PENUTUP membahas kesimpulan dari penelitian dan saran

17

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Semiotika

1. Bahasa dan Linguistik

Menurut Ensiklopedia Indonesia kata ‟bahasa‟ berarti ”alat untuk melukiskan sesuatu pemikiran, perasaan, atau pengalaman; alat ini terdiri dari kata-kata. Dalam perhubungan antara manusia dan manusia dipakai orang bahasa kata-kata itu sebagai simbol lambang yang objektif untuk memaparkan sesuatu pemikiran atau perasaan yang subjektif”. Maka bila dilihat dari sudut ilmu sosial, bahasa adalah dasar komunikasi antarmanusia. Tanpa bahasa, perhubungan antarmanusia seperti ini tidaklah mungkin 1 . Bahasa adalah pranata sosial dan sistem nilai. Sebagai pranata sosial, bahasa merupakan ciptaan masyarakat secara bersama dan bukan oleh seorang individu, merupakan kontrak kolektif harus diterima seluruhnya atau tidak sama sekali. Bahasa juga disebut sebagai sistem nilai, karena bahasa terdiri dari unsur-unsur yang dapat dibandingkan dan ditukarkan. Sebagai pranata sosial dan sistem nilai, bahasa berada di luar jangkauan kekuasaan individu. Jadi sebagai pranata sosial dan sistem nilai, bahasa merupakan sesuatu yang objektif 2 . 1 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004, cet.ke- 3, h. 274 2 St. Sunardi, Semiotika Negativa, Yogyakarta: Kanal, 2002, Hal. 76 18 Pada zaman Yunani para filsuf meneliti apa yang dimaksud dengan bahasa dan apa hakikat bahasa. Para filsuf tersebut sependapat bahwa bahasa adalah sistem tanda. Dikatakan bahwa manusia hidup dalam tanda- tanda yang mencakup segala segi kehidupan manusia, misalnya bangunan, kedokteran, kesehatan, geografi, dan sebagainya. Tetapi mengenai hakikat bahasa – apakah bahasa mirip realitas atau tidak – mereka belum sepakat. Dua filsuf besar yang pemikirannya terus berpengaruh sampai saat ini adalah Plato dan Aristoteles. Plato berpendapat bahwa bahasa adalah physei atau mirip realitas; sedangkan Aristoteles mempunyai pendapat sebaliknya yaitu bahwa bahasa adalah thesei atau tidak mirip realitas kecuali onomatope dan lambang bunyi sound symbolism. Pandangan Plato bahwa bahasa mirip dengan realitas atau non-arbitrer diikuti oleh kaum naturalis; pandangan Aristoteles bahwa bahasa tidak mirip dengan realitas atau arbitrer diikuti oleh kaum konvensionalis.

2. Pengertian Semiotik

Kehidupan intelektual dan sosial manusia selalu didasarkan pada pembuatan, penggunaan, dan pertukaran tanda. Ketika kita memberi isyarat, berbicara, menulis, membaca, menonton acara televisi, mendengarkan musik, atau melihat lukisan, kita terlibat dalam perilaku yang didasarkan atas tanda. Untuk mempelajari perilaku ini, pakar bahasa Swiss bernama Ferdinand de Saussure dan filsuf Amerika Serikat bernama Charles Peirce mengusulkan disiplin yang bersifat otonom. Yang disebut