Analisa Semiotika Model Charles Sanders Peirce

24 seringkali mengulang-ulang bahwa secara umum tanda adalah yang mewakili sesuatu bagi seseorang. 13 Teori dari Pierce menjadi grand theory dalam semiotik. Gagasannya bersifat menyeluruh, deskripsi struktural dari semua sistem penandaan. Pierce ingin mengidentifikasi partikel dasar dari tanda dan menggabungkan kembali semua komponen dalam struktur tunggal. Semiotik ingin membongkar bahasa secara keseluruhan seperti ahli fisika membongkar sesuatu zat dan kemudian menyediakan model teoritis untuk menunjukkan bagaiamana semuanya bertemu di dalam sebuah struktur. 14 Charles Pierce juga mendefinisikan tanda sebagai yang terdiri dari atas representament secara harfiar berarti ‟sesuatu yang melakukan representasi‟ yang merujuk kepada objek yang menjadi perhatian representamen, membangkitkan arti yang disebut interpreten apa pun artinya bagi seseorang dalam konteks tertentu. 15 Atau dengan kata lain semiotik berobjekkan tanda dan menganalisanya menjadi ide representasi, objek, dan makna interpretasi. 16 Hubungan antara ketiga dimensi ini tidak bersifat statis, melainkan dinamis, dengan yang satu menyarankan yang lain dalam pola siklis. 13 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004, cet.ke-3, h. 39 14 Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006, cet. Ke-4, h. 97 15 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, Yogyakarta: Jalasutra, 2010, h. 36 16 Alex Sobur, Analisis Teks Media : Suatu Pengantar untuk Analsis Wacana, Semiotik, dan Framing Bandung: Rosda, 2006, h. 100 25 Di dalam teori semiotik, proses perekaman gagasan, pengetahuan, atau pesan secara fisik disebut sebagai representasi. Secara lebih tepat ini didefinisikan sebagai penggunaan ‟tanda-tanda‟ gambar, suara, kata, dan sebagainya untuk menampilkan ulang sesuatu yang diserap, diindra, dibayangkan, atau dirasakan dalam bentuk fisik 17 . Ini kita bisa definisikan bahwa sesuatu yang bersifat fisik X yang mewakili sesuatu yang lain Y, biak itu bersifat material atau konseptual, dalam cara tertentu X = Y. Sebuah teks tetaplah sebuah tanda. Itulah sebabnya, sebagai contoh, kita membaca sebuah novel dalam bentuk tunggal X, bukan sebagai kumpulan kata-kata yang terdapat di dalamnya, yang memiliki makna atau sekelompok makna tertentu Y, yang kita turunkan darinya berdasarkan pada pelbagai pengalaman pribadi, sosial, atau jenis lain X = Y. 18 Oleh karena itu tujuan penelitian semiotika adalah untuk menjelaskan makna hubungan X = Y. X adalah sesuatu yang ada secara material. Itu bisa berupa kata, novel, acara televisi, atau artefak manusia lainnya. Sedangkan Y adalah makna artefak ini dalam semua dimensinya pribadi, sosial, historis. Termasuk di dalamnya upaya penggambaran semua makna yang terdapat dalam Y adalah seluruh dan substansi dari 17 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, Yogyakarta: Jalasutra, 2010, h. 3 18 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, Yogyakarta: Jalasutra, 2010, h. 27 26 metode-metode semiotika. Langkah ini pada umumnya disebut sebagai ‟interpretasi‟. 19

B. Media Massa

1. Perkembangan Media Massa

Salah satu peradaban yang pertama kali melembagakan penulisan piktografik sebagai cara untuk merekam gagasan, mengikuti perjalanan transaksi bisnis, dan menyebarkan pengetahuan adalah peradaban Cina Kuno. Piktografi Cina bisa dilacak ke belakang sampai pada abad ke-15 SM. Secara lebih spesifik, ini disebut sebagai logografi, karena menggunakn simbol-simbol gambar untuk menampilkan kata-kata tanpa melihat ejaannya. Sistem piktografik kuno yang lain disebut sebagai tuilsan paku, sistem dikembangkan oleh bangsa Sumeria-Babilonia sekitar 5000 tahun lalu. Bangsa Sumeria merekam representasi mereka pada lempeng- lempeng tanah liat, dan membuat penulisan menggunakan tulisan paku ini menjadi sangat mahal dan tidak praktis. Sekitar tahun 2700-2500 SM, ditemukan penulisan piktografik lainnya di Mesir, yaitu penulisan hieroglif. Bangsa Mesir menggunakan papirus sejenis kertas bentuk kuno yang terbuat dari sejenis alang-alang untuk merekam tulisan-tulisan mereka. Selanjutnya pada sistem hieroglif ini berkembang unsur-unsur fonografik-fonograf adalah bentuk-bentuk 19 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, Yogyakarta: Jalasutra, 2010, pendahuluan ix 27 yang mewakili bagian-bagian kata seperti suku kata atau suara yang berdiri sendiri. Sistem fonografik lengkap yang mewakili satu suara dinamakan alfabetik. Sistem alfabetik yang pertama muncul di daerah Timur Tengah dan disebarkan oleh bangsa Funisia bangsa yang berada di daerah pantai timur Laut Tengah, yang sekarang adalah Libanon ke Yunani. Sistem ini mengandung simbol-simbol konsonan saja. Ketika sampai di Yunani, simbol-simbol vokal ditambahkan dan menjadi sistem yunani sebagai sistem alfabetik utuh yang pertama. Seperti disebutan di atas, munculnya penulisan alfabetik mengakibatkan datangnya pergeseran paradigma sejati, karena memungkinkan masyarakat untuk menyimpan dan mengabadikan pengetahuan secara lebih stabil. 20

2. Kertas dan Percetakan

Seperi sudah disebutkan di atas, bahan ringan yang pertama kali digunakan untuk merekam hasil tulisan adalah papirus yang dibuat dari sejenis alang-alang oleh bagsa mesir. Sejak awal abad ke-2 SM orang- orang eropa menulis pada lapisan tipis kulit hewan yang sudah disamak dan dinamakan perkamen atau vellum menggunakan pena yang terbuat dari bulu sayap burung. Perkamen tidak seringan papirus, tetapi lebih awet. Oleh sebab itu, hal ini memungkinakan disimpannya pengetahuan dalam waktu yang lebih lama. Banyak naskah dalam bentuk perkamen dan 20 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, Yogyakarta: Jalasutra, 2010, h. 9