Latar Belakang Tinjauan Yuridis Terhadap Pemegang Unit Penyertaan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities) Dalam Kepailitan Originator

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasar modal merupakan salah satu bagian dari pasar keuangan Financial market, di samping pasar uang Money Market yang sangat penting peranannya bagi pembangunan nasional pada umumnya dan bagi pengembangan dunia usaha pada khususnya sebagai salah satu alternatif sumber pembiayaan eksternal oleh perusahaan. Di lain pihak dari sisi pemodal investor, pasar modal sebagai salah satu sarana investasi dapat bermanfaat untuk meningkatkan nilai tambah terhadap dana yang dimilikinya. 1 Berkembangnya pasar uang dan pasar modal dengan dengan tingkat perputaran yang terus meninggi high return menjadi ciri perekonomian di penghujung abad ke-20 hingga awal abad ke-21 ini. Sebagai dampaknya, para pelaku bisnis tidak lagi hanya mengandalkan komoditas barang dalam penggunaan dananya usahanya, namun dana yang dimiliki sebagian ada di pasar uang dan pasar modal, untuk dapat dijadikan sebagai penyeimbang. Perbandingannya tentu disesuaikan dengan hitung-hitungan bisnis. Maksudnya tidak lain untuk mengurangi atau bahkan untuk menghilangkan resiko bisnis. Sejak terjadinya krisis moneter pada tahun 1998, yang mengakibatkan begitu banyak perusahaan, serta lembaga perbankan yang bertumbangan, pasar modal merupakan salah satu alternatif sumber pendanaan yang sangat signifikan bagi dunia usaha. 1 M. Irsan Nasarudin, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Kencana, 2004, hlm. ix. Universitas Sumatera Utara Pasar modal secara umum merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, maupun perusahaan swasta. Dengan demikian pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit dari pasar keuangan financial market. Dalam financial market diperdagangkan semua bentuk utang dan modal sendiri, baik dana jangka pendek maupun jangka panjang, baik negotiable ataupun tidak. 2 Atas pengertian tersebut di atas, dapat diketahui bahwa yang diperdagangkan dalam pasar modal adalah efek atau yang sering disebut dengan instrumen pasar modal. Adapun instrumen yang diperjualbelikan dalam pasar modal yaitu: 3 1. Saham 2. Obligasi dan Obligasi Konversi 3. Produk Derivatif 4. Reksadana Namun diperlukan suatu mekanisme tertentu untuk dapat melakukan transaksi atas instrumen-instrumen tersebut di atas, hal ini dikarenakan dalam aktivitas pasar modal baik pembeli ataupun penjual efek tidak dapat bertemu langsung untuk melakukan transaksi, untuk itu diperlukan perantara pedagang efek dalam pasar modal. 2 Suad Husnan, Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekurita, Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, 1994, hlm. 3. 3 Bapepam Bekerjasama Dengan Japan International Cooperation Agency, Panduan Investasi Di Pasar Modal Indonesia, 2003, hlm. 10, diakses melalui http:www.bapepam.go.idoldoldnewsJuni2003BAB20IIa.pdf , 1 Februari 2010. Universitas Sumatera Utara Penjual saham, termasuk jenis sekuritas lain, kepada masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya penjualan dilakukan sesuai dengan jenis ataupun bentuk pasar modal dimana sekuritas tersebut diperjualbelikan. Jenis-jenis pasar modal tersebut ada beberapa macam, yaitu pasar perdana, dan pasar sekunder. Pasar perdana merupakan pasar modal yang memperdagangakan saham-saham atau sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya penawaran umum sebelum saham tersebut dicatatkan. Penawaran umum atau sering disebut sebagai Go Public, merupakan langkah pertama yang dilakukan oleh perusahaan untuk mewujudkan keinginannya memperoleh dana dari masyarakat. Pihak yang melakukan penawaran umum disebut dengan emiten. Penawaran Umum adalah kegiatan penawaran efek oleh perusahaan atau emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh Undang-Undang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya. Efek yang akan dijual oleh emiten dapat berupa surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dan setiap derivatif dari efek. 4 Penawaran Umum ini mencakup beberapa kegiatan, yaitu: 5 1. Periode pasar perdana, yaitu ketika efek ditawarkan kepada pemodal oleh penjamin emisi melalui para agen penjual yang ditunjuk. 4 Ibid, hlm. 6. 5 Tjiptono Darmadji, Pasar Modal Di Indonesia, Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2000, hlm. 40. Universitas Sumatera Utara 2. Penjatahan saham, yaitu pengalokasian efek pesanan para pemodal sesuai dengan jumlah efek yang tersedia. 3. Pencatatan efek di bursa, yaitu saat efek tersebut mulai diperdagangkan di bursa. Kelanjutan dari kegiatan penawaran umum terjadi dalam kegiatan bursa efek atau kegiatan yang dilakukan dalam pasar sekunder. Dalam transaksi di bursa efek yang terjadi adalah mengenai jual beli efek, pinjam meminjam efek, dan kontrak lain mengenai efek atau harga efek. Dengan demikian untuk dapat memperdagangkan efek di pasar modal, setiap emiten harus menjual efeknya melalui tahapan yang disebut dengan penawaran umum. 6 Salah satu aktivitas atau instrumen keuangan yang tengah berkembang adalah Kontrak Investasi Kolektif KIK. Jenis instrumen ini merupakan kontrak antara manajer investasi dengan pihak lain seperti kustodian, yang mengikat pemegang unit penyertaan diantaranya dalam bentuk efek atau aset. Diantara KIK Berbagai instrumen keuangan di pasar uang dan pasar modal telah tumbuh selama satu dasawarsa ini di dunia selaras dengan iklim globalisasi ekonomi dan perkembangan teknologi informatika yang pesat, yang mendukung kegiatan ekonomi. Para pelaku pasar tidak lagi hanya masyarakat domestik, namun juga masyarakat keuangan internasional. Dengan demikian kegiatan investasi di pasar uang dan pasar modal telah menembus dinding teritorial bisnis antarnegara, antarjenis usaha, antarkelompok usaha, dan lainnya dengan lebih cepat dan mudah. 6 Ibid. Universitas Sumatera Utara yang banyak dikenal saat ini adalah atas Efek Beragun Aset EBA, yang dikenal dengan singkatan KIK-EBA. Efek beragun aset Asset-backed securities merupakan tipe sekuritas efek yang di back-up oleh jaminan dalam bentuk aset- aset finansial. 7 EBA dibagi kedalam 2 jenis, yaitu EBA arus kas tetap dan EBA arus kas tidak tetap. EBA arus kas tetap adalah EBA yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima pembayaran dengan jadwal tertentu, walaupun jadwal pembayaran tersebut dapat berubah karena keadaan tertentu, seperti kepada pemegang efek bersifat utang. Dalam EBA arus kas tidak tetap adalah EBA yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima pembayaran secara bersyarat dalam jumlah yang tidak tetap, seperti kepada pemegang efek bersifat ekuitas. 8 Efek beragun aset Asset-backed securities mulai dikenal dalam transaksi di pasar modal Indonesia pada akhir tahun 1996. Efek Beragun Aset EBA merupakan salah satu alternatif strategi suatu perusahaan untuk mendapatkan dana dengan cara mengubah aset perusahaan yang berupa tagihan yang tidak likuid menjadi likuid, dengan melakukan sekuritisasi asetnya, yaitu dengan cara menjualnya kepada suatu lembaga keuangan atau special purpose vehicle SPV secara jual putus True sale. Kemudian lembaga tersebut akan menerbitkan surat berharga yang beragun aset dan dapat diperdagangkan di dalam pasar modal. Proses ini menyebabkan tagihan-tagihan yang mempunyai agunan tersebut 7 Munir Fuady, Pasar Modal Modern Tinjauan Hukum buku kedua, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003, hlm. 39. 8 http:www.vibiznews.comknowledgereksadanaPengetahuan_Efek.pdf , diakses pada tanggal 23 November 2009. Universitas Sumatera Utara menjadi lebih mudah untuk dapat dijual kepada pihak investor, sehingga perusahaan tersebut akan mendapatkan dana yang diperlukannya dengan cepat. Dengan demikian sebenarnya dalam proses sekuritisasi aset dilakukanlah suatu transformasi dari aset-aset keuangan berupa tagihan yang tidak dapat segera diubah, menjadi dana yang likuid. Jika dibandingkan dengan obligasi, bentuk instrumen ini dianggap lebih menguntungkan dan memiliki resiko yang lebih kecil. Hal ini disebabkan karena apabila penerbit dari obligasi tersebut bangkrut, maka investor atau pihak yang membeli obligasi akan sulit mengambil kembali dana yang dimilikinya, karena tidak mempunyai agunan. Jika dilihat dalam efek beragun aset, para investor tidak akan kehilangan dananya apabila pihak penerbit efek tersebut bangkrut, karena investor mempunyai agunan yang dapat digunakan untuk mengambil kembali dananya dengan cara mengeksekusi agunan. Sebagaimana diketahui dalam instrumen efek beragun aset diperlukan suatu proses yang dinamakan sekuritisasi. Sekuritisasi merupakan suatu proses transformasi aset yang tidak likuid menjadi surat berharga yang dapat diperdagangkan sesuai dengan kebutuhan investor, dan dalam praktik, istilah sekuritisasi diidentikkan dengan Asset Backed Securities Efek Beragun Aset. 9 9 Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset, Departemen Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal Proyek Peningkatan Efisiensi Pasar Modal, Studi Tentang Perdagangan Efek Beragun Aset, 2003, hlm. 2. Adapun piutang yang dapat dijadikan underlying meliputi : piutang hipotik rumah, kredit mobil, kartu kredit, sewa guna usaha dan sebagainya. Dalam proses sekuritisasi ini terbentuk suatu kumpulan pool terhadap aset-aset finansial sehingga sekuritas utang tersebut dapat dijual kepada pihak investor luar untuk Universitas Sumatera Utara membiayai ”pool” tersebut. 10 Proses Sekuritisasi ini terjadi antara Originator dengan Special Purpose Vehicle Di Indonesia adalah pihak Manajer Investasi dengan bentuk kontrak investasi kolektif KIK. Diantara kedua pihak tersebut terjadi suatu proses jual beli atas tagihan piutang yang dimiliki kreditur awal kepada manajer investasi yang dilakukan secara jual putus true sale. Kreditur awal memperoleh tagihan- tagihan tersebut dari pemberian pinjaman, penjualan dan pemberian jasa lainnya yang bekaitan dengan usahanya, kepada seorang debitor dengan memberikan jaminan atas sejumlah aset yang dimilikinya untuk pemberian pinjaman tersebut. Dari apa yang telah dikemukakan di atas terdapat beberapa proses bagi penerbitan KIK-EBA sampai akhirnya dapat diperdagangkan di dalam pasar modal Indonesia. Oleh karena itu, KIK-EBA sebagai salah satu efek yang diperdagangkan dalam pasar modal, mekanisme perdagangannya pun harus disesuaikan dengan mekanisme perdagangan efek menurut undang-undang pasar modal yang berlaku. Dalam pasar modal Indonesia, wahana sekuritisasi tersebut adalah berupa Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset sebagaimana dimuat dalam Surat Keputusan Ketua Bapepam Nomor : Kep- 28PM2003 tanggal 21 Juli 2003. 11 Ada beberapa alasan mengapa perusahaan-perusahaan tertentu memilih untuk mencari dana melalui pola sekuritisasi aset, 12 10 Munir Fuady, Op. Cit., hlm. 40. 11 Ibid. 12 ”Efek Beragun Aset Siap Meluncur dan Menjanjikan Keuntungan”, Warta Ekonomi, 23 Februari 2006, hlm. 3-4. antara lain untuk perusahaan penerbit EBA, atau Originator yang umumnya bank dan lembaga pembiayaan, Universitas Sumatera Utara sekuritisasi aset ini jelas memberi banyak manfaat. Pertama, dapat meningkatkan likuiditas. EBA dapat memutar lebih cepat ”uang tidur” yang ada di perusahaan agar dapat mengalir ke tempat yang lebih produktif sehingga tidak ada uang yang menganggur, misalnya bank yang membutuhkan dana segar dapat menjual portofolio kredit kepemilikan mobilnya tanpa harus menunggu jatuh tempo tagihan. Di luar perbankan, potensi penerbitan EBA oleh perusahaan-perusahaan lain juga besar. Perusahaan yang bergerak dalam penyediaan kebutuhan masyarakat secara massal public goods, seperti PT Telkom Tbk. Dan PT Perusahaan Listrik Negara PLN, tentu memiliki banyak portofolio tagihan. Mensekuritisasi tagihan-tagihannya diperkirakan akan lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan melakukan penerbitan obligasi. Pasar properti di Indonesia, khususnya pasar perumahan, juga dapat berkembang lagi karena ada alternatif pendanaan lain dengan melakukan sekuritisasi pinjaman hipotek rumah KPR atau sering disebut dengan Secondary Mortgage Facilities SMF. 13 Selain itu, banyak perusahaan yang membutuhkan tambahan modal juga dapat memperoleh dana melalui penerbitan EBA. Dikarenakan saat ini tingkat suku bunga pinjaman perbankan masih terhitung tinggi. Di sisi lain, menerbitkan surat utang baru juga bukan hal yang mudah, karena mereka terlanjur mempunyai track record yang buruk ketika sebelumnya utang yang dimiliki banyak yang terkena kredit macet. Dengan kata lain, sebagai kesatuan, perusahaan tersebut 13 Ibid. Universitas Sumatera Utara sudah dianggap cacat, walau sebenarnya mereka mempunyai sebagian aset yang tergolong bagus. 14 Melalui sebuah SPV, bagian aset yang bagus itu dapat dipisahkan dari yang buruk. Selanjutnya, terhadap aset yang bagus itu dikeluarkan sekuritas yang dapat membiayai aset tersebut. Aset-aset itu sendiri dapat berupa aset finansial seperti tagihan yang umumnya dalam bentuk hak tanggungan atau hipotik, sewa atau leasing, cicilan kredit dan lain-lain. 15 Salah satu bentuk aset yang dijadikan agunan dalam KIK-EBA yaitu berupa benda yang tidak bergerak, untuk aset yang berupa benda tidak bergerak tersebut telah diatur ke dalam ketentuan Undang-undang Hak Tanggungan, undang-undang ini dengan tegas mengakui sifat assesoir dari hak tanggungan tersebut. Dalam Pasal 16 Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan UUHT Melalui sebuah lembaga tersebut terjadi pula pengalihan aset-aset finansial dari Originator atau kreditur awal ke lembaga SPV tersebut. Jika dilihat dari proses pengalihannya, maka terdapat suatu permasalahan hukum yang belum jelas, yaitu berkaitan dengan aspek keabsahan jaminan dan hak kepemilikan atas aset yang disekuritisasi apabila dikaitkan dengan aspek pendaftaran atas jaminan kebendaan tersebut. 16 14 Ibid. 15 Munir Fuady, Op.Cit. hlm. 40. 16 Pasal 16 Undang-undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan. menentukan manakala piutang terhadap mana hak tanggungan diberikan, maka jika terjadi peralihan piutang dengan cara cessie, subrogasi, pewarisan atau sebab-sebab lainnya, maka hak tanggungan tersebut ikut beralih demi hukum kepada kreditor yang baru. Hanya saja UUHT mensyaratkan bahwa peralihan hak tanggungan tersebut harus dipenuhi syarat Universitas Sumatera Utara administratif berupa pendaftaran oleh kreditor yang baru kepada kantor pertanahan. 17 Selain permasalahan mengenai aspek jaminan hak kebendaan, terdapat juga permasalah hukum lain yang berkaitan dengan aspek hukum kepailitan. Apabila seseorang atau suatu badan hukum dinyatakan pailit oleh pengadilan, maka harta benda yang dimilikinya akan menjadi boedel pailit bagi pelunasan utang-utangnya. Namun apabila terjadi permohonan kepailitan terhadap Originator, yang berbentuk suatu perusahaan, namun sebelum adanya permohonan kepailitan tersebut, pihak Originator telah menjual aset tersebut dengan cara jual putus True sale kepada SPV. Dengan adanya peraturan tersebut apabila dalam peralihan piutang untuk mana diterbitkan Asset Backed Securities, selama belum dilakukan pengaturan yang berbeda oleh peraturan khusus lainnya, maka prosedur pendaftaran dan pencatatan sebagaimana ditentukan dalam UUHT haruslah dipenuhi. Lalu bagaimanakah implikasinya dalam penerbitan KIK-EBA, apakah para investor juga harus melakukan prosedur yang telah ditentukan dalam UUHT untuk pengalihan aset tersebut, apabila tidak, apakah pengalihan atas aset tersebut dari Manajer Investasi ke investor-investor lain adalah sah adanya. 18 Jika dilihat dari pernyataan di atas maka timbul pertanyaan apakah dalam hal ini Originator atau kreditur awal adalah merupakan pemilik sah dari aset tersebut, sehingga dapat menjual kepada pihak lain, ataukah ia hanya merupakan 17 Yunus Edward Manik, “Permasalahan Yuridis Akan Status Hak Kepemilikan Pemegang Unit Penyertaan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset Apabila Dikaitkan Dengan Kepailitan”, Buletin Hukum Perbankan dan Kesentralan 20 Volume 3 Nomor 3, Desember 2005, hlm. 22. 18 Ibid. Universitas Sumatera Utara pemegang hak atas aset tersebut sebagai jaminan kebendaan utang debitor awal. Atau justru SPV yang dalam hal ini adalah manajer investasi yang merupakan pemilik dari aset tersebut karena pihak tersebut telah membeli aset tersebut dari kreditur awal secara jual putus. Atas dasar tersebut maka permasalah pokok yang akan timbul adalah, bagaimana kedudukan hukum pemegang unit penyertaan KIK-EBA terhadap aset yang disekuritisasi ? Apakah ia menjadi kreditor separatis ataukah ia hanya merupakan pemegang hak piutang dari kreditur awal ? dan apabila investor atau pemegang efek mempunyai hak recourse kepada Originator, bagaimanakah kedudukan hukum dari investor ini, apakah ia sebagai pemilik aset ? Hal-hal tersebut di atas adalah kiranya yang menjadi stimulus dalam menulis skripsi ini sekaligus mengetengahkan permasalahan sebelum diuraikan lebih lanjut lagi dalam bab-bab berikutnya. Titik berat yang dilakukan penulis adalah lebih menekankan kepada kepailitan Originator. Oleh karena hal-hal tersebut di atas maka penulis mengambil judul ”Tinjauan Yuridis terhadap Pemegang Unit Penyertaan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset Asset Backed Securities dalam Kepailitan Originator.”

B. Perumusan Masalah