... 1
B. Identifikasi Masalah ………. 7
C. Pembatasan Masalah ……… 8
D. Rumusan Masalah ……… 8
E. Tujuan Penelitian ………. 8
F. Manfaat Penelitian ………...………. 9
BAB II KAJIAN TEORI A. Sumber Daya Lahan 1. Pengertian Sumber Daya Lahan ……….. 10
2. Pengertian Lahan ………. 11
3. Penggunaan Lahan ………... 11
4. Perubahan Penggunaan Lahan ………. 12
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan …... 13
6. Dampak Perubahan Penggunaan Lahan ………... 14
B. Situ 1. Pengertian Situ ……….. 16
(11)
2. Persoalan Lingkungan Hidup ………... 22
D. Hasil Penelitian yang Relevan ……… 24
E. Kerangka Berfikir ……….. 26
F. Hipotesis Penelitian ……….... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ……….. 28
B. Metode dan Disain Penelitian ………. 29
C. Penetapan Objek Penelitian ……… 29
D. Populasi dan Sampel ……….. 30
E. Teknik Pengumpulan Data ……… 32
F. Teknik Analisis Data ………. 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik Daerah Penelitian ……….. 37
2. Kondisi Sosial Daerah Penelitian ………. 39
B. Kondisi Geografis Situ Kuru 1. Kondisi Situ Kuru di Kelurahan Cempaka Putih ………….. 44
2. Time Series Perubahan Lahan Situ Kuru ……….. 44
3. Sejarah Situ Kuru ……….. 49
4. Analisis Dampak Situ Kuru Terhadap Lingkungan ………. 50
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……….. 74
(12)
vii
(13)
………. 32
Tabel 3.3 Kisi-kisi Pedoman Kuesioner ………. 33
Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Presentase ……….. 36
Tabel 4.1 Luas Wilayah Kelurahan Cempaka Putih ………... 38 Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kewarganegaraan ……….. 40
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ……… 40
Tabel 4.4 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ……….………….... 41
Tabel 4.5 Penduduk Berdasarkan Umur ……….. 42
Tabel 4.6 Sarana Peribadatan ………... 43
Tabel 4.7 Luas Lahan Situ Kuru dari tahun 1980 –2014 ………….... 44
Tabel 4.8 Pengurangan Luas Lahan Situ Kuru ……… 45
Tabel 4.9 Presentase Pengurangan Luas Lahan Situ Kuru ………….. 46
Tabel 4.10 Presentase Pengurangan Luas Lahan Situ Kuru Tiap Tahun ..47
Tabel 4.11 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat ……….. 58
Tabel 4.12 Kondisi Pemukiman ……….. 59
Tabel 4.13 Jenis Tempat Tinggal ……… 59
(14)
ix
Tabel 4.16 Mata Pencaharian ……….. 61
Tabel 4.17 Penghasilan ……… 62
Tabel 4.18 Pemanfaatan Lahan Kosong ……….. 63
Tabel 4.19 Izin Membangun Tempat Tinggal ……….………… 63
Tabel 4.20 Keikutsertaan Dalam Kerja Bakti ………. 64
Tabel 4.21 Tempat Untuk Membuang Sampah ………... 65
Tabel 4.22 Reaksi Ketika Teman Membuang Sampah di Situ Kuru ... 65
Tabel 4.23 Waktu Pelaksanaan Kerja Bakti Terhadap Situ Kuru ……. 66
Tabel 4.24 Terkena Demam Berdarah ……….. 67
Tabel 4.25 Penanggung Jawab Atas Rusaknya Situ Kuru ………….... 67
(15)
Gambar 4.1 Gambar Situ Kuru ………... 38
Gambar 4.2 Foto Situ Kuru tahun 1980 dan 2014 ………. 50
Gambar 4.3 Foto Situ Kuru ………. 51
(16)
xi
Lampiran 1 Lembar ObservasiLampiran 2 Kuisioner Penelitian Lampiran 3 Daftar Koreksi Instrumen Lampiran 4 Dokumentasi
Lampiran 5 Lembar Jawaban Kuisioner Lampiran 6 Surat Izin Penelitian
Lampiran 7 Lembar Uji Referensi Lampiran 8 Biodata Penulis
(17)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
“Lingkungan adalah anugerah yang diciptakan Allah untuk manusia agar dapat melangsungkan kehidupan dengan baik. Lingkungan memiliki peranan dan andil yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan memanfaatkan sumber daya alam yang terdapat dalam lingkungan, baik benda hidup maupun benda tak hidup. Perkembangan budaya dan teknologi membuat manusia dapat bertindak secara leluasa terhadap lingkungan hidupnya sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Oleh karena itu, sudah selayaknya manusia mensyukuri dan menjaga lingkungan agar tetap lestari dan layak untuk
dihuni.”1
Berdasarkan penelitian Janudianto pada tahun 2003 menjelaskan perubahan penggunaan lahan di Sub DAS Ciliwung Hulu didominasi oleh kecenderungan perubahan lahan pertanian (sawah) menjadi lahan pemukiman dan perubahan hutan menjadi lahan perkebunan (kebun teh). Hal ini terjadi karena adanya faktor meningkatnya jumlah penduduk dalam meningkatlan mutu kehidupan.2
“Suatu perubahan terjadi dikarenakan terdapat suatu proses pergeseran dari bentuk awal ke bentuk baru dan dari pergeseran inilah dapat menimbulkan beberapa perubahan baik dari segi fisik dan non fisik, materi
1Diah Maharani “Tindakan Sosial Mahasiswa Dalam Pelestarian Lingkungan Hidup (Studi Kasus Terhadap Aktivitas KMPLHK RANITA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)”, skripsi pada sarjana UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2010, h.1, tidak dipublikasikan.
2 Roni, Penelitian “Perubahan Penggunaan Lahan dan Dampaknya Terhadap Biofisik dan Sosial
(18)
dan non materi”.3 Situ Kuru merupakan salah satu dari sembilan situ yang berada di Tangerang Selatan tepatnya di daerah Ciputat, tepat berada di samping kampus Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Letaknya yang berdekatan dengan kampus megah tersebut mengharuskan situ kehilangan fungsi awalnya akibat telah banyaknya didirikan berbagai macam bangunan dalam bentuk tempat makan, kos-kosan, warnet, hingga pemukiman. Dengan berubahnya alih fungsi Situ Kuru yang semula sebagai daerah resapan air dan dapat sebagai pengendali banjir, kini fungsi tersebut telah menghilang dengan banyaknya didirikan berbagai macam bangunan. Setiap musim hujan tiba tidak heran jika wilayah di sekitar Situ Kuru mengalami banjir hingga selutut orang dewasa. Hujan deras sebentar saja di kawasan pesanggrahan sebelah kampus UIN tergenang air, hal ini diakibatkan tidak adanya daerah resapan air yang dapat menampung air hujan ketika turun.
Situ atau danau secara alamiah memiliki manfaat untuk konservasi air tanah dan pengendalian banjir. Situ merupakan aset negara yang berupa cekungan atau bagian dari sungai yang membengkak, situ juga merupakan kekayaan alam dan merupakan sumber air, pengimbuh air tanah, penampung air banjir atau parkir air, untuk perikanan, pariwisata dan lain-lain. Namun, yang sangat disayangkan akhir-akhir ini keberadaan situ sangat memprihatinkan dan terancam kelestariannya, akibat terjadinya pengendapan sedimen, pengurugan pemukiman sekitar situ dan penyerobotan tanah disekeliling situ. Selain bermanfaat untuk konservasi air tanah dan pengendalian banjir, situ dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan diantaranya yaitu untuk irigasi, perikanan air tawar, air baku, dan pariwisata.
3Nur Atikah Nasution “Dampak Perubahan Pemanfaatan Tanah Situ Kuru Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Sekitar”, Skripsi pada sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2008, h.1, tidak dipublikasikan.
(19)
Di wilayah Tangerang Selatan keberadaan situ sangat bermanfaat dan merupakan sumber daya air yang perlu dilestarikan keberadaannya, dan perlu dikembangkan guna keperluan yang bermanfaat. Kenyataannya pada saat ini situ di wilayah Tangerang Selatan berada dalam keadaan yang memprihatinkan dan semakin terancam kelestariannya. Hal ini diakibatkan pengendapan sedimentasi, pengurugan pemukiman sekitar situ dan penyerobotan tanah di sekeliling situ, maka kapasitas situ untuk menampung air semakin berkurang. Akibat berkurangnya luas situ tersebut maka fungsi situ semakin menurun sehingga menimbulkan masalah banjir, kekeringan, air tanah berkurang, sarana rekreasi berkurang, dan lain sebagainya. Dengan banyaknya manfaat yang dimiliki oleh situ, maka diperlukan suatu usaha untuk mempertahankan keberadaan situ tersebut.
Situ di wilayah Tangerang Selatan ada sembilan situ, Dosen Planologi Institut Teknologi Indonesia (ITI) Tangerang Kusparmadi mengatakan, “Di Kota Tangerang Selatan ini terdapat sembilan situ, yakni Situ Pamulang atau Tujuh Muara di Pamulang, Situ Kedaung di Pamulang, Situ Parigi di Pondok Aren, Situ Rawa Kutub di Serpong Utara, Situ Gintung di Cirendeu Ciputat Timur, Situ Legoso (sekarang Situ Kuru) di Kelurahan Cempaka Putih, Ciputat Timur, Situ Rompong di Kecamatan Ciputat, Situ Bungur di Kelurahan Pondok Ranji Kecamatan Ciputat Timur, dan Situ Antap di Ciputat”.4
“Pada awalnya air dianggap sebagai sumber alam yang tidak terbatas. Dalam banyak hal air juga dianggap sebagai sumber yang bebas biaya. Kecendrungan orang, karenanya menguras sumber yang tidak terbatas seperti itu secara berlebihan dan menggunakan laut, danau dan sungai-sungai sebagai tempat pembuangan yang cocok untuk sampah rumah tangga dan limbah
4 http://www.uinjkt.ac.id/index.php/component/content/article/3-seputar-kampus/1593-situ-kuru-riwayatmu-kini.html tgl 26 november 2013, 2:19
(20)
industri”.5 Hal ini terjadi pada Situ Kuru yang saat ini memiliki kondisi yang sangat memprihatinkan, telah banyak warga yang menjadikan Situ Kuru sebagai tempat pembuangan limbah rumah tangga yang sudah tidak terpakai. Selain itu, akibat dari tidak terurusnya Situ Kuru terjadi pengendapan sedimen, pengurugan pemukiman sekitar situ dan penyerobotan tanah di sekeliling situ. Air yang semula jernih yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga, seperti mandi, mencuci, memancing hingga untuk arena bermain saat ini sudah berwarna hitam pekat, dipenuhi dengan sampah dan jaring-jaring warga untuk kegiatan tambak.
“Kebanyakan orang mungkin tidak mengetahui apa yang terjadi dengan Situ Kuru, karena Situ Kuru merupakan sebuah Danau alam bukan buatan manusia. Suasana yang dapat dilihat saat ini justru kubangan tersebut menjadi tempat pembuangan sampah yang sangat menjijikan, menjadi lahan yang tidak seharusnya menjadi tempat pembuangan akhir. Lagi-lagi hal ini disebabkan karena penyempitan lahan yang terjadi diarea strategis. Bisa dikatakan demikian karena letak Situ Kuru yang dekat dengan area kampus membuat atau menumbuhkan sektor perdagangan dan menjadikannya lahan bisnis”.6
“Berdasarkan informasi yang diterima Republika dari pihak Rektorat UIN Syarif Hidayatullah, pada tahun 1980-an dulu luas Situ Kuru mencapai empat hektar. Namun, seiring dengan perkembangan UIN Syarif Hidayatullah sebagai salah satu pusat kajian Islam terbesar di Indonesia yang menarik minat ribuan mahasiswa Indonesia untuk menuntut ilmu di sana, luas Situ itu saat ini hingga mencapai satu hektar saja. Warga sekitar UIN memanfaatkan Situ Kuru dengan menguruk dan membangun pemukiman atau kos-kosan bagi mahasiswa. Saat ini pun, area situ yang telah berkurang sebanyak tiga
5Salim, emil. Pembangunan berwawasan lingkungan. (Jakarta LP3ES:1986) h, 187
6Nur Atikah Nasution “Dampak Perubahan Pemanfaatan Tanah Situ Kuru Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Sekitar”, Skripsi pada sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
(21)
hektar itu sangat memprihatinkan. Eceng gondok tumbuh subur di permukaan air situ dan menyumbat saluran air dari pemukiman ke arah situ hingga tidak jarang membuat pemukiman di sekitar situ dan kampus UIN itu kebanjiran karena aliran air tidak lancar”.7
Pertambahan penduduk merupakan faktor yang paling mempengaruhi lingkungan melalui perluasan dan pembukaan pemukiman baru. Pertumbuhan penduduk yang semakin bertambah disertai dengan kegiatan, kebutuhan dan perilakunya membutuhkan ruang yang makin lama makin meluas. Kebutuhan akan ruang untuk menampung segala kegiatan dan kebutuhan, menyangkut permukaan bumi sebagai tempat yang dihuninya. Masyarakat yang tinggal dikawasan sekitar Situ Kuru rata-rata adalah warga pendatang, sebagian besar dari mereka adalah warga diluar dari DKI Jakarta. Seperti kebanyakan dari pedagang berasal dari daerah Jawa Tengah, penghuni kost-kosan sebagian besar adalah mahasiswa kampus UIN Jakarta yang berasal dari berbagai macam daerah, ada yang dari Pulau Jawa hingga yang berasal dari luar Pulau Jawa.
Semakin banyaknya masyarakat yang datang ke kawasan tersebut mengharuskan mayarakat membuat tempat tinggal, dan semakin kecil lahan kosong yang berada di kawasan itu. Hingga Situ Kuru pun di uruk atau di keruk keberadaannya untuk dibangun sebagai tempat tinggal. Entah berapa banyak sudah lahan Situ Kuru yang terkikis untuk dijadikan tempat pemukiman hingga kawasan yang dijadikan sebagai lahan bisnis. Meningkatnya jumlah mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta memicu perubahan alih fungsi dari daerah penampung air dan pengendali banjir kini menjadi lahan bisnis.
7 http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/metropolitan/10/11/29/149319-luas-situ-kuru-kota-tangsel-berkurang-sebanyak-tiga-hektare
(22)
Hal ini terbukti ketika melintasi daerah sekitar kawasan Situ Kuru terlihat sudah banyak bangunan-bangunan yang memadati lahan tersebut dan membuat Situ Kuru pun semakin mengecil dan tidak lagi berfungsi sebagai daerah resapan air. Bahkan jika dilihat dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Situ Kuru hanya terlihat seperti kubangan air, airnya hijau dan tidak lagi mengalir, banyak sampah menumpuk dipinggiran Situ Kuru karena sudah tidak terawat. Hal ini juga menimbulkan bau tidak sedap, dan bisa saja menimbulkan banyak macam virus penyebab penyakit. Hal ini mungkin terjadi karena sebagian besar yang berkuasa pada lahan tersebut hanya mementingkan keuntungan yang didapat dan tidak berimbas pada kelestarian situ, sehingga kini hanya menjadi kubangan air yang berbau tidak sedap.
Padahal dalam surah Al A’raf [7] Ayat 56-58 tentang peduli lingkungan,
Artinya : “Dan janganlah kamu membuat kerusakan-kerusakan di muka bumi, sesudah (bumi itu) dijadikannya dengan sebaik-baiknya, dan berdo’alah kepada Allah, dengan rasa takut dan harap. Sesungguhnya rahmat Allah itu dekat dengan orang-orang yang berbuat baik (56). Dan Dialah yang meniupkan angin yang membawa berita gembira mendahului rahmat Nya (hujan), sehingga ketika angin itu membawa awan mendung, Kami
(23)
menuntunnya ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan daripadanya, maka Kami hasilkan dengan sebab hujan itu beraneka macam buah-buahan. Yang demikian itu, (tidak berbeda) Kami mengeluarkan membangkitkan orang-orang yang sudah mati, supaya kamu mengambil pelajaran (57). Dan tanah yang subur akan menumbuhkan tanam-tanaman yang subur dengan izin Allah, sedang tanah yang gersang, (tanam-tanamannya) tak tumbuh kecuali hanya sedikit. Demikianlah Kami satu demi satu buat kaum yang bersyukur (58).” 8
Dan sangat jelas dalam surat tersebut, Allah telah memerintahkan manusia untuk menjaga dan melestarikan lingkungan di sekitar kita, termasuk Situ Kuru yang saat ini telah kehilangan fungsi awalnya sebagai daerah resapan air.
Oleh karena itu, melihat dari permasalahan di atas peneliti tertarik melakukan penelitian di Situ Kuru, hal ini sebagai salah satu upaya untuk mencegah hilangnya Situ Kuru. Karena bukan hal yang tidak mungkin suatu saat nanti jika lahan Situ Kuru tidak ada pengawasan akan dibangun atau didirikan bangunan yang nantinya akan menghilangkan fungsi daerah lingkungan tersebut yang berfungsi sebagai daerah resapan air. Maka dari itu, peneliti tertarik mengangkat judul “Dampak Alih Fungsi Lahan Situ Kuru Terhadap Lingkungan di Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur.”
B.
Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang masalah tersebut diketahui banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya dampak alih fungsi lahan Situ Kuru terhadap lingkungan di Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Permasalahan tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut:
8AbdulGhoni, Rosihi dan Moh. Rifai, Al Quran dan Terjemahannya, (Semarang: CV. Wicaksana, 1992), h. 143
(24)
Dampak alih fungsi lahan Situ Kuru dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Bertambahnya masyarakat di sekitar Situ Kuru.
2. Bertambahnya mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Semakin dibutuhkannya lahan pemukiman.
4. Semakin banyaknya tempat-tempat usaha di sekitar Situ Kuru seperti, kos-kosan, warnet, tempat makan, laundri, dll.
5. Banyaknya masyarakat yang membuang sampah dan limbah rumah tangga ke Situ Kuru.
6. Banyaknya sampah dan tanaman liar yang mengotori Situ Kuru.
C.
Pembatasan Masalah
Dari beberapa bentuk permasalahan di atas terlihat bahwa untuk membicarakan dampak alih fungsi lahan Situ Kuru mempunyai wawasan yang luas. Oleh karena itu, agar penelitian ini dapat fokus ada batasan-batasan masalah yang akan diambil yaitu:
1. Dampak alih fungsi lahan Situ Kuru terhadap lingkungan fisik. 2. Dampak alih fungsi lahan Situ Kuru terhadap lingkungan sosial.
D.
Rumusan Masalah
Di lihat dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat diambil yaitu: Bagaimana dampak alih fungsi lahan Situ Kuru terhadap lingkungan?
E.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang ditentukan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu: Untuk mengetahui dampak alih fungsi lahan Situ Kuru terhadap kondisi lingkungan di sekitar Situ Kuru.
(25)
F.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara teoritis yaitu diharapkan penelitian ini bisa menjadi acuan dan bermanfaat untuk perkembangan ilmu, khususnya dalam penelitian Geografi yang mengkaji tentang permasalahan lingkungan dan masyarakat.
2. Manfaat secara praktis yaitu diharapkan sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan dalam permasalahan lingkungan dan masyarakat Situ Kuru menjadi sadar akan dampak yang akan terjadi mengenai perubahan alih fungsi lahan Situ Kuru.
3. Memperluas khasanah pengetahuan bagi pengembangan ilmu lingkungan hidup dan melestarikan lingkungan.
4. Sebagai salah satu sumber data dan informasi bagi pengembangan penelitian selanjutnya.
5. Untuk menumbuhkan rasa kesadaran dikalangan masyarakat di sekitar Situ Kuru betapa pentingnya menjaga lingkungan.
6. Untuk pendidikan dapat membantu dalam pembelajaran geografi di sekolah, khususnya ilmu tentang Sumber Daya Lahan.
(26)
10
KAJIAN TEORI
A.
Sumber Daya Lahan
1. Pengertian Sumber Daya Lahan
Sumber daya lahan merupakan sumber daya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena diperlukan dalam setiap kegiatan manusia, seperti untuk pertanian, daerah industri, daerah pemukiman, jalan untuk transportasi, daerah rekreasi atau daerah-daerah yang dipelihara kondisi alamnya untuk tujuan ilmiah. Sitorus
mendefinsikan, “Sumber daya lahan (land resources) sebagai lingkungan
fisik terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Oleh karena itu sumber daya lahan dapat dikatakan sebagai ekosistem karena adanya hubungan yang dinamis antara organisme yang ada di atas lahan tersebut dengan lingkungannya”.1
“Dalam rangka memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia yang terus berkembang dan untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi, pengelolaan sumber daya lahan seringkali kurang bijaksana dan tidak mempertimbangkan aspek keberlanjutannya (untuk jangka pendek) sehingga kelestariannya semakin terancam. Akibatnya, sumber daya lahan yang berkualitas tinggi menjadi berkurang dan manusia semakin bergantung pada sumber daya lahan yang bersifat marginal (kualitas lahan yang rendah). Hal ini berimplikasi pada semakin berkurangnya ketahanan pangan, tingkat dan intensitas pencemaran yang berat dan kerusakan lingkungan lainnya. Dengan demikian, secara keseluruhan aktifitas kehidupan cenderung menuju sistem pemanfaatan sumber daya alam dengan kapasitas daya dukung yang menurun. Di lain pihak, permintaan
(27)
akan sumber daya lahan terus meningkat akibat tekanan pertambahan
penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita”.2
2. Pengertian Lahan
Lahan merupakan kesatuan berbagai sumber daya daratan yang saling berinteraksi membentuk suatu sistem struktural dan fungsional. Pengertian yang luas digunakan tentang lahan ialah “Suatu daerah permukaan daratan bumi yang ciri-cirinya mencakup segala tanda pengenal, baik yang bersifat cukup mantap maupun yang dapat diramalkan bersifat mendaur, dari biosfer, atmosfer, tanah, geologi, hidrologi dan populasi tumbuhan dan hewan, serta hasil kegiatan manusia pada masa lampau dan masa kini, sejauh tanda-tanda pengenal tersebut memberikan pengaruh murad atas penggunaan lahan oleh manusia pada masa kini dan masa mendatang”.3
3. Penggunaan Lahan
Menurut Siswanto, “Penggunaan lahan adalah setiap bentuk campur tangan manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun spiritual. Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar yaitu pengunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian”. 4
Penggunaan lahan juga tergantung pada lokasi, khususnya untuk daerah-daerah pemukiman, lokasi industri, maupun untuk daerah-daerah rekreasi. Menurut Barlowe, “Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan lahan adalah faktor fisik dan biologis, faktor pertimbangan ekonomi dan faktor institusi (kelembagaan). Faktor fisik dan biologis mencakup kesesuaian dari sifat fisik seperti keadaan geologi, tanah, air, iklim, tumbuh-tumbuhan, hewan dan kependudukan. Faktor pertimbangan ekonomi dicirikan oleh keuntungan, keadaan pasar dan transportasi. Faktor
2Ibid., h. 1
3Tejoyuwono Notohadiprawiro dalam artikel “Kemampuan dan Kesesuaian lahan: Pengertian
dan Penetapannya”, h.1
(28)
institusi dicirikan oleh hukum pertanahan, keadaan politik, keadaan sosial dan secara administrasi dapat dilaksanakan”.5
4. Perubahan Penggunaan Lahan
Menurut Siswanto, “Perubahan penggunaan lahan adalah bertambahnya suatu penggunaan lahan dari satu sisi penggunaan ke penggunaan yang lainnya diikuti dengan berkurangnya tipe penggunaan lahan yang lain dari suatu waktu ke waktu berikutnya, atau berubahnya fungsi suatu lahan pada kurun waktu yang berbeda. Perubahan penggunaan lahan dalam pelaksanaan pembangunan tidak dapat dihindari. Perubahan tersebut terjadi karena dua hal, pertama adanya keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin meningkat jumlahnya dan kedua berkaitan dengan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik”.6
Para ahli berpendapat bahwa perubahan penggunaan lahan lebih disebabkan oleh adanya kebutuhan dan keinginan manusia. Menurut McNeill et al., “Faktor-faktor yang mendorong perubahan penggunaan lahan adalah politik, ekonomi, demografi dan budaya. Aspek politik adalah adanya kebijakan yang dilakukan oleh pengambil keputusan yang mempengaruhi terhadap pola perubahan penggunaan lahan”.7
Selanjutnya pertumbuhan ekonomi, perubahan pendapatan dan konsumsi juga merupakan faktor penyebab perubahan penggunaan lahan. Sebagai contoh, meningkatnya kebutuhan akan ruang tempat hidup, transportasi dan tempat rekreasi akan mendorong terjadinya perubahan penggunaan lahan. Teknologi juga berperan dalam menggeser fungsi lahan. Grubler mengatakan, “Ada tiga hal bagaimana teknologi mempengaruhi pola penggunaan lahan. Pertama, perubahan teknologi telah membawa perubahan dalam bidang pertanian melalui peningkatan produktivitas lahan pertanian dan produktivitas tenaga kerja. Kedua,
5Ibid. 6Ibid. 7Ibid., h. 3
(29)
perubahan teknologi transportasi meningkatkan efisiensi tenaga kerja, memberikan peluang dalam meningkatkan urbanisasi daerah perkotaan. Ketiga, teknologi transportasi dapat meningkatkan aksesibilitas pada suatu daerah.”8
Perubahan penggunan lahan di suatu wilayah merupakan pencerminan upaya manusia memanfaatkan dan mengelola sumberdaya lahan. Perubahan penggunaan lahan tersebut akan berdampak terhadap manusia dan kondisi lingkungannya. Menurut Suratmo, “Dampak suatu kegiatan pembangunan dibagi menjadi dampak fisik-kimia seperti dampak terhadap tanah, iklim mikro, pencemaran, dampak terhadap vegetasi (flora dan fauna), dampak terhadap kesehatan lingkungan dan dampak terhadap sosial ekonomi yang meliputi ciri pemukiman, penduduk, pola lapangan kerja dan pola pemanfaatan sumber daya alam yang ada.”9
5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan
Menurut Lestari, “Mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah terhadap lingkungan
dan potensi lahan itu sendiri).”10
Perubahan jenis lahan merupakan penambahan penggunaan jenis lahan disatu sektor dengan diikuti pengurangan jenis lahan disektor lainnya. Atau dengan kata lain perubahan penggunaan lahan merupakan berubahnya fungsi lahan pada periode waktu tertentu, misalnya saja dari lahan pertanian digunakan untuk lahan non pertanian. Menurut Wahyunto, “Perubahan penggunaan lahan dalam pelaksanaan pembangunan tidak dapat dihindari. Perubahan tersebut terjadi karena dua hal, pertama adanya keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin meningkat
8Ibid. 9Ibid., h. 4
10Mustofa Zainil dan Purbayu Budi Santosa dalam artikel “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian di Kabupaten Demak”, h. 11
(30)
jumlahnya dan kedua berkaitan dengan meningkatnya tuntutan akan mutu
kehidupan yang lebih baik.”11
Menurut Irawan, “Ada dua hal yang mempengaruhi alih fungsi lahan. Pertama sejalan dengan pembangunan kawasan perumahan atau industri di suatu lokasi alih fungsi lahan, maka aksesibilitas di lokasi tersebut menjadi semakin kondusif untuk pengembangan industri dan pemukiman yang akhirnya mendorong meningkatnya permintaan lahan oleh investor lain atau spekulan tanah sehingga harga lahan di sekitarnya meningkat. Kedua, peningkatan harga lahan selanjutnya dapat merangsang petani lain di
sekitarnya untuk menjual lahan.”12
Menurut Pakpahan, “menyebutkan bahwa konversi lahan di tingkat wilayah secara tidak langsung dipengaruhi oleh :
a) Perubahan struktur ekonomi b) Pertumbuhan penduduk c) Arus urbanisasi
d) Konsistensi implementasi rencana tata ruang.”
Karena adanya faktor tersebut sewa lahan (land rent) pada suatu daerah akan semakin tinggi. Menurut Barlowe, “Sewa ekonomi lahan mengandung pengertian nilai ekonomi yang diperoleh suatu bidang lahan bila lahan tersebut digunakan untuk kegiatan proses produksi. Urutan besarnya ekonomi lahan menurut penggunaannya dari berbagai kegiatan produksi ditunjukkan sebagai berikut : 1. Industri manufaktur, 2. Pemukiman, 3. Perdagangan, 4. Pertanian intensif, 5. Pertanian ekstensif.”13
6. Dampak Perubahan Penggunaan Lahan
Suatu kegiatan pembangunan dapat berdampak banyak komponen kehidupan sekaligus, seperti pendapatan, konsumsi, ketersediaan pangan dan sumber daya alam pokok (natural resource base). Dampaknya kepada berbagai komponen lebih sering tidak sama, baik dalam hal intensitasnya maupun dalam hal akibatnya (positif atau negative). Maka Mc Cracken mengatakan, “Perlu dikembangkan suatu sistem pemantauan dampak dengan indikator-indikator yang handal. Hal ini terutama diperlukan
11Ibid., h. 12 12Ibid. 13Ibid.
(31)
berkenaan dengan kegiatan tersebut, disamping paling banyak dan paling luas mendampak lahan, juga berperan dalam menyelamatkan dan memelihara sumber daya lahan bagi keterlanjutan fungsi sumber daya
tersebut”.14
Menurut Mc Cracken, “Mengembangkan indikator-indikator untuk memantau dampak program-program pertanian dan perhutanan justru sangat sulit. Dia mengusulkan delapan indikator murad untuk menunjukan kecenderungan dan status kini sumberdaya lahan :
1) Produktivitas tanah, dengan parameter erosi, status hara tanah, cekaman tanah (soil stresses) berupa kemasaman, alkalinitas, sainitas, dan toksisitas, serta upaya pemeliharaan dan pembenahan kesuburan tanah.
2) Efektifitas dan efisiensi penggunaan dan pengolahan lahan, dengan parameter kemampuan dan kesesuaian lahan, pola pertanaman, system usaha tani dan keterlanjutan produksi. 3) Penutupan vegetasi dan kesehatan tanaman, dengan parameter
ragam vegetasi dan daerah agihannya, ragam penggunaan lahan menurut pengelompokan hutan, perumputan dan pertanaman budidaya, dan hama serta penyakit tanaman.
4) Hutan tani (agroforestry) dan pasokan kayu bakar, dengan parameter penghijauan dan perhutanan.
5) Padang penggembalaan, dengan parameter tingkat penutupan dan daerah agihannya, vegetasi klimaks dan daya dukung akn ternak.
6) Pasokan air, dengan parameter jumlah dan ketersediaan musiman untuk pertanaman dan ternak, anggaran dan neraca air, banjir, kekeringan, dan penyelenggaraan irigasi.
7) Mutu lingkungan, dengan parameter mutu sumber daya air, mutu udara, produktivitas tanah, beban sedimen dalam sungai, habitat ikan dan margasatwa, pencagaran lahan basah dan jalur mangrove, serta pencemaran.
8) Proses degradasi umum yang dipercepat, dengan para meter diservikasi wilayah, pengendapan debu dan pasir, pergerakan permukaan tanah, penggaraman tanah, erosi, penurunan air
tanah, dan pemburukan ekosistem”.15
14Tejoyuwono Notohadiprawiro dalam artikel “Kemampuan dan Kesesuaian Lahan: Pengertian dan Penetapannya”,h. 7
(32)
Dampak Lingkungan adalah “Perubahan lingkungan yang diakibatkan oleh
suatu kegiatan.”16
Umumnya di negara-negara sedang berkembang, pengendalian dampak lingkungan sering tidak dilakukan oleh pemrakarsa atau pelaku pembangunan. Pemrakarsa selalu berorientasi pada keuntungan ekonomi, tanpa mempertimbangkan dampak lingkungan yang mungkin timbul.
B.
Situ
1) Pengertian Situ
Pengertian Situ, embung dan danau hampir sama. Dalam rancangan Undang – Undang Sumber Daya Alam, situ dan danau memiliki pengertian yang sama, yaitu sumber air permukaan yang terbentuk secara alami, kecuali ditambahi dengan kata buatan. Perbedaannya terletak pada pemakaian, situ biasanya lebih kecil ukurannya (meski tidak ada batasan resmi tentang berapa luas jika dikatakan situ dan seluas apa jika dikatakan danau). Situ juga biasanya dipakai di daerah Jawa Barat, sedangkan danau lebih nasional.
“Danau adalah suatu cekungan (basin) di permukaan bumi yang digenangi air dalam jumlah yang relative banyak. Air pada danau
bersumber dari banyak sumber seperti sungai, air tanah atau hujan”.17
Menurut Bappeda Tangerang, “Situ adalah suatu wadah genangan air
di atas permukaan tanah yang terbentuk baik secara alami maupun buatan yang airnya berasal dari tanah atau air permukaan, sebagai siklus hidrologi yang potensial dan berfungsi antara lain sebagai sumber air untuk keperluan irigasi, air baku, air minum, pengendalian banjir dan kegiatan lain”.18
Menurut Aboejoeno, “Situ merupakan salah satu sumber daya air yang
mempunyai fungsi dan manfaat sangat penting bagi kehidupan dan
16 Manik Karden Eddy Sontang, Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Jakarta:Djambatan, 2009), h. 32
17Yani Ahmad, T. Bachtiar, Samsul Bachri, Geografi Untuk Kehidupan, (Jakarta: PT.Unggul Permana Selaras, 2008), h. 91
18Roni, Penelitian “Perubahan Penggunaan Lahan dan Dampaknya terhadap Biofisik dan Sosial Ekonomi”, h. 16
(33)
lingkungannya, sehingga keberadaan situ-situ dalam dalam suatu wilayah sangat potensial untuk menciptakan keseimbangan hidrologi dan keanekaragaman hayati serta potensial meningkatkan kesejahteraan kehidupan masyarakat”.19
Menurut Suryadiputra bahwa, “Terdapat kaitan antara eksistensi Situ dengan perubahan penggunaan lahan yang berada di sekitar Situ. Akibat percepatan pertumbuhan penduduk di Jabotabek menyebabkan ekosistem perairan (lahan basah) terganggu. Gangguan paling utama adalah semakin kecilnya luas Situ (water body) akibat pendangkalan. Pendangkalan terjadi akibat proses sedimentasi yang cepat sehingga memperkecil luas Situ yang ada”.20
2) Jenis – Jenis Danau / Situ
Jenis – jenis danau berdasarkan proses terjadinya sebagai berikut : 1) Danau Alami
Yakni danau yang terjadi karena proses yang bersifat alami. Hal ini dapat dibedakan sebagai berikut :
a. “Danau Tektonik, yakni danau yang terjadi karena adanya gerakan tektonik yang menimbulkan cekungan sebagai akibat dari adanya patahan atau lipatan. Contoh Danau Poso di Sulawesi Tengah, danau Tondano di Sulawesi Utara, danau Singkarak, dan danau Maninjau di Sumatera Barat.
b. Danau Vulkanik, yakni danau yang terjadi akibat letusan gunung berapi. Bekas letusannya menimbulkan danau yang berisi air hujan. Comtohnya danau kawah Gunung Kelud, danau Kalimutu, danau Batur dan sebagainya.
c. Danau Volkano Tektonik, yakni danau yang terjadi karena gerakan tektonik dan letusan gunung berapi. Contoh danau Toba di Sumatera Utara.
d. Danau Gletser, yakni danau yang terjadi karena mencairnya gletser di wilayah danau seperti danau Ladoga dan danau Onega di wilayah Rusia bagian utara.
e. Danau bentuk alam lainnya seperti danau yang terbentuk karena adanya tanggul alam di sungai”.21
19Ibid. 20Ibid., h. 18
21Arofah Anik, Hermanto, Amin dan Pubundu Tika, Pengetahuan Sosial Geografi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), h. 187
(34)
2) Danau Buatan
Danau buatan merupakan danau yang sengaja dibuat oleh manusia untuk keperluan irigasi, air minum, pembangkit tenaga listrik, dan sebagainya.
Jenis-jenis danau buatan, yaitu sebagai berikut :
a. “Danau Bendungan, yakni danau yang dibuat karena manusia membendung sebuah sungai atau cekungan untuk menampung air guna keperluan irigasi, air minum, pembangkit tenaga listrik, dan pariwisata. Contohnya, Waduk Jatiluhur, Waduk Saguling, Waduk Bili-bili (Sulawesi Selatan, contoh danau bendungan cekungan adalah Waduk Kelara di Jeneponto Sulawesi Selatan.
b. Danau Situ atau Embung yakni danau yang terjadi karena manusia menggali permukaan tanah untuk menampung air runn-off. Danau semacam ini mempunyai fungsi mencegah banjir, melestarikan air tanah, sumber air minum dan untuk irigasi. Contoh danau situ banyak terdapat dibagian selatan wilayah DKI Jakarta, dari wilayah Sawangan sampai Depok. Tujuannya untuk mencegah banjir, melestraikan air tanah di wilayah DKI Jakarta. Contoh Embung terdapat di Lombok (NTB)”.22
3) Manfaat Situ
Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup. Tidak ada makhluk hidup yang mampu hidup tanpa air. Sungai yang berada di permukaan atau di dalam tanah, danau, ataupun rawa masing-masing memiliki peranannya sendiri. Ini adalah manfaat dari situ, yaitu : 1. “Sebagai sumber air bagi kehidupan
Banyak Situ terutama di Jabotabek yang dimanfaatkan sebagai sumber air oleh masyarakat. Masyarakat di sekitar situ umumnya memanfaatkan situ untuk keperluan MCK dan sebagian lagi menggunakan situ sebagai sumber air minum. Selain itu, situ juga dimanfaatkan sebagai sumber air untuk irigasi maupun industri.
2. Pengaturan tata air dan pemasok air tanah
Dalam pengaturan tata air (fungsi hidrologi) situ merupakan tempat penampungan air, baik yang berasal dari hujan maupun sumber air mengalir (sungai). Air yang tertampung di dalam suatu situ merupakan pemasok air ke air tanah atau situ lainnya yang letaknya lebih rendah. Dengan demikian keberadaan situ sangat penting dalam mempertahankan air tanah dangkal yang merupakan sumber air bagi masyarakat sekitarnya. 3. Pengendali Banjir
22Ibid., h. 188
(35)
Pada waktu musim hujan situ dapat menyimpan kelebihan air, baik air yang berasal dari air hujan maupun dari sungai. Pada waktu musim hujan sungai akan kelebihan air dan meluap masuk ke dalam situ yang ada dan dalam waktu tertentu air akan tersimpan. Dengan demikian situ akan dapat mengurangi volume air pada waktu musim hujan sehingga mengurangi terjadinya banjir sekaligus mempertahankan persediaan air pada musim kemarau.
4. Pengatur iklim makro
Proses evapotranspirasi yang terjadi di sebuah situ dapat menjaga kelembaban di daerah sekitarnya. Selain itu, situ yang luas dan memiliki hutan/pepohonan yang baik akan mampu menyimpan air hujan dan kelembaban dapat dipertahankan sepanjang waktu.
5. Pengendap lumpur dan pengikat zat pencemar
Adanya vegetasi yang tumbuh di situ akan memperlambat aliran air. Hal ini menyebabkan air akan tertahan lebih lama dan menyebabkan terjadinya pengendapan lumpur-lumpur yang terbawa aliran air. Selain itu, adanya vegetasi, melalui sistem perakarannya, dapat menyerap unsur hara dan mengikat polutan-polutan terutama limbah B3.
6. Habitat berbagai jenis flora / fauna
Adanya situ dalam satu kesatuan ekosistem merupakan habitat berbagai jenis flora dan fauna. Berbagai jenis flora dan fauna kehidupannya sangat tergantung dengan adanya situ. Berbagai jenis burung dan tumbuhan tertentu serta hewan-hewan air dapat hidup dan berkembang biak tergantung dari keberadaan situ, sehingga situ turut membantu melestarikan keanekaragaman hayati.
7. Tempat rekreasi / wisata
Di wilayah Jabotabek banyak situ yang digunakan untuk memelihara ikan dan taman pemancingan. Situ yang cukup luas biasanya dikelola secara komersial sebagai tempat rekreasi yaitu sebagai tempat olah raga air dan taman perahu. Dengan demikian keberadaan situ secara ekonomi mampu menunjang pendapatan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung.
8. Budidaya perikanan
Banyak situ khususnya di wilayah Jabotabek yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk budidaya ikan. Jenis ikan yang dibudidayakan umumnya adalah ikan mas atau tawes dengan sistem keramba”.23
C.
Lingkungan Hidup dan Permasalahannya
Menurut Soerianegara, “Segala sesuatu yang berada di sekitar kita disebut dengan lingkungan. Sedangkan jika unsur-unsur lingkungan tersebut memberi manfaat kepada manusia, maka unsur lingkungan tersebut
23Roni, Penelitian “Perubahan Penggunaan Lahan dan Dampaknya terhadap Biofisik dan Sosial Ekonomi”, h. 18
(36)
disebut dengan sumberdaya alam. Dengan demikian, tidak seluruh unsur lingkungan merupakan sumber daya bagi manusia akan tetapi dapat
menjadi sumber daya bagi makhluk lain.”24
Menurut UUD RI Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pasal 1 Ayat 1, “Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang, dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan
dan kesejahteraan manusia serta makhluk lainnya.”25
Menurut UUD RI Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pasal 5 Ayat 1, “Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.”26
Jadi, lingkungan hidup (lingkungan) adalah ruang dengan segala isinya yang mempengaruhi kehidupan dan kesejahteraan manusia.
“Sedangkan pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energy atau komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ketingkat tertentu, yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.”27
Perusakan lingkungan adalah, “Tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat-sifat fisik atau hayati lingkungan, yang mengakibatkan lingkungan itu kurang atau tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan yang berkesinambungan.”28
Pengelolaan lingkungan hidup adalah “Upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian,
pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup.”29
24Utami Ulfah, Konservasi Sumber Daya Alam, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), h. 6 25Munawir. dkk, Cakrawala Geografi, (Bogor:Yudhistira, 2006), h. 70
26 Ibid.
27Manik Karden Eddy Sontang, Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Jakarta:Djambatan, 2009), h. 32
28 Ibid,. 29 Ibid,. h. 31
(37)
“Selain memiliki hak atas lingkungan, setiap orang juga mempunyai kewajiban untuk menjaga dan mencegah lingkungan hidup dari tindak perusakan dan pencemaran. Sudah menjadi tanggung jawab manusia untuk melestarikan lingkungan hidup karena generasi berikutnya juga memiliki
hak atas lingkungan yang bersih dan sehat”.30
1. Unsur-Unsur Lingkungan Hidup
“Manusia hidup di bumi tidak sendirian melainkan bersama makhluk hidup lain, yaitu hewan dan tumbuhan. Selain manusia, hewan dan tumbuhan, ada tanah, air, batu dan sebagainya yang bagi makhluk hidup menjadi tempat hidup mereka. Makhluk hidup seperti manusia, hewan dan tumbuhan, serta benda mati berperan sebagai unsure-unsur lingkungan hidup. Ada 3 macam unsur lingkungan hidup, yaitu sebagai berikut”:31
a. Unsur Abiotik
“Unsur abiotik disebut juga unsur fisik. Unsur fisik adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda tidak hidup
seperti tanah, air, udara, iklim, daratan, lautan, dan sungai”.32
b. Unsur Biotik
“Unsur biotik adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk hidup seperti manusia, hewan, tumbuhan, dan jasad renik. Keempat unsur ini saling berhubungan satu sama lain. Tumbuhan memperoleh unsur hara dari jasad renik, tumbuhan dimakan hewan dan manusia, hewan dan manusia mati lalu diuraikan oleh jasad renik menjadi unsur hara. Proses ini berlangsung terus menerus
menjadi siklus”.33
c. Unsur Sosial Budaya
“Unsur sosial budaya adalah lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia yang merupakan sistem nilai, gagasan, dan
30Munawir. dkk, Cakrawala Geografi, (Bogor:Yudhistira, 2006),.h. 71 31Ibid.
32Ibid. 33Ibid., h. 72
(38)
keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk sosial. Unsur ini sangat berperan dalam perubahan lingkungan untuk keperluan hidup
manusia”.34
2. Persoalan Lingkungan Hidup
Pemeliharaan lingkungan hidup merupakan penentu keseimbangan alam. Dalam lingkungan ini ada beberapa masalah yang sering dijumpai. Diantaranya :
a. Gangguan Sampah
“Sampah merupakan problema lingkungan yang mungkin akan terus berlangsung di tengah masyarakat dalam kesehariannya. Budaya tertib sampah yang dicanangkan pemerintah ternyata belum mampu menanggulangi secara tuntas. Apalagi jenis sampah semakin hari seolah semakin beragam, sehingga proses penanganannya pun memerlukan metode yang beragam pula. di sekitar pedesaan sampah relatif mudah ditangani lantaran lahan pembuangan masih mudah dihasilkan. Namun terkadang kecerobohan masyarakat membuat masalah ini menjadi serius. Hingga selain menimbulkan gangguan bau tidak sedap, beragam penyakit juga mungkin timbul akibat penumpukan sampah yang akhirnya menjadi sarang nyamuk. Lain halnya masalah yang dihadapi daerah perkotaan akibat sampah. Selain lokasi pembuangan yang sulit didapatkan, minimnya daerah resapan air membuat sampah-sampah menggunung menyumbat saluran-saluran air hingga mengakibatkan genangan air atau bahkan banjir”.35
b. Air Kotor Adalah Sarang Penyakit
“Genangan air bisa timbul dari berbagai macam sebab, mungkin adakalanya disebabkan kecerobohan sebagian masyarakat yang minim tempat pembuangan. Atau mungkin akibat dari sisa-sisa air bah atau banjir yang kerap melanda kawasan tertentu. Genangan air yang berada di pinggiran pemukiman, empang-empang kering, atau bahkan di jalan-jalan umum, tidak hanya sekedar merusak keindahan dan menimbulkan bau tidak sedap. Namun tempat-tempat itu sangat berpotensi menjadi sarang utama nyamuk-nyamuk pembawa penyakit. Mungkin hampir tiap tahun kita direpotkan dengan penyakit demam berdarah, penyakit yang kerap kali merenggut nyawa penderitanya. Nyamuk Aides Aegepty
34Ibid., h. 73
35Reza Gholami, Husain Heriyanto, Fakhruddin M. Mabgubjaya. Menanam Sebelum Kiamat (Islam, Ekologi, dan Gerakan Lingkungan Hidup). (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. 2007), h. 11
(39)
sebagai penyebar penyakit ini mayoritas berkembang biak pada genangan-genangan air”.36
c. Pemanfaatan Daerah Aliran Sungai
“Tanah pinggiran sungai merupakan fasilitas umum yang selama ini menimbulkan banyak sengketa. Mereka yang sudah lama menempati kawasan tersebut mengklaim daerah ini merupakan tanah warisan yang sah kepemilikannya, sedangkan dari pihak pemerintah melalui program penertiban berusaha merapikan kawasan kota serta bermaksud memperluas area aliran air guna kepentingan mengantisipasi banjir. Di daerah perkotaan, banjir lebih banyak disebabkan luapan air sungai di pinggiran kota akibat daerah aliran air yang semakin menyempit termakan sampah maupun bangunan-bangunan yang semarak menghiasi kawasan tersebut”.37
d. Banjir
“Timbunan sampah, penyempitan daerah aliran air, serta merosotnya kualitas serapan dari tanah merupakan alasan-alasan utama terjadinya banjir. Timbunan sampah dan penyempitan daerah aliran air menyebabkan penyumbatan aliran air hingga akhirnya meluap ke luar jalur. Merosotnya kualitas resapan dari tanah karena penebangan hutan dan pepohonan menyebabkan air yang mengalir di atas permukaan tanah sulit melakukan penetrasi kearah bawah, sehingga cenderung mengalir dan sulit untuk dihentikan”.38
e. Pertumbuhan Penduduk yang Pesat
“Pertumbuhan penduduk yang pesat (tinggi) di suatu
wilayah atau Negara dapat dipastikan akan menimbulkan berbagai masalah lingkungan hidup. Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali menimbulkan masalah dalam penyediaan lahan untuk
36Ibid., h. 12 37Ibid., h. 16 38Ibid,. h. 17
(40)
pemukiman dan untuk usaha, fasilitas pelayanan social (pendidikan, rumah ibadah, kesehatan, air bersih, dan transportasi), serta masalah sosial ekonomi dan sosial budaya lainnya. Umumnya, pertumbuhan penduduk yang pesat berkorelasi atau berkaitan erat dengan kemiskinan. Biasanya penduduk yang miskin, selain miskin secara materi, juga miskin akan pengetahuan,
teknologi dan informasi.”39
Khususnya di pedesaan, penduduk miskin sering melakukan perusakan dan pencemaran lingkungan, antara lain disebabkan:
1. Ketidaktahuannya akan lingkungan yang baik.
2. Terpaksa melakukannya karena kebutuhannya yang mendesak adalah pangan.
3. Belum merasa perlu akan lingkungan yang baik karena pemenuhan kebutuhan dasarnya masih jauh dari sejahtera. 4. Tidak mampu menerapkan teknologi pertanian konservasi
karena pengetahuannya terbatas dan biaya yang relative besar. 5. Tekanan penduduk terhadap lahan.
D.
Hasil Penelitian yang Relevan
Ada beberapa hasil penelitian yang menjelaskan mengenai perubahan dalam penggunaan lahan. Dari penelitian-penelitian yang dilakukan ternyata perubahan lahan terjadi dikarenakan untuk membangun pemukiman dan tempat usaha.
Pertama, Penelitian Tejoyuwono Notohadiprawiro yang berjudul “Kemampuan dan Kesesuaian Lahan: Pengertian dan Penetapannya”. Dalam penelitian ini menunjukkan suatu kegiatan pembangunan dapat berdampak banyak komponen kehidupan sekaligus, seperti pendapatan, konsumsi, ketersediaan pangan dan sumber daya alam pokok (natural resource base). Dampaknya kepada berbagai komponen lebih sering tidak sama, baik
39Manik Karden Eddy Sontang, Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Jakarta:Djambatan, 2009), h. 58
(41)
dalam hal intensitasnya maupun dalam hal akibatnya (positif atau negatif).40
Kedua, Hasil penelitian Roni yang berjudul “Perubahan Penggunaan Lahan dan Dampaknya Terhadap Biofisik dan Sosial
Ekonomi”. Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa
perubahan penggunaan lahan terjadi karena untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia yang terus berkembang dan untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi. Hal ini berimplikasi pada semakin berkurangnya ketahanan pangan, tingkat dan intensitas pencemaran yang berta dan kerusakan lainnya.41
Ketiga, Hasil penelitian Nur Atikah Nasution yang berjudul “Dampak Perubahan Pemanfaatan Tanah di Situ Kuru Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Sekitar”. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di dapat bahwa daerah Situ Kuru yang semula luasnya mencapai 5 ha kini menyusut sampai tinggal 7.500 m, dan awalnya Situ Kuru yang berfungsi sebagai daerah resapan air dan kini berubah atau alih fungsi menjadi lahan bisnis sekitar akhit tahun 90-an. Kini tak lagi dapat dijumpai Situ yang indah sebagai tempat wisata yang bisa dinikmati untuk melepas lelah dan suara-suara kicauan burung nun merdu serta hewan-hewan lainnya yang turut menambah kelestarian Situ. Airnya pun kini hijau kelam yang tak lagi bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, seperti mencuci pakaian, peralatan dapur dan lain sebagainya.42
40 Tejoyuwono Notohadiprawiro, “Kemampuan dan Kesesuaian Lahan: Pengertian dan Penetapannya”, pasca sarjana Universitas Gajah Mada, 2006, tidak dipublikasikan.
41Roni, dalam penelitian “Perubahan Penggunaan Lahan dan Dampaknya Terhadap Biofisik dan Sosial Ekonomi”.
42
Nur Atikah Nasution, “Dampak Perubahan Pemanfaatan Tanah Situ Kuru Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Sekitar”, Skripsi pada sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, tidak dipublikasikan.
(42)
E.
Kerangka Berfikir
F.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari sebuah penelitian yang akan dilakukan oleh si peneliti. Oleh karen itu jawaban sementara yang menjadi hipotesis dari penelitian ini adalah :
1. Adanya pertumbuhan masyarakat di sekitar Situ Kuru membuat lahan Situ Kuru semakin mengecil dan kehilangan fungsi aslinya sebagai tempat untuk menampung air.
1. Adanya sedimentasi*
2. Banyaknya sampah yang mengotori Situ Kuru
3. Semakin banyaknya tanaman liar yang menutupi Situ Kuru, seperti enceng gondok, kangkung liar, dll.
DAMPAK
SOSIAL
Situ Kuru
1. Penambahan Pemukiman 2. Bertambahnya mahasiswa
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Bertambahnya tempat-tempat usaha di sekitar Situ Kuru.
FISIK
(43)
2. Bertambahnya mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah membuat lahan Situ Kuru setiap tahunnya di uruk hal ini dilakukan untuk membuat tempat tinggal / kos-kosan untuk para mahasiswa/i.
3. Bertambahnya para pedagang seperti tempat makan membuat Situ Kuru menjadi tempat pembuangan sampah dan limbah para pedagang.
4. Dampak yang terjadi selama ini adalah ketika turun hujan baik dalam intensitas ringan, sedang, maupun deras wilayah di sekitar Situ Kuru selalu mengalami banjir.
5. Adanya hubungan antara pertumbuhan penduduk di wilayah sekitar Situ Kuru dengan kelestarian Situ Kuru.
(44)
28
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Yang secara astronomi
terletak pada 6˚ 18 12.40 LS dan 106˚ 45 18.30 BT. Seperti yang
tergambar pada peta dibawah ini :
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan proses yang bertahap yaitu mulai dari tahap perencanaan, persiapan penelitian yang dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan sebagai kegiatan inti penelitian dan diakhiri dengan laporan penelitian. Proses penelitian ini dimulai sejak Januari 2014 dan berakhir pada bulan Oktober 2014.
(45)
B.
Metode dan Disain Penelitian
Metode adalah cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metode survey dengan pendekatan kuantitatif deskriptif.
Penelitian survey menurut F.C Dane adalah penelitian yang mengumpulkan data pada saat tertentu. Tujuan dari penelitian survey diantaranya untuk mengidentifikasi keadaan sekarang untuk dibandingkan, menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan oleh peneliti, dan memecahkan masalah yang signifikan dalam hidup masyarakat.1
Dalam kasus Situ Kuru ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana dampak yang terjadi setelah alih fungsi lahan Situ Kuru. Dampak ini dibagi menjadi 2, dampak fisik dan dampak sosial. Hasil dari penelitian ini akan digunakan untuk suatu tindak lanjut yang bermanfaat baik untuk Situ Kuru maupun untuk masyarakat disekitar Situ kuru. Dalam penelitian ini digunakan kuisioner untuk mendapatkan informasi dari para masyarakat sekitar Situ Kuru.
Catatan atau laporan-laporan ringkas dalam bentuk deskripsi dibuat setiap kegiatan pengamatan yang dilakukan. Oleh karenanya peneliti dibekali dengan beberapa macam alat perekam sebagi pembantu catatan dan ingatan, seperti alat perekam yang terdapat di dalam Hand Phone, kamera digital dan alat-alat tulis.
C.
Penetapan Objek Penelitian
Objek penelitian ini terdiri dari 2 aspek, yaitu: a) Aspek Fisik
1. Peningkatan daerah banjir 2. Penyempitan lahan Situ Kuru
3. Penambahan lahan untuk pemukiman 4. Banyaknya sampah di sekitar Situ Kuru
1
(46)
b) Aspek sosial
Masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar Situ Kuru.
D.
Populasi dan Sampel
Populasi Penelitian
Populasi adalah kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian.2 Berdasarkan pengertian tersebut maka populasi yang akan diteliti meliputi populasi ruang fisik dan ruang sosial. Populasi ruang fisik penelitian meliputi lahan dan kawasan di sekitar Situ Kuru di RW 03 Kelurahan Ciputat Timur. Sedangkan populasi sosial adalah seluruh masyarakat yang ada di RW 03 Kelurahan Cempaka Putih, dengan jumlah penduduk 2.534 Jiwa.
Sampel Penelitian
Pengambilan sampel merupakan suatu proses pemilihan dan penentuan jenis sampel dan perhitungan besarnya sampel yang akan menjadi subjek atau objek penelitian. Sampel yang secara nyata akan diteliti harus representatif dalam arti mewakili populasi baik dalam karakteristik maupun jumlahnya.3
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Jenis rancangan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling, yang disebut juga dengan rancangan sampel non random (tidak acak). Sedangkan teknik yang penulis gunakan dalam pengambilan sampel penelitian adalah teknik purposive sampling, yang mana pengambilan atau penentuan sampel informan, dilakukan dengan pertimbangan tertentu. Pada teknik pengambilan sampel purposive sampel ditetapkan secara sengaja oleh peneliti.
2Sukmadinata.Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2011), h. 250
(47)
Untuk menetukan jumlah sampel dengan menggunakan rumus:
n = N
1x n
o∑
n
1N = Banyaknya sampel N1 = Jumlah penduduk per RT
∑n1 = Jumlah keseluruhan
no = Banyaknya sampel yang diambil
n = 634 x 50 2.534
= 12,5 dibulatkan menjadi 13 orang/per RT
Tabel 3.1 Jumlah Responden
No Nama RT Jumlah Responden
1 RT 01 13 Responden
2 RT 02 13 Responden
3 RT 03 13 Responden
4 RT 04 13 Responden
JUMLAH 52 Responden
Sumber : Hasil Perhitungan
Adapun 52 orang yang akan dijadikan sampel tersebut adalah : 1. Ketua Kelurahan Cempaka Putih.
2. Kepala Rukun Tetangga (RT) dari tiap tiap wilayah di sekitar Situ kuru sebanyak 4 orang.
3. Para pemilik usaha dan pedagang di sekitar Situ Kuru sebanyak 16 orang.
4. Para mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tinggal di wilayah Situ Kuru sebanyak 11 orang.
(48)
E.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara:
a. Observasi
“Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol
keandalan (reliabilitas) dan kesahihannya (validitasnya)”.4
Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dampak yang terjadi terhadap Situ Kuru setelah terjadi alih fungsi lahan. Observasi ini dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi dan untuk melihat sejauh mana dampak yang terjadi terhadap Situ Kuru.
Observasi yang akan dilakukan penulis dengan menggunakan pedoman observasi, disusun berdasarkan indikator-indikator yang dapat dilihat pada tabel 3.2
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pedoman Observasi
No Variabel Dimensi Indikator
1 Dampak Alih Fungsi Lahan Situ Kuru
Dampak Alih Fungsi Lahan Situ Kuru terhadap Lingkungan Fisik
Pencemaran Banjir Vegetasi
(Flora dan Fauna) Penyempitan
lahan
Penambahan Lahan Pemukiman
4Akbar Purnomo Setiady, Usman Husaini, MT. Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), h. l52
(49)
b. Kuisioner
Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Cara penyebaran kuisioner yang akan penulis lakukan adalah dengan membagikan kuisioner kepada responden yang ditemui langsung di lapangan, yaitu kepada masyarakat di sekitar Situ Kuru.
Kuisioner yang disebarkan, disusun berdasarkan indikator-indikator yang dapat dilihat pada tabel 3.3
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Pedoman Kuisioner
No Variabel Dimensi Indikator Butir
1 Dampak Alih Fungsi Lahan Situ Kuru
Dampak Alih Fungsi Lahan Situ Kuru Terhadap Lingkungan Sosial Pemukiman Penduduk Pola lapangan kerja Pola pemanfaatan SDA yang ada Perhatian
Terhadap Lingkungan Kesehatan Kebersihan
1, 2, 3 4, 5, 6 7, 8
9, 10, 11 12, 15,
18, 19, 20
16, 17 13, 14
c. Studi Dokumen
Maksud dari studi dokumen yaitu “Studi tentang data-data terkait. Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan
untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan”. 5
Dan dalam
5 Akbar Purnomo Setiady, Usman Husaini, MT. Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), h.217
(50)
penelitian kali ini penulis melakukan pengumpulan tentang data-data yang berkaitan tentang Situ Kuru, baik dari perorangan maupun instansi. Sebagai pelengkap data yang dibutuhkan untuk keperluan penelitian. Instansi yang akan penulis kunjungi yaitu Kelurahan Cempaka Putih, Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air dan Badan Lingkungan Hidup Daerah.
“Sebagian besar yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cendera mata, laporan dan sebagainya. Sifat utama dari data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga member peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Kumpulan data bentuk tulisan ini disebut dokumen dalam arti luas termasuk monument, artefak, foto, tape, microfilm, disc, CD, hardisk, flashdisk, dan sebagainya”.6
F.
Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, analisis yang dilakukan adalah analisis deskriptif yaitu, data yang telah dihimpun diklasifikasikan kemudian dihubungkan antara yang satu dengan yang lainnya, untuk kemudian dianalisis dan diambil hasil dari analisa kemudian di deskriptifkan sebagai suatu hasil/kumpulan bahan pemikiran.
Setelah data yang diperlukan terkumpul, maka selanjutnya dilaksanakan analisis data. Secara garis besar analisis data meliputi:
1. Tahap Persiapan
Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada tahap persiapan ini adalah: Memeriksa dan mengecek kelengkapan identitas pengisi
Memeriksa dan mengecek kelengkapan data, memeriksa isi instrument pengumpulan data.
Mengecek macam-macam isian data.
6 Bungin, M.Burhan, Penelitian Kualitatif (Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya), (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 125
(51)
2. Editing
Editing adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai menghimpun data di lapangan. Adapun kegiatan dalam proses editing adalah :
Memberikan identitas pada instrumen penelitian yang telah terjawab.
Memeriksa satu persatu lembaran instrumen pengumpulan data, lalu memeriksa poin-poin serta jawaban yang tersedia.
Apabila terjadi kejanggalan pada instrumen, beri identitas tertentu pada instrumen dan poin yang janggal.
3. Tabulasi data
Data yang sudah terkumpul kemudian ditabulasi dengan menguraikan yang selanjutnya mengelompokkan dari tiap-tiap butir seluruh pertanyaan yang ada pada kuisioner isian. Hal ini dilakukan dengan cara memberikan kode dari tiap-tiap instrumen pengumpulan data yang selanjutnya dimasukkan kedalam bentuk data.
4. Pengolahan dan penyajian data
Hasil pengelompokkan dan pengolahan data, disajikan dalam bentuk tabel, gambar, bagan, peta dan deskriptif.
Pengolahan data dengan menggunakan perhitungan presentase. Untuk mengetahui kecenderungan jawaban responden dan fenomena di lapangan digunakan analisis presentase dengan menggunakan formula. Formula presentase sebagai berikut:
Keterangan :
P : Presentase
F : Presentase Jawaban N : Jumlah Responden 100% : Bilangan Tetap
(52)
Jika perhitungan telah selesai dilakukan, maka hasil perhitungan berupa presentase tersebut digunakan untuk mempermudah dalam penafsiran dan pengumpulan data. Adapun kriteria presentase yang digunakan di rinci sebagai berikut:
Tabel 3.4 Tabel Kriteria Penilaian Persentase
Persentase (%) Kriteria
100 Seluruhnya
75 – 99 Sebagian besar
51 – 74 > setengahnya
50 Setengahnya
25 – 49 < setengahnya
1 – 24 Sebagian kecil
0 Tidak ada
(53)
A.
Deskripsi Daerah Penelitian
1. Kondisi Fisik Daerah Penelitian a. Letak Geografis
Kelurahan Cempaka Putih, merupakan suatu kawasan yang secara geografis berada di sebelah utara Kota Tangerang Selatan. Ketinggian wilayah Kelurahan Cempaka Putih dari permukaan laut berkisar antara 47 M, dengan bentuk permukaan datar. Secara astronomi terletak pada 6˚
18 12.40 LS dan 106˚ 45 18.30 BT. Kelurahan Cempaka Putih
mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Rengas dan Kelurahan Pondok Ranji.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Cirendeu dan Kelurahan Rempoa.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Pisangan.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Ciputat dan Kelurahan Sawah Lama Kecamatan Ciputat.
Jarak tempuh dari pusat Pemerintahan Kelurahan Cempaka Putih dalam melaksanakan hubungan dan komunikasi kerja dengan Pemerintah di atasnya, secara berjenjang sebagai berikut :
Ke kantor Kecamatan = 1 km Ke Walikota Tangerang Selatan = 5 km
Ke Provinsi = 100 km
(54)
Sumber: green.kompasiana.com
Gambar 4.1 Gambar Situ Kuru
Luas wilayah Kelurahan Cempaka Putih lebih kurang 240 Ha, dengan perincian seperti terlihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Luas Wilayah Kelurahan Cempaka Putih
No Jenis Bangunan Tanah Luas/Ha
1 2 3 4 5 6 7
Perumahan dan Pemukiman Sawah
Tegalan/Ladang Pekarangan Kolam/Tebat Kuburan/Makam Lapangan/Lainnya
198 - 12,2
20 2 2 3,8
JUMLAH 240 Ha
Sumber : Data Monografi Kelurahan Cempaka Putih, 2012
(55)
b.Iklim
Kelurahan Cempaka Putih mempunyai 2 (dua) iklim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Iklim yang mempengaruhi Kelurahan Cempaka Putih adalah iklim tropis dengan angin bertiup dari arah utara ke selatan dengan kecepatan 15 km, dengan curah hujan rata-rata per tahun 2.000 mm, dengan suhu udara 27-33 ˚C.
c. Topografi
Kelurahan Cempaka Putih berada pada ketinggian 32 mdpl. Topografi dasar merupakan dataran rendah dengan kemiringan 3-8%.
d.Geologi dan Jenis Tanah
Kondisi geologi wilayah ini umumnya batuan alluvial (lempung, lanau, pasir, kerikil, kerakal, dan bongkah), yang mudah dikerjakan dan memiliki ketahanan terhadap erosi. Sedangkan jenis tanahnya adalah asosiasi latosol merah dan latosol coklat kemerahan yang umumnya cocok untuk pertanian dan perkebunan.
e. Hidrologi
Kondisi hidrologi sangat erat kaitanya dengan sumber air yang sering digunakan oleh penduduk setempat baik untuk keperluan rumah tangganya maupun keperluan pertanian. Kelurahan Cempaka Putih merupakan lintasan dari Sungai Pesanggrahan yang mengalir sepanjang tahun.
2. Kondisi Sosial Daerah Penelitian a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk Kelurahan Cempaka Putih sampai dengan tahun 2011 berjumlah 23.967 jiwa, terdiri dari 12.060 laki-laki dan 11.907 perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga 5.207 KK. Secara rinci klasifikasi penduduk berdasarkan kewarganegaraan, sebagai berikut:
(56)
a) Jumlah Penduduk Berdasarkan Kewarganegaraan
Berdasarkan hasil dari data monografi Kelurahan Cempaka Putih, mengenai jumlah penduduk berdasarkan kewarganegaraan, diperoleh hasil pada tabel 4.2 di bawah ini :
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kewarganegaraan
No Penduduk Jiwa
1 2 3 4 WNI Laki-Laki WNI Perempuan WNA Laki-Laki WNA Perempuan 11.996 Jiwa 11.879 Jiwa 64 Jiwa 28 Jiwa
Jumlah 23.967 Jiwa
Sumber : Data Monografi Kelurahan Cempaka Putih
Berdasarkan tabel diatas di peroleh WNI laki-laki 11.996 jiwa, WNI perempuan 11.879 jiwa, WNA laki-laki 64 jiwa, WNA perempuan 28 jiwa. sehingga mayoritas penduduk Cempaka Putih berdasarkan kewarganegaraan lebih banyak WNI laki-laki.
b) Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
Berdasarkan hasil dari data monografi Kelurahan Cempaka Putih, mengenai jumlah penduduk berdasarkan agama, diperoleh hasil pada tabel 4.3 di bawah ini:
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
No Agama Orang
1. 2. 3. 4. 5. Islam Katolik Protestan Hindu Budha 19.223 Jiwa 1.826 Jiwa 2.086 Jiwa 172 Jiwa 660 Jiwa
JUMLAH 23.967 Jiwa
(57)
Berdasarkan tabel diatas diperoleh penduduk Kelurahan Cempaka Putih beragama islam 19.223 jiwa, katolik 1.826 jiwa, protestan 2.086 jiwa, hindu 172 jiwa, dan budha 660 jiwa. Sehingga mayoritas penduduk Cempaka Putih beragama islam.
c) Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil dari data monografi Kelurahan Cempaka Putih, mengenai jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin, diperoleh hasil pada tabel 4.4 di bawah ini:
Tabel 4.4 Penduduk Berdasakan Jenis Kelamin
No Penduduk Orang
1. 2. 3.
Laki-laki Perempuan Kepala Keluarga
10.312 10.278 5.035 Sumber : Data Monografi Kelurahan Cempaka Putih
Berdasarkan tabel diatas diperoleh jumlah penduduk Kelurahan Cempaka Putih berdasarkan jenis kelamin, laki-laki 10.312 jiwa, perempuan 10.278 jiwa dan kepala keluarga 5.035 jiwa. Sehingga mayoritas penduduk Cempaka Putih adalah laki-laki.
d) Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur
Berdasarkan data monografi Kelurahan Cempaka Putih, mengenai jumlah penduduk berdasarkan umur diperoleh hasil pada tabel 4.5 dibawah ini:
(58)
Tabel 4.5 Penduduk Berdasarkan Umur
No Kelompok
Umur
Laki-Laki Perempuan Jumlah
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
0 – 4 5 – 9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65 – 69 70 – 74 75 + 1.004 949 874 928 1.342 1.382 1.236 1.108 868 737 582 26 253 196 90 85 1.013 924 928 1.097 1.314 1.367 1.176 1.034 831 721 557 406 220 146 88 85 2.017 1.873 1.802 2.025 2.656 2.749 2.412 2.142 1.699 1.458 1.139 832 473 342 178 170
JUMLAH 12.060 11.907 23.967
Sumber : Data Monografi Kelurahan Cempaka Putih, 2012
Berdasarkan tabel diatas diperoleh, mayoritas penduduk Kelurahan Cempaka Putih berada pada usia rata-rata 25 – 29 baik laki-laki dengan jumlah 1.382 jiwa dan perempuan 11.367 jiwa.
b. Keadaan Sosial Budaya
Rumah adalah tempat berlindung dan berkumpul bagi keluarga, maka rumah yang baik adalah rumah memenuhi syarat kesehatan bagi masyarakat. Dari jumlah penduduk 23.967 Jiwa, 90% beragama Islam. Suasana kehidupan beragama bagi masyarakat di Kelurahan Cempaka Putih cukup baik, rukun, damai dan tentram. Saling menghormati, tolong-menolong dalam menghadapi permasalahan yang timbul maupun musibah dalam kehidupan bermasyarakat.
Sikap dan pola hidup masyarakat Kelurahan Cempaka Putih merupakan cermin dari nilai-nilai kehidupan beragama. Sebagai masyarakat beragama, tentunya masyarakat Kelurahan Cempaka Putih memerlukan sarana peribadatan sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Sarana peribadatan yang ada di Kelurahan Cempaka Putih, antara lain :
(59)
Tabel 4.6 Sarana Peribadatan
No Jenis Sarana Jumlah
1 Masjid 12 unit
2 Musholla 21 unit
3 Majlis Ta’lim 40 unit
4 Gereja 1 unit
Sumber : Data Monografi Kelurahan Cempaka Putih
Pelaksanaan kegiatan keagamaan seperti, pengajian-pengajian Majlis
Ta’lim tingkat Rukun Tetangga (RT) maupun Rukun Warga (RW) rutin
dilaksanakan setiap minggu. Bergilir dari Musholla ke Musholla maupun dari
rumah ke rumah. Sedangkan pengajian Majlis Ta’lim Al Hidayah (Tingkat
Kelurahan) dilaksanakan rutin 1 kali dalam sebulan di Gedung Serba Guna Kelurahan Cempaka Putih. Kegiatan peringatan hari besar Islam, rutin dilaksanakan baik tingkat DKN, Majlis Ta’lim RT/RW dan Kelurahan.
Dalam bidang kesejahteraan sosial, di Kelurahan Cempaka Putih telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
Penyaluran zakat Yayasan Prima Ardian Tara untuk Keluarga Pra Sejahtera, menjelang hari raya Idul Fitri setiap tahunnya.
Penyaluran beras untuk keluarga miskin (Raskin)
Penyantunan yatim-piatu yang dikordinir oleh TP-PKK Kelurahan dan melalui Koordinator Anak Asuh
Penyaluran Beasiswa PNPM-MD Pedesaan
Penyaluran Dana Bantuan BAZDA Kota Tangerang Selatan
TARLING bersama staf ke masjid-masid yang ada di wilayah Kelurahan Cempaka Putih
(60)
B.
Kondisi Geografis Situ Kuru
1. Kondisi Situ Kuru di Kelurahan Cempaka Putih
Lokasi Situ Kuru berada di Desa Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan. Secara geografis terletak di 6˚
18 12.40 LS dan 106˚ 45 18.30 BT. Wilayah Situ Kuru memiliki
batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan tembok rumah warga setempat RT 03.
Sebelah Timur berbatasan dengan tembok rumah warga setempat RT 03.
Sebelah Selatan berbatasan dengan jalan aspal dan rumah warga setempat RT 03.
Sebelah Barat berbatasan dengan jalan aspal dan rumah warga setempat RT 03.
2. Time Series Perubahan Lahan Situ Kuru
Dari data yang didapat dilapangan, berdasarkan dokumen pemerintahan Tangerang Selatan, luas Situ Kuru dari tahun 1980 sampai 2014, sebagai berikut :
Tabel 4.7 Luas Situ Kuru dari tahun 1980-2014
Sumber : Data Bina Marga dan Sumber Daya Air, Tangerang Selatan
Berdasarkan data tersebut didapatkan bahwa luas Situ Kuru hingga tahun 2014 telah mengalami pengurangan sebanyak 3,25 Ha dari luas semula.
No Tahun Luas Lahan Situ Kuru (Ha)
1 1980 4,0
2 2009 1,05
3 2010 1,01
(61)
Sumber : Hasil Perhitungan Penelitian Lapangan,2014
Tabel 4.8 Pengurangan Luas Lahan Situ Kuru No Tahun Pengurangan Luas Lahan Situ Kuru (Ha)
1 1980 4,0
2 2009 2,95
3 2010 2,99
4 2014 3,25
Sumber : Hasil Perhitungan Penelitian Lapangan,2014
Sumber : Hasil Perhitungan Penelitian Lapangan, 2014
Dari hasil data penelitian lapangan di dapatkan bahwa terdapat pengurangan luas lahan Situ Kuru dari tahun 1980 sampai 2014. Dapat di jelaskan bahwa pada tahun 1980 luas Situ Kuru masih 4,0 Ha, dan pada tahun 1980 kawasan di Situ Kuru merupakan kawasan persawahan belum terdapat perumahan. Pada tahun 2009 sudah sangat mengalami penurunan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
BIODATA PENULIS
Metri Apriyana, NIM 1110015000020, Konsentrasi Geografi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis lahir di Tegal, 02 April 1992. Bertempat tinggal di Jln.Dr.Saharjo Gg.Rahayu no.9B rt.01/07, Kelurahan Manggarai Selatan, Kecamata Tebet, Jakarta Selatan. Penulis merupakan anak ke 2 dari 4 bersaudara. Ayahanda penulis Suhadi dan Ibunda penulis bernama Nuryati.
Riwayat pendidikan; Madrasah Diniyah
Awaliyah Saadatudiniyah Maria, SDN Duren Tiga 015 pagi Jakarta, SMP Negeri 43 Jakarta, SMA Negeri 37 Jakarta, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pengalaman Organisasi: Palang Merah Remaja (PMR) SMPN 43 Jakarta, Taekwondo SMA N 37 Jakarta, Bendahara Umum UKM KMPLHK RANITA UIN Jakarta, Ketua Bidang Advokasi Lingkungan UKM KMPLHK RANITA UIN Jakarta, Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi UKM KMPLHK RANITA UIN Jakarta.
Motto: Hidup itu bagaikan naik ke puncak gunung, semuanya butuh perjuangan dan pengorbanan.
Skripsi ini didedikasikan untuk orang tua tercinta. Semoga bermanfaat untuk sesama dan orang lain.