Bahasa dan Linguistik Semiotika

18 Pada zaman Yunani para filsuf meneliti apa yang dimaksud dengan bahasa dan apa hakikat bahasa. Para filsuf tersebut sependapat bahwa bahasa adalah sistem tanda. Dikatakan bahwa manusia hidup dalam tanda- tanda yang mencakup segala segi kehidupan manusia, misalnya bangunan, kedokteran, kesehatan, geografi, dan sebagainya. Tetapi mengenai hakikat bahasa – apakah bahasa mirip realitas atau tidak – mereka belum sepakat. Dua filsuf besar yang pemikirannya terus berpengaruh sampai saat ini adalah Plato dan Aristoteles. Plato berpendapat bahwa bahasa adalah physei atau mirip realitas; sedangkan Aristoteles mempunyai pendapat sebaliknya yaitu bahwa bahasa adalah thesei atau tidak mirip realitas kecuali onomatope dan lambang bunyi sound symbolism. Pandangan Plato bahwa bahasa mirip dengan realitas atau non-arbitrer diikuti oleh kaum naturalis; pandangan Aristoteles bahwa bahasa tidak mirip dengan realitas atau arbitrer diikuti oleh kaum konvensionalis.

2. Pengertian Semiotik

Kehidupan intelektual dan sosial manusia selalu didasarkan pada pembuatan, penggunaan, dan pertukaran tanda. Ketika kita memberi isyarat, berbicara, menulis, membaca, menonton acara televisi, mendengarkan musik, atau melihat lukisan, kita terlibat dalam perilaku yang didasarkan atas tanda. Untuk mempelajari perilaku ini, pakar bahasa Swiss bernama Ferdinand de Saussure dan filsuf Amerika Serikat bernama Charles Peirce mengusulkan disiplin yang bersifat otonom. Yang disebut 19 terdahulu menyebutnya semiologi; yang dsebutkan kemudian menyebutnya ‟semiotika‟. 3 Kata semiotika di samping kata semiologi sampai saat ini masih dipakai. Selain istilah semiotika dan semiologi dalam sejarah linguistik ada pula digunakan istilah lain seperti semasiologi, sememik, dan semik untuk merujuk pada bidang studi yang mempelajari makna atau arti dari suatu tanda atau lambang. Secara etimologis, Kata semiotika itu sendiri berasal dari bahasa yunani, semeion yang berarti ”tanda” Sudjiman dan Zoest, 1996:VVI atau seme, yang berarti ”penafsir tanda” Cobley dan Jansz, 1996:4 semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika, dan peotika Kurniawan, 2001:49. Tanda pada masa itu masih bermakna sesuatu hal lain. Contohnya, asap menandai adanya api. Secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda Eco, 1979:6. Sementara Van Zoest, mengartikan semiotik sebagai ”ilmu tanda sign dan segala yang berhubungan dengannya: cara befungsinya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya”. 4 Sesungguhnya kedua istilah ini, semiotika dan semiologi mengandung pengertian yang persis sama. Istilah-istilah ini sebenarnya 3 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, Yogyakarta: Jalasutra, 2010, h. 33 4 Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006, cet. Ke-4, h. 95-96