Masa Kolonial Belanda PEMBENTUKAN KEMILITERAN DI SUMATERA UTARA

BAB II PEMBENTUKAN KEMILITERAN DI SUMATERA UTARA

Lahir dan berkembangnya militer di Sumatera Utara, seiring dengan perkembangan keamanan di wilayah ini. Sejak masa penjajahan Kolonial Belanda,dan masa pendudukan tentara Jepang dilakukan dengan kekerasan senjata telah membangkitkan semangat perjuangan yang tinggi bagi rakyat dan pemuda untuk melawan dan mempertahankan Nusantara. Walaupun penjajahan sudah berakhir, tetapi bentuk gejolak yang mengancam keamanan Negara tetap muncul. Gerak inilah yang melatar-belakangi militer tetap ada dan berkembang.

2.1. Masa Kolonial Belanda

Penjajahan di Indonesia membawa beberapa perubahan besar terhadap kehidupan sosisal masyarakat. Perubahan ini terjadi karena proses fenetrasi budaya, dan juga terjadi karena proses konflik, seperti perubahan yang terjadi pada sistem keamanan rakyat prajurit kerajaan yang bertugas sebagai penjaga teritorial kerajaan dan pengawal istana. Prajurit istana sebagai pengayom kerajaan diorganisir oleh panglima kerajaan. Sistem itu berubah secara perlahan-lahan yang dipengaruhi oleh dominasi bangsa asing yang menjajah bangsa Indonesia dengan kekuatan senjata. Dalam sejarah bangsa Indonesia, penjajahan Belanda dilakukan dengan pemberontakan kekerasan senjata yang diorganisir oleh tentara Belanda. Tujuan pokok tentara Belanda adalah mematahkan perlawanan dari prajurit istana dan perlawanan dari rakyat. Politik penjajahan yang ditunjukkan oleh pemerintah Belanda menimbulkan perubahan perlawanan yang dilakukan oleh rakyat Indonesia. Universitas Sumatera Utara Perlawanan yang pada awalnya menggunakan senjata tradisional, seperti di Sumatera Utara dan Aceh dilakukan oleh rakyat dipimpin oleh raja-raja setempat yang bertujuan untuk mempertahanan wilayah kekuasaannya. Seperti yang dilakukan oleh si Singamangaraja XII di Tapanuli, Sultan Iskandar Muda untuk daerah Aceh. Perjuangan yang dilakukan oleh raja-raja ini pada dasarnya melibatkan rakyat yang dikuasainya. Hal ini menimbulkan sifat-sifat militan di kalangan rakyat, terutama kaum laki-laki muda. Perjuangan yang dilakukan oleh masing-masing kerajaan kurang efektif karena mereka berjuang untuk kepentingan kerajaan masing-masing. Di samping itu unsur penyatu dengan kerajaan Nusantara lainnya tidak ada. Keadaan ini semakin parah ketika Sultan Iskandar Muda, dan si Singamangaraja XII gugur. Pengaruh yang terlihat jelas adalah semakin leluasanya Belanda melancarkan usahanya sebagai perantara modal bangsa Eropa untuk membuka perkebunan di Sumatera Utara. Setelah perlawanan terhenti beberapa tahun, maka pengaruh Sumpah Pemuda sampai ke Sumatera Utara yang mulai melakukan perlawanan terhadap penjajah. Paham sumpah pemuda telah melahirkan sebuah wadah yang bersifat nasionalisme dan mengikat perlawanan-perlawanan daerah menjadi perlawanan yang bersifat keseluruhan atau bersifat nasional. Proses pembentukan nasionalisme ini dimulai dari rapat-rapat pemuda dari berbagai daerah bekas wilayah jajahan Belanda yang dinamakan Jong. Pergerakan yang dirancangkan dalam pertemuan itu bergerak dalam dua bidang perlawanan, yaitu perlawanan kekuatan senjata dan perlawanan politik. Perjuangan dengan kekuatan senjata dengan meniru sistem penjajahan kekuatan senjata yang dilakukan oleh Belanda. Sedangkan perlawanan dalam bidang politik merupakan sistem perlawanan terorganisir yang di dukung oleh gerakan nasional seperti Budi Utomo sebagai unsur penyatu perjuangan rakyat yang terorganisasi. Universitas Sumatera Utara Dengan adanya Pergerakan Nasional memberikan rangsangan terhadap para kaum rakyat yang militan berjalan secara bersamaan dengan golongan terpelajar membentuk perlawanan dari segi politik dan perlawanan senjata. Hal ini mengakibatkan lahirnya organisasi-organisasi perlawanan yang bersifat gerilya. Perjuangan ini adalah sebagai taktik untuk melawan prajurit Belanda secara tertutup sebab peralatan yang sangat lengkap yang dimiliki oleh Belanda. Pasukan pergerakan hanya dilengkapi dengan peralatan tradisional. Taktik ini juga berguna menghadapi pasukan Belanda secara perlahan-lahan. Gerakan gerilyawan tersebut cukup membuat Belanda kesusahan dalam menghadapi kaum pergerakan. Untuk menghindari perlawanan yang sifatnya tertutup dari pasukan pergerakan, maka tentara Belanda membuat cara lain yaitu dengan pembentukan kemiliteran yang tradisi keprajuritannya diserap dari sistem yang ada di Nusantara dan tradisi kemiliteran Belanda, yang anggotanya berasal dari pemuda-pemuda Indonesia. Adapun organisasi militer bentukan Belanda disebut dengan KNIL Koninkelijk Nederlands-Indische Legger. Pembentukan KNIL, juga mendapat persetujuan yang hangat dari kaum bangsawan Jawa, yang menyebabkan besarnya jumlah pemuda yang masuk menjadi anggota KNIL. Tujuan pembentukkan militer Belanda ini KNIL adalah untuk menghimpun masyarakat Nusantara yang berjiwa militer berfungsi sebagai pasukan cadangan Belanda dalam menghadapi penjajahan asing lainnya dan pemberontakan yang terjadi di Nusantara serta memantau batas wilayah kekuasaan Belanda. Satu batalyon KNIL terdiri dari 4 kompi senapan yang masing- masing terdiri dari 3 peleton. Dengan demikian setiap batalyon membutuhkan 17 perwira untuk mengatur dan menggerakkannya. Usaha Belanda dalam menarik pemuda Indonesia masuk menjadi anggota KNIL, adalah pendekatan terhadap penguasa-penguasa lokal yang mempunyai pengaruh di mata masyarakat. Universitas Sumatera Utara Tahun 1927 pemerintah Belanda mengeluarkan ketetapan resmi mengenai dasar-dasar pertahanan yang kelak menjadi pedoman pekerja KNIL dan tugas Angkatan Perang Hindia- Belanda, yaitu: 1. Mempertahankan kekuasaan Belanda terhadap ancaman dari wilayah Nusantara serta mempertahankan keamanan dan ketentraman tugas ke dalam 2. Memenuhi kewajiban-kewajiban militer sebagai anggota lembaga bangsa-bangsa tugas ke luar 1 Belanda merancang tugas pokok ini untuk menghempang perjuangan pergerakkan yang sifatnya tertutup, Belanda mengetahui bahwa bangkitnya kembali Nasionalisme yang sifatnya adalah perjuangan perlawanan, Belanda menekankan pentingnya tugas ke dalam dari pada ke luar. Sejumlah anggota KNIL, yang tetap menyadari bahwa tugas baru ini adalah politik mengadu domba sesama bangsa Indonesia, keluar secara diam-diam dan bergabung kembali dengan kaum pergerakan. 2 1 Fa. Mahjuma, Cuplikan Sejarah Perjuangan TNI AD, Dinas Sejarah TNI AD, Bandung, 1972, hal, 10. 2 Ibid, hal, 11. Anggota KNIL yang kembali kepada pergerakan nasional, membocorkan rahasia tersebut kepada kaum pergerakan yang masih aktif melakukan perlawanan terhadap Belanda. Informasi ini merupakan petunjuk terhadap kaum pergerakan Sebagai bahan untuk mengetahui sejauh mana praktik dan taktik Belanda dalam menjajah bangsa Indonesia. Sebagai kesimpulan dari sistem militer masa pemerintahan kolonial Belanda adalah perlawanan pergerakkan yang bekerja sama dengan kaum pergerakkan politik Nasional. Hal ini berlangsung hingga masuknya Jepang setelah mengalahkan bangsa Belanda di Indonesia.

2.2 Masa Kependudukan Jepang