Sejarah Perkembangan Hak-Hak Politik Rakyat

timbulnya konflik fisik dan senjata yang berkepanjangan. Secara hisroris, usaha- usaha untuk memecahkan persoalan kemanusiaan telah dirintis sedemikian rupa. Hampir seluruh pemikiran yang telah berkembang menguatkan pendirian akan pentingnya citra manusia, yakni kemerdekaan dan kebebasannya. 81 Perjuangan para bangsawan Inggris untuk mendapatkan kembali hak-haknya yang telah dicampakkan oleh kecongkakan kekuasaan raja John saudara raja Richard berhati singa, seorang pemimpin tentara salib, merupakan salah satu upaya yang dilakukan dengan tujuan membendung kekuasaan raja yang bertindak secara sewenang-wenang. Perjuangan mereka pada akhirnya membuahkan hasil, ditandai dengan lahirnya sebuah Piagam Agung Magna Charta sebuah dokumen historis yang berisikan pemberian batasan yang jelas dan tegas terhadap kekuasaan raja yang absolut dan totaliter sehingga hak-hak dasar rakyat tetap terjamin. 82 Secara umum, para pakar di Eropa berpendapat bahwa kemunculan hak politik rakyat di kawasan Eropa ditandai dengan munculnya “Perjanjian Agung” Magna Charta di Inggris pada 15 Juni 1215. 83 Piagam ini berisikan tentang raja yang pada awalnya memiliki kekuasaan absolut raja yang menciptakan hukum, tetapi ia sendiri tidak terikat dengan hukum yang dibuatnya, menjadi dibatasi kekuasaannya dan dapat diminta pertanggung jawabannya di muka hukum. 84 Dengan piagam ini maka dipraktekkan ketentuan yang menjelaskan jika raja melanggar 81 Majda al-Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, h. 50 82 Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia YLBHI, Kompilasi Hak-Hak Asasi Manusia Jakarta: YLBHI, 1980, h. 4 83 Edward Powell, Kingship, Law and Society; Criminal Justice in the Reign of Henry V Oxford: Clarendon Press, 1989, h. 33 84 Majda al-Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, h. 51 hukum, maka ia harus diadili sebagaimana rakyat jelata dan mempertanggung jawabkan kebijaksanaannya kepada parlemen. Raja terikat oleh aturan hukum dan bertanggung jawab kepada rakyat. Pasal 21 Magna Charta mengatakan, “Earls and barons shall be fined their equal and only in proportion to the measure of the offence” para Pangeran dan baron akan dihukum didenda berdasarkan atas kesamaan dan sesuai dengan pelanggaran yang dilakukannya. 85 Kelahiran Magna Charta kemudian diikuti oleh lahirnya undang-undang hak The Bill of Rights di Inggris pada tahun 1628. Gerakan emansipatorik dan revolusi kemanusiaan yang terjadi di Inggris itu kemudian menjadi sumber inspirasi timbulnya gerakan revolusioner di Prancis dan Amerika. 86 Pada 4 Agustus tahun 1789, di Prancis dicetuskan Deklarasi Hak-hak Asasi Manusia dan Warga Negara Declaration des Droits de Ihomme et du CitoyenDeclaration of the Rights of Man and of the Citizen , sebuah deklarasi yang menjamin persamaan hak dan penghormatan terhadap harkat dan martabat kemanusiaan, egalite persamaan, fraternite persaudaraan dan liberte kemerdekaan. 87 Demikian pula di Amerika pada kurun waktu yang hampir bersamaan disahkan sebuah undang-undang hak The Bill of Rights yang kemudian menjadi bagian utama dari Undang-Undang Dasar Amerika pada 6 Juli 1776. 88 Dalam perkembangan selanjutnya, konsepsi hak-hak politik rakyat terus menerus 85 Majda al-Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, h. 51 86 Edward C. Smith, The Constitution of the United States New York: Barnes, 1966, h. 17 87 Majda al-Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, h. 52 88 Edward C. Smith, The Constitution of the United States, h. 20 mengalami perubahan. Franklin D. Roosevelt, presiden Amerika Serikat, pada 06 Januari 1941 memfokuskan empat macam hak asasi manusia yang kemudian dikenal dengan The four freedoms, yaitu kebebasan berbicara dan menyampaikan pendapat, Freedom of speech, kebebasan memeluk agama freedom of religion, kebebasan dari kemiskinan freedom of want, dan kebebasan dari ketakutan freedom of fear. 89 Rumusan yang dicetuskan oleh Roosevelt tersebut di atas dapat dijabarkan sebagai pembagian hak yang terdiri atas empat bagian, yakni kebebasan berbicara dan menyampaikan pendapat, hak kebebasan memeluk agama dan beribadah sesuai dengan ajaran agama yang dipeluknya, hak kebebasan dari kemiskinan dalam pengertian setiap bangsa berusaha mencapai tingkat kehidupan yang damai dan sejahtera bagi penduduknya. Serta hak kebebasan dari ketakutan yang meliputi usaha pengurangan persenjataan, sehingga tidak satu pun bangsa negara berada dalam posisi berkeinginan untuk melakukan serangan terhadap negara lain. 90 Dari perkembangan historis di atas, penulis berpendapat bahwa terdapat perbedaan filosofis dari beberapa negara di Barat tentang perkembangan hak-hak dasar dan politik rakyat, baik dari segi nilai maupun orientasi. Di Inggris lebih menekankan pada pembatasan kekuasaan raja, dimana raja tidak dibenarkan berlaku sewenang-wenang, dan rakyat pun dibenarkan untuk mengkritik kebijakan raja yang melanggar undang-undang. Di Amerika Serikat lebih mengutamakan kebebasan individu, dimana setiap orang dilahirkan dalam persamaan dan kebebasan untuk 89 M. Lukman Hakim ed, Deklarasi Islam tentang HAM Surabaya: Risalah Gusti, 1993, h. 6 90 A. Ubaedillah, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, h. 203-204 hidup dan mendapat kebahagiaan. Sedangkan di Prancis lebih memprioritaskan egalitarianisme persamaan kedudukan di hadapan di hadapan hukum equality before the law . 91 Dimensi baru hak-hak asasi manusia yang dirumuskan oleh D. Roosevelt itu kemudian menjadi inspirasi dan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari rumusan Universal Declaration of Human Rights 1948. Dimana umat manusia melalui wakil- wakilnya yang tergabung dalam organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB sepakat dan bertekat untuk memberikan pengakuan dan perlindungan secara yuridis formal terhadap hak-hak asasi serta mensosialisasikannya. 92 Dari perspektif kultural dan sosial, pernyataan sedunia tentang hak-hak asasi manusia dapat dipandang sebagai puncak peradaban umat manusia dan merupakan titik temu antara dunia Timur dan dunia Barat. 93 Deklarasi universal tentang hak asasi manusia merupakan salah satu prestasi signifikan yang diraih PBB dalam rentang sejarah berdirinya organisasi ini. Sejak pendeklarasiannya tahun 1948, isu tentang HAM terus hangat dibicarakan sampai sekarang. Dalam deklarasi tersebut, manusia mendapat posisi sentral dimana harkat dan martabat manusia, hak-hak dan kebebasan 91 Ramli Hutabarat, Persamaan di Hadapan Hukum Equality Before the Law di Indonesia Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985, h. 74 92 Bambang Sutiyo, Konsepsi Hak Asasi Manusia dan Implementasinya di Indonesia dalam UNISIA Yogyakarta, UII Press, 2002, h. 85 93 YLBHI, h. 8 politiknya dijunjung tinggi dengan tanpa membedakan suatu bangsa, jenis kelamin, warna kulit, bahasa, agama, atau unsur kedudukan lainnya. 94 Upaya pembenahan hak-hak politik rakyat terus dilakukan dari waktu ke waktu. Dalam rangka mencari rumusan yang sesuai dengan konteks zaman. Untuk memberikan jaminan hukum dalam bidang politik, pada 16 Desember 1966 Sidang Umum PBB merumuskan persetujuan covenant internasional tentang hak-hak sipil dan politik Internasional Covenant of Sipil and Political Rights. Dokumen ini merupakan dokumen bagi penyelenggaraan dan penegakan hukum dan hak asasi manusia dalam bidang politik. Covenan dokumen persetujuan ini terdiri atas 53 Pasal yang mengatur tentang hak-hak warga negara di bidang sipil dan politik. 95

E. Hak Kritik Rakyat dalam Negara Indonesia

Dalam konteks hak rakyat untuk mengkritik, mengontrol, dan mengawasi jalannya pemerintahan, Indonesia sebagai suatu negara demokrasi telah memberikan jaminan hukum melalui konstitusi. Hal ini sebagai bukti bahwa negara bertanggung jawab atas tegaknya supremasi hukum. 96 Bila dikaji baik dalam Pembukaan, Batang Tubuh, maupun Penjelasan akan ditemukan setidaknya ada 15 lima belas prinsip hak asasi dan hak politik warga negara, salah satu hak politik tersebut adalah sebagaimana tercermin dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia UUD 94 Majda al-Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, h. 54 95 Majda al-Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, h. 55 96 Majda al-Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, h. 94 1945 Pasal 28E ayat 3 yang berbunyi: “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”. 97 Dalam undang-undang Pasal 28E ayat 3 ini tidak ditemukan sebuah pengaturan yang tegas tentang hak rakyat dalam mengkritik pemerintah, undang- undang ini hanya memberikan kebebasan kepada setiap warga negara untuk mengeluarkan pendapat. Akan tetapi, satu hal yang patut mendapat apresiasi positif adalah, bahwa para pendiri bangsa Indonesia telah berhasil memformulasikan sebuah tatanan kehidupan nasional berikut jaminan atas HAM. 98 Selanjutnya, sebagai bagian dari hak politik rakyat, pada tanggal 26 Oktober 1998 diberlakukan UU No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum. 99 LNRI RI Tahun 1998 No. 181, TLNRI Nomor 3789. UU ini memiliki nilai penting dalam menjamin hak kebebasan berpendapat sebagai hak asasi manusia. Pasal 1 menyatakan, “Kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.” 100 Dengan demikian, negara Indonesia merupakan yang berdasar atas hukum rechtsstaat, tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka machts-staat. 101 Dimana 97 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 Hasil Amandemen ke-2 Pasal 28E ayat 3 98 Bambang Sunggono dan Aries Harianto, Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Bandung: Mandar Maju, 1994, h. 85 99 UU ini terdiri dari 7 bab dan 20 Pasal 100 UU No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum, Pasal 1 101 Jaenal Aripin, Peradilan Agama dalam Bingkai Reformasi Hukum di Indonesia, h. 92