Operasi Sapta Marga Masa Pergerakan Maluddin Simbolon

tentara. Gerakan yang dilakukan oleh TT-I adalah Operasi Sapta Marga, Operasi Bukit Barisan I, dan Operasi Bukit Barisan II.

4.2.2 Operasi Sapta Marga

Hasil rapat kabinet memutuskan bahwa sebagai pimpinan sementara Tentara Teritorium-I Bukit Barisan diserahkan kepada Letjen Jamin Ginting, sebagai perwira pertama yang keluar dari kelompok perwira yang ikut mengadakan reuni pada tanggal 4 Desember 1956. Beberapa tindakan dilakukan oleh pemerintah pusat untuk mengajak Maluddin Simbolon supaya mau kerja sama membangun wilayah Sumatera, tetapi Maluddin sama sekali tidak tertarik dengan tawaran yang dilakukan oleh pemerintah pusat. Maluddin tetap dengan keinginannya berpisah dari pemerintah pusat. Menanggapi sifat yang keras Maluddin, memaksa Presiden sebagai panglima tertinggi mengeluarkan perintah hariannya yang berbunyi sebagai berikut a. Tanggal 22 bulan XII lalu, negara dan angkatan perang kita mengalami lagi suatu peristiwa yang mengguncangkan sendi-sendi ketentaraan dan negara kita, dan yang membahayakan keutuhan tentara dan negara kita pula seorang dari perwira kita yaitu Maluddin Simbolon menyatakan diri telah berpisah dan menyatakan lepas dari angkatan perang dan negara kita. b. Tindakan ini telah menyimpang dari amanat panglima tertinggi “bahwa dasar dan politik negara kita adalah undang-undang dasar negara” tindakan ini juga menyimpang dari Universitas Sumatera Utara sumpah prajurit TNI, yaitu: setia kepada pemerintah dan tunduk kepada Undang-undang dan idiologi negara dan tunduk kepada negara. c. Oleh karena itu kami selaku kepala negara telah mendatangani surat pemberhentian sementara Kolonel Simbolon dari jabatannya sebagai Panglima pada Tentara dan Teritorium –I Bukit Barisan sejak 22 Desember 1956. kami percaya bahwa Kolonel Simbolon dan perwira-perwira lainnya menyadari kesalahan dan tindakan mereka dan kembali ke jalan yang seharusnya bagi tentara kita untuk menghindari malapetaka yang lebih besar yang dapat menimpa bangsa dan negara kita. d. Gabungan kepala staf mengamanatkan bahwa kewajiban kita semua mengusahakan perbaikan angkatan perang negara kita. Akan tetapi bagaimanapun juga hukum dan disiplin Tentara harus tetap ditegakkan sebagai sendi negara dan tentara mutlak. e. Maka selaku panglima tertinggi aku perintahkan kepada setiap warga angkatan perang republik Indonesia supaya dengan kebijaksanaan dan, tegas dan tepat membela kesatuan kedaulatan membela disiplin negara dan disiplin Tentara dan siapapun. Dan aku menyuruh pula supaya membantu pemerintah untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang mengancam keutuhan negara dan bangsa. f. Perbaikan angkatan perang yang penuh ujian ini kita sedang dan akan dilakukan pimpinan negara dan angkatan perang bersama, serahkanlah sepenuhnya kepada pemimpin yang bertangung-jawab penuh terhadap keselamatan negara dan angkatan perang kita. g. Jangan bimbang dalam manghadapi cobaan yang dialami negara kita saat ini. Tetaplah pada tugasmu sebagai prajurit dan jadilah prajuri yang baik. Universitas Sumatera Utara h. Curahkan segala tenaga dan pikiran dalam melaksanakan perintah harian ini agar keselamatan negara tetap terjamin. Mudah-mudahan Tuhan melindungi negara dan angkatan perang yang kita cintai ini 46 46 Ibid, hal, 20. Demikianlah perintah harian yang disampaikan oleh presiden sebagai panglima tertinggi kepada Maluddin Simbolon, dan kepada seluruh angkatan perang yang bertugas di daerah Tentara Teritorium- I Bukit Brisan. Maluddin Simbolon sama sekali tidak mendengarkan perintah harian dari presiden, sehingga suasana antara PRRI dengan pasukan TNI semakin tegang. Setelah para staf ditingkatan TT-I Bukit-Barisan melakukan pertemuannya yang membahas tindakan Maluddin bersama anggotanya menghasilkan sebuah kesepakatan akan dilakukannya Operasi Militer yang dinamakan dengan Operasi Sapta Marga. Pelaksanaan operasi ini akan dilakukan setelah melumpuhkan pasukan PRRI yang berada di wilayah Riau dan Sumatera Selatan dengan nama Operasi Tegas. Operasi Sapta Marga adalah gabungan dari beberapa Batalyon di Tingkatan TT-I Bukit barisan yaitu Batalyon 317, Batalyon 139, Batalyon Eskuadron V Kavaleri, yang ditujukan sebagai pelucutan terhadap Maluddin dan pasukan-pasukannya, yaitu Resimen Infantri 3Bukit Barisan dibawah pimpinan Boyke Nainggolan dan Sinta Pohan. Dalam melakukan Operasi Sapta Marga, Jamin Ginting sebagai panglima sementara di TT-I Bukit Barisan menyarankan, menghadapi pasukan Maluddin harus dengan hati-hati dan jangan sampai pertumpahan darah, sebab Maluddin adalah pasukan tentara yang memiliki kemampuan kemiliteran yang cukup baik, di samping itu pasukan Maluddin juga memiliki persenjatan yang sangat lengkap yang diperoleh dengan proses penyelundupan. Universitas Sumatera Utara Pelaksanaan operasi Sapta Marga direncanakan akan dilaksanakan pada Jam 04.00 pagi, untuk menghindari kontak senjata dengan pasukan Maluddin. Gerakan operasi Militer dinyatakan berhasil sebab sebelum pelaksanaan tepatnya jam 03.00 ternyata pasukan Maluddin musuh sudah terlebih dahulu berangkat menuju Parapat, sebagai tempat persembunyian. Pada jam 05.00 bahwa komandan lapangan telah menyampaikan informasi kepada L.P. Munte bahwa operasi Sapta Marga berhasil dilakukan ditandai dengan keluarnya pasukan Maluddin dari Medan dan kota ini dapat direbut kembali dari tangan pemberontak.L.P Munte menyampaikan hal ini kepada segenap masyarakat Sumatera Utara dan kepada panglima tertinggi dalam jajaran TT I- Bukit Barisan, bahwa pasukan TNI telah berhasil menduduki Medan, setelah mengusir musuh dari Medan. Setelah pasti berita tentang Maluddin Simbolon sudah berada di daerah Tapanuli, maka segera Jamin Ginting menduduki pusat TT-I Bukit Barisan sebagai panglima TT-I Bukit Barisan. Presiden kembali mengeluarkan perintah hariannya kepada Maluddin Simbolon dan pelantikan langsung Letjen Jamin Ginting sebagai panglima Kodam. Dalam suratnya Presiden Soekarno kembali mengajak Maluddin Simbolon supaya bergabung kembali menjadi Tentara Nasional Indonesia. Kepada Jamin Ginting presiden menyarankan supaya pertumpahan darah dihindari. 47 47 Ibid, hal, 22. Walaupun presiden meminta PRRI yang dipimpin oleh Maluddin Simbolon bergabung kembali dengan pemerintah, untuk sama-sama membangun Tapanuli, tetapi pasukan Maluddin Simbolon tidak menerima tawaran tersebut. Menanggapi sifat oportunis dari Maluddin Simbolon Jamin Ginting menugaskan Mayor Sahala Hutabarat untuk menumpas pasukan Maluddin. Perintah Jamin Ginting dibantah oleh Sahala Hutabarat, dan bahkan kembali dia menggabungkan diri dengan kelompok Maluddin Simbolon. Universitas Sumatera Utara Jamin Ginting akhirnya memimpin langsung pertahanan di Medan, dan melakukan restrukturisasi pertahanan di Medan yaitu, Pusat Kekauatan Tentara di tempatkan di Berastagi dipimpin langsung oleh Letjen Jamin Ginting, Brigjen Jatikusuma ditempatkan sebagai pertahanan untuk wilayah Belawan, Letkol Sugiharto umtuk wilayah Medan Polonia, dan Manaf Lubis di tempatkan di wilayah Siantar.

4.2.3 Boyke Nainggolan Menduduki Medan