Boyke Nainggolan Menduduki Medan

Jamin Ginting akhirnya memimpin langsung pertahanan di Medan, dan melakukan restrukturisasi pertahanan di Medan yaitu, Pusat Kekauatan Tentara di tempatkan di Berastagi dipimpin langsung oleh Letjen Jamin Ginting, Brigjen Jatikusuma ditempatkan sebagai pertahanan untuk wilayah Belawan, Letkol Sugiharto umtuk wilayah Medan Polonia, dan Manaf Lubis di tempatkan di wilayah Siantar.

4.2.3 Boyke Nainggolan Menduduki Medan

Tanggal 16 Maret 1968, Boyke Nainggolan bersama Yon 131, yang dipimpin oleh Henri Siregar mencoba membentuk coup untuk menyerang dan ingin menduduki Medan. Rencana ini dilakukan dengan melakukan serangan terhadap instansi-instansi pemerintah dan juga markas besar Tentara Teritorium. Serangan yang dilakukan Boyke Nainggolan dinamakan dengan “Operasi Sabang Merauke”. Pasukan Nainggolan menangkapi sejumlah pemerintah yang menunjukkan sikap permusuhan terhadap PRRI. Serangan Boyke direncanakan akan dibantu oleh pasukan dari Tapanuli untuk menguasai Medan. Sebelum sampai ke Medan, pasukan dari Maluddin yang datang dari daerah Tapanuli berhasil dihadang oleh pasukan Manaf Lubis yang ditugaskan di daerah Siantar. Pasukan Manaf Lubis yang dibantu oleh pasukan PGTAURI dan pasukan RPKAD yang dipimpim oleh Letda Benni, Yon 133 pimpinan raja Syahnan. Pasukan PRRI berhasil dipatahkan dan kembali ke Tapanuli. Pembagian pertahanan pasukan yang dilakukan oleh Jamin Ginting ternyata sangat kuat untuk mematahkan serangan yang dilakukan oleh Boyke Nainggolan. Pasukan yang Universitas Sumatera Utara ditempatkan di derah Polonia menjadi kekauatan dalam menjamin pasukan bantuan dari daerah lain masuk ke Medan, demikian juga pertahanan di Belawan mampu menjamin keselamatan pasukan berlabuh yang datang ke Medan melalui jalur laut. Pasukan dari luar Medan RPKAD, AURI, Yon 322Sliwangi yang mendarat dengan selamat menambah kekuatan pasukan TT-I yang masih setia kepada republik. Gabungan pasukan ini mampu menangani serangan yang dilakukan oleh Boyke Nainggolan yang bertujuan menguasai Medan. Pasukan PRRI sebagain besar menyembunyikan dirinya di sudut kota, sebagian melarikan diri ke Aceh, dan sebagian mereka tertangkap karena terperangkap oleh susunan pasukan yang dilakukan oleh Letjen Jamian Ginting. PRRI ternyata masih menyimpan kekuatan tersembunyi. Mereka masih mempunyai kekuatan serta rencana menguasai Medan yang menjadi pusat propinsi Sumatera Utara, dan TT-I sebagai pusat tentara dari empat Propinsi. Untuk itu Medan perlu dibersihkan dari kegiatan pemberontak. Kegiatan ini akan dilakukan dengan kekuatan operasi yang dinamakan dengan Operasi Bukit Barisan.