tujuan penulis melakukan penelitian, dan manfaat apa yang akan dicapai. Selanjutnya, dalam penelitian ilmiah harus ada metode penelitian agar penelitian tersebut dapat
terarah dan sistematis. Untuk itu, pada bab ini penulis memaparkan metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II BIOGRAFI YUSUF AL-QARADHAWI. Dalam bab ini, penulis
membahas sejarah ringkas kelahiran dan latar belakang keluarga Yusuf al-Qaradhawi, jenjang pendidikan yang pernah dilalui. Selanjutnya aktivitas dan bagaimana karir al-
Qaradhawi di dunia Islam, dan karya-karya apa saja yang sudah dihasilkan. Pembahasan ini diperlukan agar penulis bisa mengetahui latar belakang keluarga
Yusuf al-Qaradhawi, alur pemikiran, dan tokoh-tokoh yang mempengaruhi pemikirannya.
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HAK KRITIK RAKYAT DALAM NEGARA DEMOKRASI. Bab ini merupakan tinjaan umum tentang hak kritik
rakyat dalam negara demokrasi. Penulis mengawali pembahasan ini dengan pengertian, bagaimana eksistensi kritik rakyat dalam suatu negara demokrasi,
diteruskan dengan bagaimana mekanisme penyampaikan kritik terhadap pemerintah. Untuk mengetahui posisi rakyat dalam penyelenggaraan pemerintahan, maka pada
bab ini penulis memaparkan sejarah perkembangan hak kritik rakyat dalam pemerintahan.
BAB IV TINJAUAN ISLAM TENTANG HAK KRITIK RAKYAT. Bab ini,
disamping bertujuan untuk mengetahui pandangan Islam tentang hak kritik rakyat, pembahasan dalam bab ini juga sebagai perbandingan antara pandangan negara
demokrasi dengan pandangan Islam secara umum tentang hak kritik rakyat. Pembahasan dimulai dengan pengertian hak kritik rakyat, landasan hukum hak kritik
rakyat, bagaimana tata cara penyampaian kritikan. Bab ini diakhiri dengan sejarah perkembangan hak kritik rakyat dalam pemerintahan negara Islam.
BAB V HAK KRITIK RAKYAT DALAM PEMERINTAHAN NEGARA ISLAM MENURUT YUSUF AL-QARADHAWI. Setelah menjelaskan pandangan
negara demokrasi dan pandangan Islam tentang hak kritik rakyat, maka pada bab ini penulis baru memaparkan pemikiran Yusuf al-Qaradhawi tentang hak kritik rakyat
dalam pemerintahan negara Islam. Bab ini dimulai dari konsep dan dasar-dasar hak kritik rakyat menurut Yusuf al-Qaradhawi, wadah dan bentuk hak kritik rakyat
menurut Yusuf al-Qaradhawi, apa persamaan dan perbedaan pandangan Yusuf al- Qaradhawi dengan Islam tentang hak kritik rakyat?
BAB VI PENUTUP. Bab ini merupakan sebuah kesimpulan dari bab-bab
sebelumnya atau konklusi dari penelitian tentang pemikiran Yusuf al-Qaradhawi tentang hak kritik rakyat dalam pemerintahan negara Islam. Bab ini juga berisi saran-
saran penulis, dengan apa yang telah penulis simpulkan.
BAB II KEHIDUPAN INTELEKTUAL YUSUF AL-QARADHAWI
A. Asal Usul Yusuf al-Qaradhawi
Yusuf Abdullah bin al-Qaradhawi lahir pada tanggal 9 September 1926 M di desa Safth At-Turab.
22
Desa ini terletak antara kota Thantha dan kota Al-Mahallah Al-Kubra di Provinsi Barat Mesir. Desa tempat kelahiran beliau merupakan salah satu
tempat makam sahabat Rasulullah saw yang bernama Abdullah bin Harits ra. Yusuf al-Qaradhawi berasal dari keluarga yang taat menjalankan ajaran agama Islam.
23
Keluarga al-Qaradhawi adalah keluarga yang tidak terlalu besar, dan termasuk keluarga yang bermigrasi dari daerah lain. Tentang hal ini al-Qaradhawi pernah
mendengar pamannya yang bernama Ahmad, mengatakan bahwa asal-usul nenek moyang al-Qaradhawi adalah dari sebuah daerah yang bernama al-Qaradhah dan al-
Qaradhawi dinisbahkan kepada nama kampung tersebut, sehingga terkenal dengan nama al-Qaradhawi.
24
Keturunan al-Qaradhawi yang paling terkenal adalah di daerah Sanhur al- Madinah, yang terletak di kota Dasuq. Akan tetapi yang terpenting adalah bahwa
asas-usul keluarga di Safth At-Turab bermula dari kakek al-Qaradhawi yang bernama Haji Ali.
25
Di antara keluarga al-Qaradhawi yang berprofesi sebagai pedagang dan banyak memiliki besan dari keluarga terpandang, tidak sedikit pun memiliki lahan
22
Ensiklopedi Hukum Islam Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999, h. 1448
23
Sucipto Heri, Ensiklopedi Tokoh Islam, dari Abu Bakar Sampai al-Qaradhawi Jakarta: Hikmah, 2003, h. 336
24
Yusuf al-Qaradhawi, Perjalanan Hidupku. Terjemahan Cecep Taufiqurrahman, Nandang Burhanuddin Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001, h. 99
25
Yusuf al-Qaradhawi, Perjalanan Hidupku, h. 102
tanah. Karena itu, al-Qaradhawi yang bertani terpaksa menyewa tanah. Dari tanah itulah keluarga al-Qaradhawi memetik hasilnya untuk memenuhi kebutuhan primer
keluarga dan untuk membiayai sewa tanah. Hal inilah yang menuntut seluruh anggota keluarga al-Qaradhawi untuk bekerja keras membanting tulang sampai batas
maksimal, tidak mengenal istirahat dan tidak mengenal hura-hura.
26
Sebelum menikah dengan ibu al-Qaradhawi, ayah al-Qaradhawi pernah menikah dengan wanita lain tetapi kemudian mereka bercerai. Pada saat itu ibu al-
Qaradhawi adalah seorang janda yang masih sangat muda dari seorang saudara sepupu ibu al-Qaradhawi sendiri. Laki-laki yang pertama kali menikahi ibu al-
Qaradhawi tinggal di Kairo, adalah seorang pemabuk yang suka meminum khamar dan biasa pulang ke rumah setelah larut malam dalam keadaan mabuk,
pembicaraannya ngelantur dan tidak jelas. Saat itu ibu al-Qaradhawi adalah seorang gadis desa yang masih sangat asing dengan perilaku seperti itu.
27
Situasi ini diketahui oleh kakek al-Qaradhawi saat ia mengunjungi ibu al- Qaradhawi. Oleh sebab itu, maka sang kakek meminta agar anaknya diceraikan oleh
suaminya. Mulai saat itulah ibu al-Qaradhawi tinggal di rumah kakeknya, pada saat diceraikan ibu al-Qaradhawi sedang mengandung dan beberapa waktu kemudian
melahirkan anak perempuan yang diberi nama Ruhiyah, saudara seibu al-Qaradhawi dan usianya sekitar delapan tahun lebih tua dari al-Qaradhawi. Ruhiyah diasuh dan
dibesarkan di rumah kakek dan paman al-Qaradhawi sampai Ruhiyah dinikahi oleh
26
Yusuf al-Qaradhawi, Perjalanan Hidupku, h. 52
27
Yusuf al-Qaradhawi, Perjalanan Hidupku, h. 52