Prinsip-Prinsip Umum Penggunaan Obat Pada Lansia

Pada orang lansia terdapat penurunan aliran darah ginjal dan penurunan laju filtrasi glomerulus sebanyak 40-50. Dengan adanya penurunan fungsi ginjal, terdapat penurunan ekskresi obat, dan terjadi akumulasi obat. Dosis obat yang dieliminasi oleh ginjal harus dikurangi pada pasien lansia. Contoh obat yang mengalami penurunan eliminasi pada lansia karena penurunan fungsi ginjal: amantadin, amilorid, aminoglikosid, antibiotik, atenolol, kaptopril, klorpropamid, simetidin, klonidin, digoksin, disopiramid, etambutol, litium, metotreksat, metildopa, metoklopramid, prokainamid, pridostigmin, vankomicin. Toksisitas obat harus dinilai secara terus-menerus selama klien menerima pengobatan.

C. Prinsip-Prinsip Umum Penggunaan Obat Pada Lansia

Penggunaan obat harus mempertimbangkan rasio manfaat dan resiko bagi pasien. Pemilihan obat tidak hanya melihat manfaatnya menyembuhkan penyakit, namun harus selalu disertai pertimbangan kondisi pasien. Obat dikategorikan tidak aman bagi kondisi pasien apabila obat tersebut potensial menyebabkan efek samping yang berbahaya bagi kondisi pasien atau sudah terbukti menyebabkan efek samping pada pasien Rahmawati,2008. Ketidakrasionalan obat yang terjadi karena ketidak sesuaian kombinasi obat dalam satu resep yang mengakibatkan terjadinya interaksi antar obat yang dapat mengakibatkan kehilangan kerja obat, berkurangnya efek obat, dan peningkatan toksisitas obat Herianto, dkk., 2006. Secara singkat, pemakaian obat, dikatakan tidak rasional apabila kemungkinan memberikan manfaat sangat kecil atau tidak ada sama sekali, sehingga tidak sebanding dengan kemungkinan efek samping atau biayanya Vance dan Millington, 1986. Penggunaan obat pada pasien lansia memerlukan perhatian khusus karena adanya perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik obat terkait proses penuaan. Resiko terjadinya reaksi yang tidak diharapkan edverse drug reactions dan interaksi obat juga akan meningkat seiring bertambahnya jumlah obat yang dikonsumsi. Banyaknya jenis obat dan rumitnya tata cara pengobatan membuat pasien lansia, yang kemampuan kognitif dan fisiknya sudah mengalami penurunan, menjadi tidak patuh terhadap tata cara pengobatan yang telah ditetapkan. Selain itu, kondisi psikososial pasien lansia sangat potensial untuk memperburuk status kesehatannya Retno, 2010. Kriteria penggunaan obat rasional dalam Direktorat bina penggunaan obat rasional 2008 adalah : 1. Tepat diagnosis Obat diberikan sesuai dengan diagnosis. Apabila diagnosis tidak ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat akan salah. 2. Tepat indikasi penyakit Obat yang diberikan harus yang tepat bagi suatu penyakit. 3. Tepat pemilihan obat Obat yang dipilih harus memiliki efek terapi sesuai dengan penyakit. 4. Tepat dosis Dosis, jumlah, cara, waktu dan lama pemberian obat harus tepat. a. Tepat Jumlah Jumlah obat yang diberikan harus dalam jumlah yang cukup. b. Tepat cara pemberian Cara pemberian obat yang tepat adalah Obat Antasida seharusnya dikunyah dulu baru ditelan. Demikian pula antibiotik tidak boleh dicampur dengan susu karena akan membentuk ikatan sehingga menjadi tidak dapat diabsorpsi sehingga menurunkan efektifitasnya. c. Tepat interval waktu pemberian Cara Pemberian obat hendaknya dibuat sederhana mungkin dan praktis agar mudah ditaati oleh pasien. Makin sering frekuensi pemberian obat perhari misalnya 4 kali sehari semakin rendah tingkat ketaatan minum obat. Obat yang harus diminum 3 x sehari harus diartikan bahwa obat tersebut harus diminum dengan interval setiap 8 jam. d. Tepat lama pemberian Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya masing –masing. Untuk Tuberkulosis lama pemberian paling singkat adalah 6 bulan. Lama pemberian kloramfenikol pada demam tifoid adalah 10 – 14 hari. 5. Tepat penilaian kondisi pasien Penggunaan obat disesuaikan dengan kondisi pasien, antara lain harus memperhatikan: kontraindikasi obat, komplikasi, serta banyaknya penyakit yang diderita. 6. Waspada terhadap efek samping Obat dapat menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi, seperti timbulya mual, muntah, serta gatal-gatal. 7. Efektif, aman, mutu terjamin, tersedia setiap saat, dan harga terjangkau Untuk mencapai kriteria ini obat dibeli melalui jalur resmi. 8. Tepat tindak lanjut follow up Apabila pengobatan sendiri telah dilakukan, bila sakit berlanjut konsultasikan ke dokter. 9. Tepat penyerahan obat dispensing Penggunaan obat rasional melibatkan penyerah obat dan pasien sendiri sebagai konsumen. Resep yang dibawa ke apotek atau tempat penyerahan obat di Puskesmas akan dipersiapkan obatnya dan diserahkan kepada pasien dengan informasi yang tepat. 10. Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan Ketidakpatuhan minum obat terjadi pada keadaan berikut : a. Jenis sediaan obat beragam b. Jumlah obat terlalu banyak c. Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering d. Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi e. Pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai cara menggunakan obat f. Timbulnya efek samping Adapun prinsip umum penggunaan obat pada lansia dalam Manjoer 2004 : 1. Berikan obat hanya yang betul-betul diperlukan artinya hanya bila ada indikasi yang tepat. Bila diperlukan efek plasebo berikan plasebo yang sesungguhnya 2. Pilihlah obat yang memberikan rasio manfaat yang paling menguntungkan dan tidak berinteraksi dengan obat yang lain atau penyakit lainnya 3. Mulai pengobatan dengan dosis separuh lebih sedikit dari dosis yang biasa diberikan pada orang dewasa yang masih muda, kemudian dosis ditingkatkan sesuai respons. 4. Sesuaikan dosis obat berdasarkan dosis klinik pasien, dan bila perlu dengan memonitor kadar plasma pasien. Dosis penunjang yang tepat umumnya lebih rendah. 5. Berikan regimen dosis yang sederhana dan sediaan obat yang mudah ditelan untuk memelihara kepatuhan pasien 6. Lakukan evaluasi secara berkala obat-obat yang digunakan dalam jangka waktu lama, apakah perlu penyesuaian tata cara atau bahkan perlu dihentikan. 7. Tidak mengobati setiap gejala yang timbul. 8. Sederhanakan tata cara. Hanya obat-obat dengan indikasi jelas yang diresepkan dan sedapat mungkin dengan frekuensi penggunaan sekali atau dua kali sehari. 9. Berilah penandaan yang jelas pada label wadah obat. Hindari penggunaan singkatan yang tidak dimengerti. 10. Berikan informasi yang jelas dan dapat dipahami oleh pasien. Libatkan pelaku rawat care giver.

D. Pengetahuan