PENUTUP Semiotik peircean buku Gusdur menjawab perubahan zaman

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dakwah bukanlah sekedar menyampaikan apa yang telah kita hafalkan dan kita pelajari di depan umum, tetapi juga menciptakan perubahan terhadap objek dakwah menuju kebaikan dan menimbulkan rasa aman, dan ketentraman kepada seluruh manusia, bukan malah menimbulkan rasa takut dan ngeri dengan materi dakwah. Itulah tujuan dakwah sebenarnya menimbulkan rasa aman dan ketentraman. Sebagaimana yang yang diutarakan Nurcholis Madjid; “pada dasarnya dakwah merupakan ajaran agama yang ditujukan sebagai rahmat untuk semua, yang membawa nilai-nilai positif seperti al- Amn rasa aman, tentram, sejuk. Dakwah adalah ajakan atau seruan kepada yang baik, dan yang lebih baik. Ini pula yang menjadi dasar atas kewajiban berdakwah, terutama dalam menciptakan rasa aman dan ketenangan.” 1 Penggunaan media sebagai penopang dalam kegiatan dakwah seperti teknologi informasi dan komunikasi yang hingga kini terus mengalami perkembangan, seharusnya mampu dimanfaatkan oleh para pelaku dakwah agar kemasan pesan dakwah tidak terasa menjenuhkan monoton. Untuk saat ini, penggunaan media cetak seperti majalah, surat kabar, buku, dan lain sebagainya telah banyak digunakan oleh para da‟i sebagai media dakwah. Berangkat dari pernyataan Jalaluddin Rahmat, ungkapan di atas menginspirasi kita bahwa memang benar dengan tulisanlah sejarah juga 1 Nurcholis Madjid, Cendekiawan Religiusitas Masyarakat. Jakarta: Penerbit Paramadina. 1999, h. 97 2 mempunyai kekuatannya. Begitu pula dakwah media tulisan mempunyai kekuatan tersendiri. Menarik untuk dikutip pendapat Jalaludduin Rahmat tentang kekuatan dakwah model ini; “Dakwah yang tetap abadi tetaplah dakwah melalui tulisan. Barang kali karena itulah al- Qur‟an menjadi mushaf, yang tersimpan diantara dua jilid bayna daffatain. Berkah buku tidak akan pernah berkekurangan. Meskipun orang menilik dengan dunia maya dengan perkembangan teknologi, membuat berbagai macam situs untuk mengabadikan pemikiran, tetap tidak ada yang bisa mengalahkan sebuah buku. Ia buku, pen. bisa menjangkau pikiran manusia kapan saja, dan dimana saja, dibaca dimana saja, dan mengubah diri pembacanya seketika itu juga.” 2 Dengan kata lain, buku merupakan media yang potensial sebagai penunjang dakwah dengan keunggulan yang belum dimiliki media lain. Jamaluddin Al-Afghani sebagai salah seorang tokoh yag memainkan peran signifikan dalam pergumulan sejarah Islam pada abad ke-19 pun selalu mendorong murid-muridnya untuk menulis dan menerbitkan surat kabar guna membentuk pendapat umum. 3 Pada masa ini beragam pilihan dalam cara berdakwah, namun dakwah bi al-Qalam lah dengan eksistensinya sehingga banyak dipilih para praktisi, selain penjelasannya lebih mendalam komprehensif , seorang da‟i bisa menyebarkan pikiran, gagasan, dan ajarannya melalui lembaran-lembaran yang mudah diperoleh oleh semua orang. Dan mungkin dengan alasan ini pakar kajian semiotika Jacques Derrida memiliki anggapan bahwa tulisan memiliki arti penting. Mengenai hal tersebut, Alex Sobur mengutip asumsi Derrida. 2 Jalaluddin Rahmat, The Road to Allah. Bandung: Mizan, 2007, h. 16 3 Prof. Dr. Faisal Ismail, Islam Transformasi Sosial dan Kontinuitas Sejarah Yogyakarta; PT Tiara Wacana Yogya, 2001, h. 8