Tinjauan Yuridis Terhadap Pemegang Unit Penyertaan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities) Dalam Kepailitan Originator

(1)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMEGANG UNIT PENYERTAAN KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF EFEK BERAGUN ASET

(ASSET BACKED SECURITIES) DALAM KEPAILITAN ORIGINATOR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH

AGNEST ELGA MARGARETH 060200212

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMEGANG UNIT PENYERTAAN KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF EFEK BERAGUN ASET

(ASSET BACKED SECURITIES) DALAM KEPAILITAN ORIGINATOR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH

AGNEST ELGA MARGARETH 060200212

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Ketua Departemen Hukum Ekonomi

NIP. 19560329 198601 1 001 (Prof. Dr. Bismar Nasution,SH, MH)

Pembimbing I Pembimbing II

(Prof. Dr. Bismar Nasution,SH, MH) (Prof. Dr. Sunarmi, SH. M.Hum NIP. 19560329 198601 1 001 NIP. 19630215 198903 2 002 )

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat, rahmat dan karunia-Nya Penulis mampu untuk menjalani perkulihan sampai pada tahap penyelesaian skripsi pada jurusan Hukum Ekonomi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ini.

Penulisan skripsi yang diberi judul ” TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMEGANG UNIT PENYERTAAN KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF EFEK BERAGUN ASET (ASSET BACKED SECURITIES) DALAM KEPAILITAN ORIGINATOR ini diajukan untuk melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa hasil yang diperoleh masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis akan sangat berterima kasih jika ada kritik dan saran membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah membantu sebelum, selama, dan setelah penulis mengerjakan skripsi. Secara khusus, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua yang sangat penulis sayangi, Bachtiar Sihaloho dan Erika Sitindaon, serta adik-adik penulis Corry Elsa Novianty, Douglas Basten, dan Barens Halomoan atas pengertian dan dukungan kepada penulis. Mudah-mudahan semua yang penulis lakukan dapat membahagiakan dan membanggakan keluarga tercinta.


(4)

Melalui kesempatan ini, penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH., MH., selaku Pembantu Dekan I, Bapak Dr. Syafruddin S. Hasibuan, SH., MH., selaku Pembantu Dosen II, dan Bapak Husni, SH., MHum., selaku Pembantu Dekan III.

2. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH., MH., selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan juga merupakan Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Sunarmi, SH., M.Hum., selaku Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai Dosen Pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Terimakasih telah memberikan ilmunya dan walaupun ditengah-tengah kesibukannya mash tetap bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberi petunjuk, mendorong dan membangkitkan semangat untuk menyelesaikan pendidikan dan penulisan skripsi ini.

4. Bapak M. Hayat, S.H., selaku Dosen Wali Penulis dari Semester I sampai terakhir.

5. Ibu Prof. Ningrum Natasya Sirait, SH, M.LI, Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum, Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum, Ibu


(5)

Rafiqoh Lubis SH, M.Hum., (Mem... makasi untuk sharing-sharing yang mampu membangkitkan dan juga untuk nasehat-nasehat yang sangat membantu Agnes yaaa..) Para Dosen dan seluruh staf serta karyawan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara beserta staf Pasca Sarjana USU yang tidak bisa penulis ucapkan satu persatu

6. Keluarga Besar Tindaon, Makasi untuk Oppung Prapat, Tulangku Belman Boston Tindaon, SH., atas kontribusinya dalam pencarian judulku, Nantulang L. Panjaitan, Tanteku yang kusayangi, Rimbun Tindaon, S.Kes. (wanna be forceful like yu Aunt), Tante Yo’ & Uda...(Makasiii untuk segala bentuk perhatiannya, Tante mengajarkan aku arti ’kasih’ sesungguhnya) dan juga Terimakasih untuk Keluarga Besar Sihaloho, Untuk Oppung Doulu, besra Uda-Uda dan Bou. Untuk Sepupuku Rico Adrian Pakpahan beserta Keluarga Besar Pakpahan, Tulang dan Nantulang (Ayo Co, jangan kelamaan jadi aktivis, Nantulang dah pengen kali kita sama-sama lulus, selalu disandingkan, kadang bikin males. Hee.), Keluarga Besar Lumbanraja, Oppung Bulu, Tandew, & Tante Tinur.

7. Sahabat-sahabat ku yang selalu setia menyemangatiku, setia dalam suka dan duka dan yang pasti selalu merindukan kabar terbaik dari skripsi dan wisudaku, Erick Elimdo Sihombing, Tetty Sukma Sari Pardede, Cevi Brianto Sihombing, Amoy Rianawaty Pasaribu, dan Joeswa Partogi Napitupulu. (Semboyan kita bersama, ”ga ada yang ga mungkin jika kita ber-MIMPI setinggi apapun”). Kita udah pernah membuktikannya, dan


(6)

masih banyak mimpi-mimpi kita di depan yang telah mananti untuk diwujudkan. (Forever Last still in SIX of us)

8. Terimakasih juga untuk Sahabat-sahabat kampusku, (UNO, kita bersembilan, tiga orang dari kita udah sah pake gelar, bagaimana dengan yang lain, semangat...!) Imelda Sugiharti Halim, S.H., (Cicik Medo si Batak yg sok Cina, Cuma mau bilang indah ya cara Tuhan bekerja !, gak telat, Hanya kita yang kurang mengerti arti ’menghargai’), Helen Hosianna Hutahaean (waa... soulmate! Karena saking punya chemistryx ke aku, yg pasti chemistry apapun itu tetap komunikasikan, Okey..!), Iryanti Sagala (trio macankuw feat Helen, good motivator, be a wide thinkin’), Jaswinderjit, S.H, Aswin Asmara, SH., Miranda Syahputri Siregar (yg semangat ya Bu Camat kuliahx...!), Dwi Silfia, Wartini. Untuk sharing-sharing skripsinya Ingrid Gratsya Zega, S.H, (senang bertukar pikiran dengan Anda, layaknya berbincang dgn Rentha), Rentha Natalia Pardede S.H., (semoga tiap perkataan kita sama-sama SALING memberi efek, Makasii udah hunting bahan skripsiku di UI, ohya watt a touch Life, God is

exist). Corry Aruan, Nomika Sinaga, Verytethy Hutagaol, Verawati, Imel,

Alberth, (ketahuan asliku gimana selama 1 semester kita bekerjasama dlm kelompok klinis, makasi udah banyak membantu yaa.), teman-teman ’06 Departemen Hukum Ekonomi, Ida Siska, Newi. Untuk Dendy, Ricky Syahputra, Randy Syahputra, Vd Aldy Harahap, Faradilla Sitepu. Senior-senior Kampus Janroy Purba, SH ’03, Frans Margo Leo ’05, Kak Williana ’05, Jona ’05, Kak Dumaria SH ’05, Bang Bob SH ’05. Dan buat


(7)

Teman-teman yg gak bisa dituangkan namanya dalam lembar ini, Agnes ucapkan terimakasih.

9. Kostan jalan Universitas No. 6, tempat aku beristirahat dan belajar, melepas kejenuhan, Makasiii buat Oppung Kost, Ny. Prof. B.H. Pasaribu (alm) /br. Hutagalung (senang laa, didetik-detik terakhir Agnes di kost ini dan juga di tengah-tengah kesibukan menyusun skripsi, Agnes masih dapat menyempatkan waktu membantu Oppung menyusun Undangan ulangtahunnya yg ke-70, Pengen buat Oppung senang. Happy Birthday

Oppung!), untuk penghuni kost ada Nelda Nilam Sari, Tika Purba Hukum,

Kak Lina Sitepu S.H., M.Hum., Kak Riny Hutagalung SE., Sarah Nauli Pulungan. Kangen ngumpul bareng lagi.

10.Civitas GMKI Komisariat Fakultas Hukum USU, terimakasih untuk iring-iringan dalam gerakan ini. Semoga benang biru diantara kita tetap terjalin. (Senior Stb’02 : Jayatri Hasoloan Sihaloho SH, Christofel Sigalingging SH.) (Abang2 Stb’03 : Doni Manurung SH, Sahala Siagian SH) (Stb’04 : Posmah Situmeang SH, Samuel Armstrong SH, Dedy Manalu) (Stb’05 : Yoseph Sihombing SH, Trisanto, Yunus, Ivho, Rio FGM, Melly Sitompul, Putri Silaen SH) (Stb’06 : Debora Saragih, Adi Agustina Girsang, Witra Evelyn Sinaga, Siska Siagian, Yanta, Chandra, Ricky Matondang, Egi Arjuna.) (Stb’07 : Dermawanty Lumbantoruan, Sondang, Fisca, Wheny), (Stb’08 : Ode Silalahi, Jeremia Tampubolon.) Terkhusus buat Bani Praseto Napitupulu (sengaja Agnes masukin dalam point ini karena disinalah awal kita dipertemuka n, Thanks for togetherness, banyak yang udah Bani buat ke


(8)

aku, semoga menjadi pembelajaran bagi kita kedepannya, sukses juga buat kuliah Bani yaaa.. cepat tamat...! susul Saya... hee.), dan segenap Civitas GMKI yang gak dapat Agnes sebutin satu per satu.

11.Anggota Kelompok Kecil GODELVA, Henny Endang Sinaga, Maria Afriyanti Pasaribu, Helen, Iir, Jenny, dan kepala Suku Kak July... (tetap dipersatukan dalam doa.. terimakasih telah saling setia mendoakan... Agnes percaya Tuhan tidak tidur...! )

12.Buat temen-temen SMA ku yang ada di Bandung, makasi udah mau direpotin untuk bantuin cari bahan skripsiku di UNPAD, ada Ghema, Petty, Ai’, juga buat Atan yang sempet nyinggahin Bandung (haa.. berawal dari Bandara.. jangan jahat-jahat atuh samaku Tan’), Buat Dina Ishrofi, Annisa Chapinda, Je-We, Vie-ta.... (Kangen...).

Buat setiap pihak yang tidak dapat dituangkan namanya satu per satu dalam lembar ini, yang telah berjasa memberikan dukungannya baik moril maupun materill dalam tersusunnya skripsi ini, Agnes ucapkan banyak terimakasih.

Medan, Februari 2010 Penulis,


(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……… i

DAFTAR ISI ………... vii

ABSTRAKSI ………... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………... 1

B. Perumusan Masalah ………... 11

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan ……… 12

2. Manfaat Penulisan ……… 13

D. Keaslian Penulisan ...……… 13

E. Tinjauan Kepustakaan ……… 14

F. Metode Penulisan 1. Jenis Penelitian ………... 19

2. Data dan Sumber Data ………... 20

3. Teknik Pengumpulan Data ……… 21

4. Analisis Data ……… 21

G. Sistematika Penulisan ………... 22

BAB II PERJANJIAN KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF EFEK BERAGUN ASET (ASSET BACKED SECURITIES) DALAM PASAR MODAL INDONESIA A. Latar Belakang Penebitan KIK-EBA 1. Landasan Hukum KIK-EBA ... 25


(10)

2. Karakteristik Yuridis KIK-EBA ... 28

3. Persyaratan True Sale dalam KIK-EBA ... 31

B. Perjanjian KIK-EBA 1. Perjanjian KIK-EBA ... 38

2. Hak dan Kewajiban Para Pihak yang terlibat dalam Perjanjian KIK-EBA a. Fungsi Manajer Investasi berkaitan dengan Efek Beragun Aset ... 44

b. Fungsi Bank Kustodian berkaitan dengan Efek Beragun Aset ... 47

C. Mekanisme Perdagangan Efek Beragun Aset 1. Pihak-pihak yang terlibat dalam perdagangan KIK-EBA ... 49

2. Proses Sekuritisasi Dalam KIK-EBA ... 53

3. Badan Hukum Penerbit KIK-EBA ... 63

4. Proses Penerbitan Efek Beragun Aset ... 66

BAB III KEDUDUKAN HUKUM PEMEGANG UNIT PENYERTAAN KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF EFEK BERAGUN ASET A. Pengalihan Aset Dari Kreditur Awal Kepada Manajer Investasi ... 69

B. Kedudukan Hukum Pemegang Unit Penyertaan KIK-EBA Atas Aset Yang Merupakan Jaminan Kebendaan Atas Piutang Kreditur Originator ... 83


(11)

BAB IV AKIBAT HUKUM PEMEGANG UNIT PENYERTAAN KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF EFEK BERAGUN ASET (ASSET BACKED SECURITIES) DALAM KEPAILITAN ORIGINATOR

A. Akibat Hukum Terhadap Aset Yang Disekuritisasi Apabila Terjadi Kepailitan Atau Insolvensi Atas Kreditur Originator ...90 B. Perlindungan Hukum Terhadap Investor Dalam Mekanisme

Perdagangan KIK-EBA menurut UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal ...96 C. Kedudukan Hukum Pemegang Unit Penyertaan KIK-EBA

Dalam Kepailitan Originator Dihubungkan dengan Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang ...99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 111 B. Saran ... 112 DAFTAR PUSTAKA ... 115


(12)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMEGANG UNIT PENYERTAAN KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF EFEK BERAGUN ASET (ASSET BACKED SECURITIES) DALAM KEPAILITAN ORIGINATOR

ABSTRAKSI

*) Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, M.H. **) Dr. Sunarmi, SH. M.Hum

***) Agnest Elga Margareth

Salah satu aktivitas atau instrumen keuangan yang tengah berkembang adalah Kontrak Investasi Kolektif (KIK). Jenis instrumen ini merupakan kontrak antara Manajer Investasi dengan pihak lain seperti Kustodian, yang mengikat Pemegang Unit Penyertaan diantaranya dalam bentuk efek atau aset. Diantara KIK yang banyak dikenal saat ini adalah Efek Beragun Aset (Asset-Backed

Securities). EBA merupakan tipe sekuritas (efek) yang di back-up oleh jaminan

dalam bentuk aset-aset finansial.

Skripsi ini mengemukakan permasalahan mengenai perjanjian KIK-EBA dalam Pasar Modal Indonesia, kedudukan hukum Pemegang Unit Penyertaan KIK-EBA, dan akibat hukum apabila Originator dalam KIK-EBA dinyatakan pailit.

Metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian normatif dengan mengumpulan data secara studi pustaka (library research) disertai dengan mengumpulkan data dan membaca referensi melalui peraturan, majalah, internet dan sumber lainnya, kemudian diseleksi data-data yang layak untuk mendukung penulisan.

Kesimpulan dalam skripsi ini adalah bahwa akibat hukum terhadap aset keuangan yang dijual oleh Originator kepada KIK-EBA, maka selama transaksi tersebut bukan merupakan transaksi jual putus (jual lepas menurut RUU Sekuritisasi) dan hak recourse maupun hak membeli kembali masih melekat, maka secara yuridis dapat dikategorikan sebagai penjualan aset keuangan dalam rangka secured financing. Ini berarti status hak kepemilikan atas aset keuangan tersebut tidak beralih kepada PUK KIK-EBA dan masih merupakan milik daripada Originator, sehingga apabila terjadi kepailitan atas Originator aset keuangan tersebut merupakan boedel pailit

Adapun saran yang dapat dikemukakan adalah Dalam transaksi penjualan aset keuangan dari kreditor asal kepada penerbit EBA harus memenuhi kriteria penjualan putus. Untuk merangsang respon investor untuk berinvestasi dalam instrumen EBA maka harus didukung dengan tersedianya payung hukum yang jelas yang meliputi opini hukum dan opini akuntan publik berkaitan dengan penjualan aset keuangan dari Originator kepada penerbit EBA, pengalihan aset keuangan beserta seluruh hak dan jaminan yang melekat kepada penerbit atau pemodal.

Kata Kunci : Kontrak Investasi Kolektif (KIK), Efek Beragun Aset (EBA), dan


(13)

*) Dosen Pembimbing I **) Dosen Pembimbing II


(14)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMEGANG UNIT PENYERTAAN KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF EFEK BERAGUN ASET (ASSET BACKED SECURITIES) DALAM KEPAILITAN ORIGINATOR

ABSTRAKSI

*) Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, M.H. **) Dr. Sunarmi, SH. M.Hum

***) Agnest Elga Margareth

Salah satu aktivitas atau instrumen keuangan yang tengah berkembang adalah Kontrak Investasi Kolektif (KIK). Jenis instrumen ini merupakan kontrak antara Manajer Investasi dengan pihak lain seperti Kustodian, yang mengikat Pemegang Unit Penyertaan diantaranya dalam bentuk efek atau aset. Diantara KIK yang banyak dikenal saat ini adalah Efek Beragun Aset (Asset-Backed

Securities). EBA merupakan tipe sekuritas (efek) yang di back-up oleh jaminan

dalam bentuk aset-aset finansial.

Skripsi ini mengemukakan permasalahan mengenai perjanjian KIK-EBA dalam Pasar Modal Indonesia, kedudukan hukum Pemegang Unit Penyertaan KIK-EBA, dan akibat hukum apabila Originator dalam KIK-EBA dinyatakan pailit.

Metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian normatif dengan mengumpulan data secara studi pustaka (library research) disertai dengan mengumpulkan data dan membaca referensi melalui peraturan, majalah, internet dan sumber lainnya, kemudian diseleksi data-data yang layak untuk mendukung penulisan.

Kesimpulan dalam skripsi ini adalah bahwa akibat hukum terhadap aset keuangan yang dijual oleh Originator kepada KIK-EBA, maka selama transaksi tersebut bukan merupakan transaksi jual putus (jual lepas menurut RUU Sekuritisasi) dan hak recourse maupun hak membeli kembali masih melekat, maka secara yuridis dapat dikategorikan sebagai penjualan aset keuangan dalam rangka secured financing. Ini berarti status hak kepemilikan atas aset keuangan tersebut tidak beralih kepada PUK KIK-EBA dan masih merupakan milik daripada Originator, sehingga apabila terjadi kepailitan atas Originator aset keuangan tersebut merupakan boedel pailit

Adapun saran yang dapat dikemukakan adalah Dalam transaksi penjualan aset keuangan dari kreditor asal kepada penerbit EBA harus memenuhi kriteria penjualan putus. Untuk merangsang respon investor untuk berinvestasi dalam instrumen EBA maka harus didukung dengan tersedianya payung hukum yang jelas yang meliputi opini hukum dan opini akuntan publik berkaitan dengan penjualan aset keuangan dari Originator kepada penerbit EBA, pengalihan aset keuangan beserta seluruh hak dan jaminan yang melekat kepada penerbit atau pemodal.

Kata Kunci : Kontrak Investasi Kolektif (KIK), Efek Beragun Aset (EBA), dan


(15)

*) Dosen Pembimbing I **) Dosen Pembimbing II


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasar modal merupakan salah satu bagian dari pasar keuangan (Financial

market), di samping pasar uang (Money Market) yang sangat penting peranannya

bagi pembangunan nasional pada umumnya dan bagi pengembangan dunia usaha pada khususnya sebagai salah satu alternatif sumber pembiayaan eksternal oleh perusahaan. Di lain pihak dari sisi pemodal (investor), pasar modal sebagai salah satu sarana investasi dapat bermanfaat untuk meningkatkan nilai tambah terhadap dana yang dimilikinya.1

Berkembangnya pasar uang dan pasar modal dengan dengan tingkat perputaran yang terus meninggi (high return) menjadi ciri perekonomian di penghujung abad ke-20 hingga awal abad ke-21 ini. Sebagai dampaknya, para pelaku bisnis tidak lagi hanya mengandalkan komoditas barang dalam penggunaan dananya (usahanya), namun dana yang dimiliki sebagian ada di pasar uang dan pasar modal, untuk dapat dijadikan sebagai penyeimbang. Perbandingannya tentu disesuaikan dengan hitung-hitungan bisnis. Maksudnya tidak lain untuk mengurangi atau bahkan untuk menghilangkan resiko bisnis.

Sejak terjadinya krisis moneter pada tahun 1998, yang mengakibatkan begitu banyak perusahaan, serta lembaga perbankan yang bertumbangan, pasar modal merupakan salah satu alternatif sumber pendanaan yang sangat signifikan bagi dunia usaha.

1

M. Irsan Nasarudin, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. ix.


(17)

Pasar modal secara umum merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, maupun perusahaan swasta. Dengan demikian pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit dari pasar keuangan (financial market). Dalam financial market diperdagangkan semua bentuk utang dan modal sendiri, baik dana jangka pendek maupun jangka panjang, baik negotiable ataupun tidak.2

Atas pengertian tersebut di atas, dapat diketahui bahwa yang diperdagangkan dalam pasar modal adalah efek atau yang sering disebut dengan instrumen pasar modal. Adapun instrumen yang diperjualbelikan dalam pasar modal yaitu: 3

1. Saham

2. Obligasi dan Obligasi Konversi 3. Produk Derivatif

4. Reksadana

Namun diperlukan suatu mekanisme tertentu untuk dapat melakukan transaksi atas instrumen-instrumen tersebut di atas, hal ini dikarenakan dalam aktivitas pasar modal baik pembeli ataupun penjual efek tidak dapat bertemu langsung untuk melakukan transaksi, untuk itu diperlukan perantara pedagang efek dalam pasar modal.

2

Suad Husnan, Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekurita, (Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, 1994), hlm. 3.

3

Bapepam Bekerjasama Dengan Japan International Cooperation Agency, Panduan

Investasi Di Pasar Modal Indonesia, 2003, hlm. 10, diakses melalui


(18)

Penjual saham, termasuk jenis sekuritas lain, kepada masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya penjualan dilakukan sesuai dengan jenis ataupun bentuk pasar modal dimana sekuritas tersebut diperjualbelikan. Jenis-jenis pasar modal tersebut ada beberapa macam, yaitu pasar perdana, dan pasar sekunder. Pasar perdana merupakan pasar modal yang memperdagangakan saham-saham atau sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya (penawaran umum) sebelum saham tersebut dicatatkan.

Penawaran umum atau sering disebut sebagai Go Public, merupakan langkah pertama yang dilakukan oleh perusahaan untuk mewujudkan keinginannya memperoleh dana dari masyarakat. Pihak yang melakukan penawaran umum disebut dengan emiten. Penawaran Umum adalah kegiatan penawaran efek oleh perusahaan atau emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh Undang-Undang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya. Efek yang akan dijual oleh emiten dapat berupa surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dan setiap derivatif dari efek.4 Penawaran Umum ini mencakup beberapa kegiatan, yaitu: 5

1. Periode pasar perdana, yaitu ketika efek ditawarkan kepada pemodal oleh penjamin emisi melalui para agen penjual yang ditunjuk.

4

Ibid, hlm. 6. 5

Tjiptono Darmadji, Pasar Modal Di Indonesia, (Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2000), hlm. 40.


(19)

2. Penjatahan saham, yaitu pengalokasian efek pesanan para pemodal sesuai dengan jumlah efek yang tersedia.

3. Pencatatan efek di bursa, yaitu saat efek tersebut mulai diperdagangkan di bursa.

Kelanjutan dari kegiatan penawaran umum terjadi dalam kegiatan bursa efek atau kegiatan yang dilakukan dalam pasar sekunder. Dalam transaksi di bursa efek yang terjadi adalah mengenai jual beli efek, pinjam meminjam efek, dan kontrak lain mengenai efek atau harga efek. Dengan demikian untuk dapat memperdagangkan efek di pasar modal, setiap emiten harus menjual efeknya melalui tahapan yang disebut dengan penawaran umum.6

Salah satu aktivitas atau instrumen keuangan yang tengah berkembang adalah Kontrak Investasi Kolektif (KIK). Jenis instrumen ini merupakan kontrak antara manajer investasi dengan pihak lain seperti kustodian, yang mengikat pemegang unit penyertaan diantaranya dalam bentuk efek atau aset. Diantara KIK

Berbagai instrumen keuangan di pasar uang dan pasar modal telah tumbuh selama satu dasawarsa ini di dunia selaras dengan iklim globalisasi ekonomi dan perkembangan teknologi informatika yang pesat, yang mendukung kegiatan ekonomi. Para pelaku pasar tidak lagi hanya masyarakat domestik, namun juga masyarakat keuangan internasional. Dengan demikian kegiatan investasi di pasar uang dan pasar modal telah menembus dinding teritorial bisnis (antarnegara, antarjenis usaha, antarkelompok usaha, dan lainnya) dengan lebih cepat dan mudah.

6


(20)

yang banyak dikenal saat ini adalah atas Efek Beragun Aset (EBA), yang dikenal dengan singkatan KIK-EBA. Efek beragun aset (Asset-backed securities) merupakan tipe sekuritas (efek) yang di back-up oleh jaminan dalam bentuk aset-aset finansial.7 EBA dibagi kedalam 2 jenis, yaitu EBA arus kas tetap dan EBA arus kas tidak tetap. EBA arus kas tetap adalah EBA yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima pembayaran dengan jadwal tertentu, walaupun jadwal pembayaran tersebut dapat berubah karena keadaan tertentu, seperti kepada pemegang efek bersifat utang. Dalam EBA arus kas tidak tetap adalah EBA yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima pembayaran secara bersyarat dalam jumlah yang tidak tetap, seperti kepada pemegang efek bersifat ekuitas.8

Efek beragun aset (Asset-backed securities) mulai dikenal dalam transaksi di pasar modal Indonesia pada akhir tahun 1996. Efek Beragun Aset (EBA) merupakan salah satu alternatif strategi suatu perusahaan untuk mendapatkan dana dengan cara mengubah aset perusahaan yang berupa tagihan yang tidak likuid menjadi likuid, dengan melakukan sekuritisasi asetnya, yaitu dengan cara menjualnya kepada suatu lembaga keuangan atau special purpose vehicle (SPV) secara jual putus (True sale). Kemudian lembaga tersebut akan menerbitkan surat berharga yang beragun aset dan dapat diperdagangkan di dalam pasar modal. Proses ini menyebabkan tagihan-tagihan yang mempunyai agunan tersebut

7

Munir Fuady, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum) buku kedua, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), hlm. 39.

8

tanggal 23 November 2009.


(21)

menjadi lebih mudah untuk dapat dijual kepada pihak investor, sehingga perusahaan tersebut akan mendapatkan dana yang diperlukannya dengan cepat.

Dengan demikian sebenarnya dalam proses sekuritisasi aset dilakukanlah suatu transformasi dari aset-aset keuangan (berupa tagihan) yang tidak dapat segera diubah, menjadi dana yang likuid. Jika dibandingkan dengan obligasi, bentuk instrumen ini dianggap lebih menguntungkan dan memiliki resiko yang lebih kecil. Hal ini disebabkan karena apabila penerbit dari obligasi tersebut bangkrut, maka investor atau pihak yang membeli obligasi akan sulit mengambil kembali dana yang dimilikinya, karena tidak mempunyai agunan. Jika dilihat dalam efek beragun aset, para investor tidak akan kehilangan dananya apabila pihak penerbit efek tersebut bangkrut, karena investor mempunyai agunan yang dapat digunakan untuk mengambil kembali dananya dengan cara mengeksekusi agunan.

Sebagaimana diketahui dalam instrumen efek beragun aset diperlukan suatu proses yang dinamakan sekuritisasi. Sekuritisasi merupakan suatu proses transformasi aset yang tidak likuid menjadi surat berharga yang dapat diperdagangkan sesuai dengan kebutuhan investor, dan dalam praktik, istilah sekuritisasi diidentikkan dengan Asset Backed Securities (Efek Beragun Aset).9

9

Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset, Departemen Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal Proyek Peningkatan Efisiensi Pasar Modal, Studi Tentang Perdagangan Efek Beragun Aset, 2003, hlm. 2.

Adapun piutang yang dapat dijadikan underlying meliputi : piutang hipotik rumah, kredit mobil, kartu kredit, sewa guna usaha dan sebagainya. Dalam proses sekuritisasi ini terbentuk suatu kumpulan (pool) terhadap aset-aset finansial sehingga sekuritas utang tersebut dapat dijual kepada pihak investor luar untuk


(22)

membiayai ”pool” tersebut.10

Proses Sekuritisasi ini terjadi antara Originator dengan Special Purpose

Vehicle (Di Indonesia adalah pihak Manajer Investasi) dengan bentuk kontrak

investasi kolektif (KIK). Diantara kedua pihak tersebut terjadi suatu proses jual beli atas tagihan piutang yang dimiliki kreditur awal kepada manajer investasi yang dilakukan secara jual putus (true sale). Kreditur awal memperoleh tagihan-tagihan tersebut dari pemberian pinjaman, penjualan dan pemberian jasa lainnya yang bekaitan dengan usahanya, kepada seorang debitor dengan memberikan jaminan atas sejumlah aset yang dimilikinya untuk pemberian pinjaman tersebut. Dari apa yang telah dikemukakan di atas terdapat beberapa proses bagi penerbitan KIK-EBA sampai akhirnya dapat diperdagangkan di dalam pasar modal Indonesia. Oleh karena itu, KIK-EBA sebagai salah satu efek yang diperdagangkan dalam pasar modal, mekanisme perdagangannya pun harus disesuaikan dengan mekanisme perdagangan efek menurut undang-undang pasar modal yang berlaku.

Dalam pasar modal Indonesia, wahana sekuritisasi tersebut adalah berupa Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset sebagaimana dimuat dalam Surat Keputusan Ketua Bapepam Nomor : Kep-28/PM/2003 tanggal 21 Juli 2003.

11

Ada beberapa alasan mengapa perusahaan-perusahaan tertentu memilih untuk mencari dana melalui pola sekuritisasi aset,12

10

Munir Fuady, Op. Cit., hlm. 40. 11

Ibid. 12

”Efek Beragun Aset Siap Meluncur dan Menjanjikan Keuntungan”, Warta Ekonomi, 23 Februari 2006, hlm. 3-4.

antara lain untuk perusahaan penerbit EBA, atau Originator (yang umumnya bank dan lembaga pembiayaan),


(23)

sekuritisasi aset ini jelas memberi banyak manfaat. Pertama, dapat meningkatkan likuiditas. EBA dapat memutar lebih cepat ”uang tidur” yang ada di perusahaan agar dapat mengalir ke tempat yang lebih produktif sehingga tidak ada uang yang menganggur, misalnya bank yang membutuhkan dana segar dapat menjual portofolio kredit kepemilikan mobilnya tanpa harus menunggu jatuh tempo tagihan.

Di luar perbankan, potensi penerbitan EBA oleh perusahaan-perusahaan lain juga besar. Perusahaan yang bergerak dalam penyediaan kebutuhan masyarakat secara massal (public goods), seperti PT Telkom Tbk. Dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), tentu memiliki banyak portofolio tagihan. Mensekuritisasi tagihan-tagihannya diperkirakan akan lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan melakukan penerbitan obligasi. Pasar properti di Indonesia, khususnya pasar perumahan, juga dapat berkembang lagi karena ada alternatif pendanaan lain dengan melakukan sekuritisasi pinjaman hipotek rumah (KPR) atau sering disebut dengan Secondary Mortgage Facilities (SMF).13

Selain itu, banyak perusahaan yang membutuhkan tambahan modal juga dapat memperoleh dana melalui penerbitan EBA. Dikarenakan saat ini tingkat suku bunga pinjaman perbankan masih terhitung tinggi. Di sisi lain, menerbitkan surat utang baru juga bukan hal yang mudah, karena mereka terlanjur mempunyai

track record yang buruk ketika sebelumnya utang yang dimiliki banyak yang

terkena kredit macet. Dengan kata lain, sebagai kesatuan, perusahaan tersebut

13


(24)

sudah dianggap cacat, walau sebenarnya mereka mempunyai sebagian aset yang tergolong bagus.14

Melalui sebuah SPV, bagian aset yang bagus itu dapat dipisahkan dari yang buruk. Selanjutnya, terhadap aset yang bagus itu dikeluarkan sekuritas yang dapat membiayai aset tersebut. Aset-aset itu sendiri dapat berupa aset finansial seperti tagihan yang umumnya dalam bentuk hak tanggungan atau hipotik, sewa atau leasing, cicilan kredit dan lain-lain.15

Salah satu bentuk aset yang dijadikan agunan dalam KIK-EBA yaitu berupa benda yang tidak bergerak, untuk aset yang berupa benda tidak bergerak tersebut telah diatur ke dalam ketentuan Undang-undang Hak Tanggungan, undang-undang ini dengan tegas mengakui sifat assesoir dari hak tanggungan tersebut. Dalam Pasal 16 Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan (UUHT)

Melalui sebuah lembaga tersebut terjadi pula pengalihan aset-aset finansial dari Originator atau kreditur awal ke lembaga SPV tersebut. Jika dilihat dari proses pengalihannya, maka terdapat suatu permasalahan hukum yang belum jelas, yaitu berkaitan dengan aspek keabsahan jaminan dan hak kepemilikan atas aset yang disekuritisasi apabila dikaitkan dengan aspek pendaftaran atas jaminan kebendaan tersebut.

16

14

Ibid. 15

Munir Fuady, Op.Cit. hlm. 40. 16

Pasal 16 Undang-undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan.

menentukan manakala piutang terhadap mana hak tanggungan diberikan, maka jika terjadi peralihan piutang dengan cara cessie, subrogasi, pewarisan atau sebab-sebab lainnya, maka hak tanggungan tersebut ikut beralih demi hukum kepada kreditor yang baru. Hanya saja UUHT mensyaratkan bahwa peralihan hak tanggungan tersebut harus dipenuhi syarat


(25)

administratif berupa pendaftaran oleh kreditor yang baru kepada kantor pertanahan.17

Selain permasalahan mengenai aspek jaminan hak kebendaan, terdapat juga permasalah hukum lain yang berkaitan dengan aspek hukum kepailitan. Apabila seseorang atau suatu badan hukum dinyatakan pailit oleh pengadilan, maka harta benda yang dimilikinya akan menjadi boedel pailit bagi pelunasan utang-utangnya. Namun apabila terjadi permohonan kepailitan terhadap

Originator, yang berbentuk suatu perusahaan, namun sebelum adanya

permohonan kepailitan tersebut, pihak Originator telah menjual aset tersebut dengan cara jual putus (True sale) kepada SPV.

Dengan adanya peraturan tersebut apabila dalam peralihan piutang untuk mana diterbitkan Asset Backed Securities, selama belum dilakukan pengaturan yang berbeda oleh peraturan khusus lainnya, maka prosedur pendaftaran dan pencatatan sebagaimana ditentukan dalam UUHT haruslah dipenuhi. Lalu bagaimanakah implikasinya dalam penerbitan KIK-EBA, apakah para investor juga harus melakukan prosedur yang telah ditentukan dalam UUHT untuk pengalihan aset tersebut, apabila tidak, apakah pengalihan atas aset tersebut dari Manajer Investasi ke investor-investor lain adalah sah adanya.

18

Jika dilihat dari pernyataan di atas maka timbul pertanyaan apakah dalam hal ini Originator atau kreditur awal adalah merupakan pemilik sah dari aset tersebut, sehingga dapat menjual kepada pihak lain, ataukah ia hanya merupakan

17

Yunus Edward Manik, “Permasalahan Yuridis Akan Status Hak Kepemilikan Pemegang Unit Penyertaan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset Apabila Dikaitkan Dengan Kepailitan”, Buletin Hukum Perbankan dan Kesentralan 20 Volume 3 Nomor 3, Desember 2005, hlm. 22.

18 Ibid.


(26)

pemegang hak atas aset tersebut sebagai jaminan kebendaan utang debitor awal. Atau justru SPV yang dalam hal ini adalah manajer investasi yang merupakan pemilik dari aset tersebut karena pihak tersebut telah membeli aset tersebut dari kreditur awal secara jual putus.

Atas dasar tersebut maka permasalah pokok yang akan timbul adalah, bagaimana kedudukan hukum pemegang unit penyertaan KIK-EBA terhadap aset yang disekuritisasi ? Apakah ia menjadi kreditor separatis ataukah ia hanya merupakan pemegang hak piutang dari kreditur awal ? dan apabila investor atau pemegang efek mempunyai hak recourse kepada Originator, bagaimanakah kedudukan hukum dari investor ini, apakah ia sebagai pemilik aset ?

Hal-hal tersebut di atas adalah kiranya yang menjadi stimulus dalam menulis skripsi ini sekaligus mengetengahkan permasalahan sebelum diuraikan lebih lanjut lagi dalam bab-bab berikutnya. Titik berat yang dilakukan penulis adalah lebih menekankan kepada kepailitan Originator. Oleh karena hal-hal tersebut di atas maka penulis mengambil judul ”Tinjauan Yuridis terhadap

Pemegang Unit Penyertaan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities) dalam Kepailitan Originator.”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka ada beberapa masalah pokok yang menjadi bahan dalam skripsi ini yaitu :

1. Bagaimana Perjanjian Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset dalam Pasar Modal Indonesia ?


(27)

2. Bagaimana Kedudukan Hukum Pemegang Unit Penyertaan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset ?

3. Bagaimana Akibat Hukum Apabila Originator Dalam Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset dinyatakan Pailit ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan

Dengan diuraikannya beberapa hal esensial yang menjadi tema permasalahan dalam skripsi ini, maka sudah sepatutnya juga diberikan uraian cermat dan jelas mengenai tujuan pembahasan dari permasalahan yang terdapat dalam skripsi ini. Secara rinci maka tujuan pokok dari pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut :

a. Mengetahui, memahami dan menganalisis mengenai perjanjian Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset dalam Pasar Modal Indonesia.

b. Mengetahui, memahami dan menganalisis mengenai kedudukan hukum pemegang unit penyertaan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset.

c. Mengetahui, memahami dan menganalisis mengenai akibat hukum apabila Originator dalam Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset dinyatakan pailit.

Tentu saja salah satu tujuan dari pembuatan dan pembahasan materi dalam skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(28)

2. Manfaat Penulisan

Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan di bagian sebelumnya, maka beberapa manfaat yang dapat dipetik dari pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut :

a. Manfaat Teoritis

Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan bidang ilmu hukum pada umumnya dan dalam bidang hukum pasar modal secara khusus, terutama yang berkaitan dengan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset.

b. Manfaat Praktis

Untuk memberikan tambahan pengetahuan, sumbangan pemikiran bagi masyarakat luas atau pihak-pihak yang bersangkutan dalam KIK-EBA, serta dapat menjadikan suatu bahan pertimbangan dan memberikan masukan dalam proses perdagangan KIK-EBA serta memberikan masukan terhadap Bapepam maupun Bursa Efek Indonesia sebagai penyelenggara kegiatan pasar modal di Indonesia.

D. Keaslian Penulisan

”Tinjauan Yuridis terhadap Pemegang Unit Penyertaan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities) dalam Kepailitan

Originator” yang diangkat menjadi judul skripsi ini adalah merupakan karya


(29)

Universitas Sumatera Utara. Penulis menyusun skripsi ini berdasarkan referensi dari buku-buku, peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kontrak investasi kolektif efek beragun aset dan pasar modal, media cetak dan elektronik, juga melalui bantuan para pihak.

E. Tinjauan Kepustakaan

Dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional suatu negara, diperlukan tidak hanya pembiayaan dari pemerintah tetapi juga dari masyarakat. Hal ini dikarenakan kebutuhan pembiayaan pembangunan di masa yang akan datang akan semakin besar seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan ramainya aktifitas perdagangan ekonomi baik dalam suatu negara maupun antarnegara. Kebutuhan yang semakin besar ini tidak akan dapat dibiayai oleh pemerintah saja melalui penerimaan pajak dan lainnya, untuk itu diperlukan sumber pembiayaan baru yang dapat menyerap dana yang cukup besar untuk dapat membiayai pembangunan ekonomi nasional tersebut.

Salah satu sumber pembiayaan baru yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk dapat digunakan sebagai pembiayaan pembangunan ekonomi nasional Indonesia adalah dengan mengikutsertakan masyarakat untuk berpartisipasi melakukan investasi dalam pasar modal Indonesia. Dengan adanya partisipasi tersebut maka akan membantu pemerintah untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup besar untuk pembiayaan pembangunan Indonesia. Adapun yang dimaksud dengan investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama


(30)

dengan mengharapkan keuntungan dimasa yang akan datang.19

Efek dalam bahasa Inggris disebut securities, dalam bahasa Belanda disebut effecten, dan dalam bahasa Latin disebut effectus. Kata securities (sekuritas) bersumber pada pengertian bahwa surat berharga tersebut memberikan garansi atau jaminan yang dapat dicairkan (liquid) dengan sejumlah uang sesuai dengan nilai yang tercantum dalam surat berharga itu.

Dengan demikian tidak hanya pemerintah yang mendapatkan keuntungan lewat investasi tersebut, tetapi masyarakat juga ikut mendapatkan keuntungan dengan melakukan investasi lewat pasar modal.

Modal atau dana yang diperdagangkan di pasar modal diwujudkan dalam bentuk surat berharga atau dalam terminologi di pasar keuangan disebut efek yang berupa saham, obligasi atau sertifikat atas saham atau dalam bentuk surat berharga lainnya atau surat berharga yang merupakan derivatif dari bentuk surat berharga saham atau sertifikat yang diperjualbelikan di pasar modal.

20

Berdasarkan atas pertimbangan di atas, maka pasar modal merupakan salah satu usaha penghimpun dana masyarakat untuk pembangunan sekaligus meningkatkan sumber-sumber tabungan masyarakat. Pada umumnya pasar modal dibentuk berdasarkan kebutuhan kebutuhan perkembangan ekonomi nasional yang menuntut adanya sarana penarikan dana masyarakat melalui pasar modal. Dengan demikian tujuan pembentukan pasar modal di Indonesia mempunyai jangkauan

19

Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Keempat, (Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, 2004), hlm. 4.

20

M. Paulus Situmorang, Pengantar Pasar Modal, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2008), hlm. 5.


(31)

dan misi yang luas, jangkauan yang hendak dirangkum adalah mencakup 3 (tiga) aspek mendasar, yaitu:21

1. Mempercepat proses perluasan pengikutsertaan masyarakat dalam kepemilikan saham perusahaan.

2. Diarahkan kepada aspek pemerataan pendapatan masyarakat melalui pemerataan pemilikan saham perusahaan.

3. Untuk lebih menggairahkan partisipasi masyarakat dalam pengerahan dan penghimpun dana untuk digunakan secara produktif.

Salah satu alasan pasar modal digunakan sebagai sumber pembiayaan pembangunan ekonomi adalah karena lembaga ini mampu menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan,22

Pasar modal pada umumnya merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli sebagaimana halnya dalam pasar konvensional. Pasar modal mempertemukan pemilik dana (supplier of fund) dengan pengguna dana (user of

fund) untuk tujuan investasi jangka menengah dan jangka panjang.

sehingga mampu menyerap dana yang dibutuhkan bagi pembangunan sekaligus mampu menumbuhkan perekonomian nasional.

23

Berdasarkan Pasal 1 ayat (13) Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal,

24

21

Sumantoro, Pengantar tentang Pasar Modal Di Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990), hlm. 25-26.

22

Suad Hasan, Op.Cit, hlm. 3. 23

M. Irsan Nasarudin, Op.Cit, hlm. 10. 24

Pasal 1 ayat (13) Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

yang disebut dengan pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.


(32)

Secara umum pasar modal mendukung pengembangan ekonomi melalui pembiayaan kegiatan usaha. Hal ini dapat dilakukan melalui pemberian kesempatan kepada masyarakat luas untuk berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional.

Salah satu partisipasi masyarakat dalam pasar modal dapat berbentuk penyertaan. Penyertaan merupakan salah satu bentuk penanaman modal pada suatu entitas (badan usaha) yang dilakukan dengan menyetorkan sejumlah dana tertentu dengan tujuan untuk menguasai sebagian hak pemilikan atas entitas tersebut.25

25

Sunariyah, Op.Cit, hlm. 6.

Surat berharga semacam ini umumnya disebut saham (share).

Instrumen atau produk yang diperdagangkan di Pasar Modal disebut dengan efek. Proses perdagangan efek dalam pasar modal dilakukan dalam 2 tahap, yaitu melalui pasar perdana dan pasar sekunder. Pasar perdana adalah pasar dimana efek-efek diperdagangkan untuk pertama kalinya, sebelum dicatatkan di Bursa Efek. Disini, saham dan efek lainnya untuk pertama kalinya ditawarkan kepada investor oleh pihak penjamin emisi melalui perantara pedagang efek yang yang bertindak sebagai agen penjual saham, proses ini biasa disebut dengan Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering). Pasar sekunder adalah pasar dimana efek-efek yang telah dicatatkan di Bursa Efek diperjualbelikan. Pasar sekunder memberikan kesempatan kepada para investor untuk membeli atau menjual efek-efek yang tercatat di bursa. Di pasar ini, efek-efek diperdagangkan dari satu investor ke investor lain.


(33)

Menurut Pasal 1 angka 5 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal: 26

Salah satu jenis dari derivatif ini adalah Efek beragun aset (EBA), EBA diatur dalam Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor KEP-28/PM/2003. Menurut Pasal 1 huruf b dari peraturan tersebut, yang dimaksud dengan EBA adalah:

”Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan Kontrak Investasi Kolektif, Kontrak berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek.”

27

Sedangkan KIK-EBA merupakan kontrak antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang mengikat pemegang EBA, dimana Manajer Investasi diberi kewenangan untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian ”Efek Beragun Aset adalah Efek yang diterbitkan oleh Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset yang portofolionya terdiri dari aset keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat berharga komersial, tagihan kartu kredit, tagihan yang timbul dikemudian hari (future receivables), pemberian kredit termasuk kredit pemilikan rumah atau apartemen, Efek bersifat utang yang dijamin oleh Pemerintah, Sarana Peningkatan Kredit (Credit Enhancement) / Arus Kas (Cash

Flow), serta asset keuangan setara dan aset keuangan lain yang berkaitan dengan

aset keuangan tersebut”.

Efek Beragun Aset merupakan efek yang diterbitkan karena adanya Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA) yang portofolionya terdiri dari aset keuangan yang timbul dari adanya piutang yang sudah ada maupun piutang yang akan timbul dikemudian hari.

26

Pasal 1 angka 5 Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. 27

Pasal 1 huruf b, Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor KEP-28/PM/2003 tentang Pedoman Kontrak Investasi Kolektif Efek beragun Aset,


(34)

diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif. KIK-EBA dapat timbul dari adanya sekuritisasi aset tagihan dari perusahaan tertentu dirubah menjadi aset yang lebih likuid melalui penciptaan surat berharga.28

Sekuritisasi Aset menurut Pasal 1 butir 2 Peraturan Bank Indonesia No. 7/4/PBI/2005 Tentang Prinsip Kehati-hatian Dalam Aktivitas Sekur itisasi Aset Bagi Bank Umum merupakan penerbitan surat berharga oleh penerbit efek beragun aset yang didasarkan pada pengalihan aset keuangan dari kreditur asal yang diikuti dengan pembayaran yang berasal dari hasil penjualan efek beragun aset kepada pemodal.29

F. Metode Penulisan

Dalam hal ini, apa yang dikemukakan dalam tulisan ini merupakan pengambilan bahan tidak terlepas dari media cetak dan media elektronik. Maka haruslah menggunakan metode penulisan yang sesuai dengan bidang yang diteliti. Adapun penelitian yang digunakan dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan dengan permasalahan yang diangkat di dalamnya. Dengan demikian, penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisa hukum yang tertulis dari bahan pustaka atau

28

Ishwahjudi A. Karim, Prespektif Hukum Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA), (Jakarta: KarimSyah Law Firm, 2005), hlm. 1.

29

Pasal 1 butir 2, Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/4/PBI/2005 tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Aktivitas Sekuritisasi Aset Bagi Bank Umum.


(35)

data sekunder belaka yang lebih dikenal dengan nama dan bahan acuan dalam bidang hukum atau bahan rujukan bidang hukum.30

2. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh dari :

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang sifatnya mengikat masalah-masalah yang akan diteliti, berupa peraturan perundang-undangan di bidang hukum yang mengikat, antara lain Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, dan peraturan-peraturan lain mengenai kontrak investasi kolektif efek beragun aset.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, yaitu hasil karya di kalangan hukum yang ada relevansinya dengan masalah-masalah yang akan diteliti, berupa buku-buku, pendapat-pendapat para sarjana yang berhubungan dengan skripsi ini.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan

30

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif; Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: RadjaGrafindo Persada, 2007), hlm. 33.


(36)

hukum primer dan/atau bahan hukum sekunder, yaitu kamus hukum, ensiklopedi, majalah, media massa dan internet.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih baik, terarah dan dapat dipertanggung jawabkan, maka digunakan metode penelitian hukum normatif. Dengan pengumpulan data secara studi pustaka (Library

Research).

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan suatu penelitian kepustakaan (Library Research). Dalam hal ini penelitian hukum dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan atau disebut dengan penelitian normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka yang lebih dikenal dengan nama dan bahan acuan dalam bidang hukum atau bahan rujukan bidang hukum

Metode Library Research adalah mempelajari sumber-sumber atau bahan-bahan tertulis yang dijadikan bahan-bahan dalam penulisan skripsi ini. Berupa rujukan beberapa buku wacana yang dikemukakan oleh pendapat para sarjana ekonomi dan hukum yang sudah mempunyai nama besar dibidangnya, koran, serta majalah.

4. Analisis Data

Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini termasuk ke dalam tipe penilitian hukum normatif. Pengolahan data pada hakekatnya merupakan kegiatan


(37)

untuk melakukan analisa terhadap permasalahan yang akan dibahas. Analisis data dilakukan dengan: 31

b. Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai dengan penelitian. a. Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan

yang diteliti.

c. Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum, azas atau doktrin.

d. Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep, pasal atau doktrin yang ada.

e. Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini dibagi ke dalam beberapa bagian yang masing-masing bagian menjelaskan dan menguraikan objek penelitian sebagai suatu rangkaian bahasan yang sistematis. Adapun sistematika dari penelitian ini terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab I ini akan membahas mengenai latar belakang penulisan skripsi, perumusan masalah, yang dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan dan diakhiri dengan sistematika penulisan skripsi.

31

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Peneltian Hukum, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004), hlm. 45.


(38)

BAB II : PERJANJIAN KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF EFEK BERAGUN ASET (ASSET BACKED SECURITIES) DALAM PASAR MODAL INDONESIA

Bab II ini akan menguraikan mengenai objek penelitian, yaitu tentang Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset. Yang akan Penulis kemukakan dalam Bab ini adalah latar belakang penerbitan kontrak investasi kolektif efek beragun aset dalam pasar modal Indonesia, perjanjian KIK-EBA, dan Mekanisme perdagangan efek beragun aset.

BAB III : KEDUDUKAN HUKUM PEMEGANG UNIT PENYERTAAN KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF EFEK BERAGUN ASET Bab III ini menguraikan tentang pengalihan aset dari kreditur awal kepada manajer investasi serta kedudukan hukum pemegang unit penyertaan KIK EBA atas aset yang merupakan jaminan kebendaan atas piutang kreditur originator.

BAB IV : AKIBAT HUKUM PEMEGANG UNIT PENYERTAAN

KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF EFEK BERAGUN ASET (ASSET BACKED SECURITIES) DALAM KEPAILITAN

ORIGINATOR

Bab IV ini menguraikan tentang Akibat Hukum Terhadap Aset Yang Disekuritisasi Apabila Terjadi Kepailitan Atau Insolvensi Atas Kreditur Originator. Selanjutnya Penulis juga menguraikan


(39)

tentang perlindungan hukum terhadap investor dalam mekanisme perdagangan KIK EBA menurut UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan Penulis juga memaparkan tentang kedudukan hukum pemegang unit penyertaan KIK EBA dalam kepailitan

originator dihubungkan dengan Undang-undang No. 37 Tahun

2004 tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab V ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi ini dimana Penulis akan membuat kesimpulan dari keseluruhan uraian skripsi dan memberikan beberapa saran yang diajukan Penulis sehubungan dengan kontrak investasi kolektif efek beragun aset.


(40)

BAB II

PERJANJIAN KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF EFEK BERAGUN ASET (ASSET BACKED SECURITIES)

DALAM PASAR MODAL INDONESIA

A. Latar Belakang Penerbitan KIK-EBA 1. Landasan Hukum KIK-EBA

EBA ini pertama kali diperkenalkan di Amerika Serikat sebagai upaya pemerintah untuk mendukung sektor perumahan melalui fasilitas pembiayaan kredit kepemilikan rumah (Mortgage Backed Securities). Kemudian model sekuritisasi aset ini terus berkembang ke sektor lainnya seperti perbankan hingga telekomunikasi seperti yang dilakukan oleh Telmex (Mexico) pada 1987 yang melakukan sekuritisasi aset berupa telephone receivables, yaitu tagihan atas penggunaan pulsa telepon di masa mendatang. Di dunia internasional instrumen EBA sangat populer dengan nama Asset Backed Securities (ABS).32

a. Dalam Knowledge Bank dari Lyons Financial Solutions Holdings Ltd khususnya yang berkaitan dengan penelitiannya yang berjudul

Securitization Explained

Beberapa definisi efek beragun aset adalah sebagai berikut :

“Asset-backed securities are securities that are primarily serviced by cash

flows of a securitized assets that attracts interest on the basis of either being fixed or variable for maturities that can be fixed, revolving, either

32

M. Sadli Siregar., “Stimulus pajak untuk EBA”, Bisnis Indonesia, Rabu, 27 April 2005,

diakses melalui


(41)

long term or short term, that by their own terms convert into cash over the duration attached to them”.

b. Ian H. Giddy, Professor of Finance New York University, memaparkan dalam situsnya33

“Asset–backed securities are securities which are based on pools of underlying assets”.

c. Dalam slide Dr. Tsui KaiChong berjudul Asset Backed Securities34

“Bonds or notes that are backed by financial assets”.

Berdasarkan Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor Kep-19/PM/2002 Peraturan Nomor IX.K.1 tentang Pedoman Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset, Efek beragun Aset (EBA) yang dikenal dengan asset backed

securities (ABS) adalah Unit Penyertaan Kontrak Investasi Kolektif yang

portofolionya terdiri dari aset keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat berharga komersial, sewa guna usaha, perjanjian jual beli bersyarat, perjanjian pinjaman cicilan, tagihan kartu kredit, pemberian kredit termasuk kredit pemilikan rumah atau apartemen, Efek bersifat hutang yang dijamin oleh pemerintah, Sarana Peningkatan Kredit (Credit Enhancement) / Arus Kas (Cash Flow), serta aset keuangan setara dan aset keuangan lain yang berkaitan dengan aset keuangan tersebut.35

33

Karena berbentuk Kontrak Investasi Kolektif, maka dalam proses

Op.Cit., hlm. 8 34

Seminar Workshop, The Future & Opportunities of Asset Backed Securities in Indonesia, Jakarta 1 & 2 Oktober 2003, dikutip dari Ibid.

35

Peraturan Bapepam Nomor IX.K.1 tentang Pedoman Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities), lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-28/PM/2003 tanggal 21 Juli 2003.


(42)

pengelolaannya akan melibatkan Manajer Investasi sebagai mengelola portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian untuk melaksanakan Penitipan Kolektif.36

EBA sendiri merupakan salah satu jenis efek yang pengaturannya tidak dapat ditemukan dalam UUPM. Jika dikilas balik terhitung sejak tahun 1997 yang lalu Bapepam telah mengeluarkan tidak kurang dari lima peraturan (sebagaimana telah berkali-kali diubah) yang terkait dengan penerbitan unit penyertaan EBA. Kelima peraturan tersebut, secara berurutan dapat disebutkan sebagai berikut.37

a. Peraturan BAPEPAM No. V.G.5. tentang Fungsi Manajer Investasi Berkaitan Dengan EBA (Asset Backed Securities);

b. Peraturan BAPEPAM No. VI.A.2. tentang Fungsi Bank Kustodian Berkaitan Dengan EBA (Asset Backed Securities);

c. Peraturan BAPEPAM No. IX.C.9. tentang Pernyataan Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran Umum EBA (Asset Backed Securities); d. Peraturan BAPEPAM No. IX.C.10. tentang Pedoman Bentuk dan

Isi Propektus Dalam Rangka Penawaran Umum Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities);

e. Peraturan BAPEPAM No. IX.K.1. tentang Pedoman Kontrak Investasi Kolektif EBA (Asset Backed Securities).

Di samping kelima peraturan tersebut, di tahun 2005, melalui Peraturan Presiden No. 19 Tahun 2005 telah juga dikeluarkan pengaturan mengenai pembiayaan sekunder perumahan (sebagai salah satu bentuk sekuritisasi aset). Peraturan ini pada prinsipnya merupakan kelanjutan dari Keputusan Menteri

36

37

Gunawan Widjaja, Transplantasi Trusts dalam KUH Perdata, KUHD, dan Undang-Undang Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), hlm. 532-533.


(43)

Keuangan No. 132/KMK.014/1998 tentang Perusahaan Fasilitas Pembiayaan Sekunder Perumahan (yang sering kali disebut dengan Secondary Mortgage

Facility). Di samping itu, Bank Indonesia juga telah mengeluarkan Peraturan

Bank Indonesia No. 7/4/PBI/2005 tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Aktivitas Sekuritisasi Aset bagi Bank Umum. Selain itu, diketahui ada pula Rancangan Undang-undang (RUU) tentang Sekuritisasi yang sudah cukup lama disiapkan, yaitu sejak tahun 2001 yang sampai saat ini belum selesai. Dan ada juga Surat Edaran Bank Indonesia No.7/51/DPNP tanggal 9 Nopember 2005 tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Aktivitas Sekuritisasi Aset bagi Bank Umum.38 Sedangkan aspek perpajakan KIK-EBA diatur dalam Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-147/PJ/2003 tanggal 13 Mei 2003 tentang Pajak Penghasilan Yang Diterima atau diperoleh KIK-EBA dan Para Investornya.39

2. Karakteristik Yuridis KIK-EBA

Seperti halnya perjanjian pada umumnya, kontrak investasi adalah juga merupakan peristiwa hukum, dengan objek yang disepakati berupa investasi dibidang efek. Bahwa sesuai asas konsensual, perjanjian sudah dilahirkan sejak terjadinya kesepakatan, sudah sah dalam arti mengikat sejak tercapainya kesepakatan, sekalipun dalam beberapa hal undang-undang mensyaratkan harus

38

39


(44)

dibuat secara tertulis.40 Hal ini dapat dilihat dari peraturan No. IX.K.1 sebagai Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-53/PM/1997 butir (a) yang berbunyi: 41

Apabila melihat lebih lanjut dalam Peraturan IX.K.1 Pasal 2:

“Kontrak Investasi Kolektif adalah Kontrak antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang mengikat pemegang Unit Penyertaan dimana Manajer Investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif.”

Dikatakan bahwa Kontrak Investasi Kolektif adalah Kontrak antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian, jelas menegaskan bahwa pembentuk undang-undang yang dalam hal ini adalah keputusan yang dikeluarkan oleh Bapepam, menentukan bahwa kontrak investasi ini adalah hanya antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian, artinya secara tertulis hanya dua pihak, namun mengikat pemegang unit penyertaan yang dalam hal ini adalah investor.

42

“Aset yang membentuk portofolio Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset dapat diperoleh dari Kreditur Awal melalui pembelian atau tukar menukar

Jelas bahwa kontrak pertama antara kreditur awal dengan manajer investasi ataupun issuer dapat didasari kontrak ataupun perjanjian jual beli yang diatur dalam Pasal 1457 KUH Perdata dan ataupun perjanjian tukar menukar yang diatur dalam ketentuan 1541 KUH Perdata. Segala peraturan tentang perjanjian

dengan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset.”

40

Yunus Edward Manik, Op.Cit. hlm. 25. 41

Peraturan No. IX.K.1 sebagai Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-53/PM/1997 butir (a)

42

Pasal 2, Peraturan Bapepam Nomor IX.K.1 tentang Pedoman Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities).


(45)

jual beli juga berlaku terhadap perjanjian tukar menukar sebagaimana ketentuan Pasal 1546 KUH Perdata.43

Berkaitan dengan Investor ataupun pemegang unit Penyertaan KIK-EBA apabila kita lihat dalam Peraturan IX.K.1 Pasal 6: 44

“Pemegang Efek Beragun Aset wajib menandatangani pernyataan bahwa yang bersangkutan telah menerima dan membaca Dokumen Keterbukaan Efek Beragun Aset, sebelum membeli

Ataupun kalau dilihat dalam pernyataan Jes Lederman dalam bukunya The

Hand book of Asset-Backed Securities dikatakan dengan tegas Securitization is the open market selling of financial instrument backed by asset cash flow or asset value. Jelaslah investor adalah merupakan pembeli dari Efek Beragun Aset

sebagaimana yang diatur dalam ketentuan jual beli KUH Perdata. Efek Beragun Aset.”

45

43

Yunus Edward Manik, Op.Cit. hlm. 26. 44

Pasal 6, Peraturan Bapepam Nomor IX.K.1 tentang Pedoman Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities).

45

Yunus Edward Manik, Loc.Cit.

Konstruksi hukum ini tentunya berbeda jika dikaitkan dengan latar belakang terjadinya perikatan antara debitur awal dan kreditur awal. Perjanjian yang mendasari terjadinya perikatan antara mereka tentunya dilandasi atas suatu kewajiban atau yang kita kenal dengan perjanjian pinjam meminjam sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1765 KUH Perdata.


(46)

Dari aspek perikatannya KIK-EBA ini ternyata telah mendasari atas tiga jenis perikatan yaitu perikatan jual beli, tukar menukar dan perikatan pinjam meminjam.46

Agar suatu transaksi dapat dikategorikan sebagai transaski sekuritisasi harus memenuhi sejumlah kriteria. Pertama, struktur transaksi diciptakan sedemikian untuk meminimalkan dampak yang mungkin dihadapi investor bila seluruh pihak yang terlibat di dalam transaksi mengalami masalah keuangan, khususnya bila kreditor asal mengalami kebangkrutan. Kedua, dalam transaksi penjualan aset keuangan dari kreditor asal kepada penerbit EBA harus memenuhi kriteria penjualan putus. Ketiga, Aset keuangan yang dijual putus oleh kreditor asal harus melalui proses penyempurnaan klaim atas tagihan beserta seluruh jaminan melekat. Ini dimaksudkan sebagai salah satu perlindungan bagi investor. Ketika terjadi gagal bayar, kewajiban kepada investor masih dapat dipenuhi berdasarkan hasil eksekusi atas jaminan yang melekat pada aset.47

3. Persyaratan True Sale dalam KIK-EBA

Banyak Negara maju maupun Negara berkembang sumber pendanaannya menggunakan konsep pemanfaatan resiko kredit. Sekuritisasi sebagai salah satu teknik keuangan yang menggunakan konsep pemanfaatan resiko kredit karena sekuritisasi merupakan suatu proses transformasi aset keuangan

46

Ibid. 47


(47)

kreditur/originator yang tidak likuid menjadi likuid yaitu menjadi surat berharga yang dapat diperdagangkan sesuai dengan kebutuhan investor. Dengan demikian, perusahaan akan mendapatkan dana dengan menyerahkan aset keuangan yang dimilikinya dan kemudian diterbitkan suatu surat berharga oleh pihak lain yang dikenal dengan sebutan special purpose vehicle yang bertindak sebagai mediator antara pihak yang membutuhkan dana dengan investor sehingga mengubah ketergantungan kreditur kepada kemampuan debitur untuk melunasi pinjaman.48 Oleh karena itu, definisi sekuritisasi adalah: 49

Pengertian pengalihan aset keuangan yang terjadi secara true sale pada sekuritisasi asset pada umumnya adalah penjualan piutang tersebut haruslah merupakan penjualan putus, artinya originator tidak lagi memiliki kewajiban untuk membeli kembali piutang yang tidak tertagih oleh pembeli karena proses

“Securitization is the process of transforming and illiquid asset into a tradeable security thereby rendering it liquid by the deployment or creation of some market mechanism”.

Menurut Daniel Singer, kunci sukses sekuritisasi aset adalah kemampuan untuk memprediksi kelayakan kumpulan aset keuangan tersebut dan pengalihan aset keuanggan tersebut merupakan true sale dan bukan merupakan pendanaan oleh originator. Oleh karena itu, salah satu elemen terpenting dalam proses sekuritisasi aset adalah pengalihan aset keuangan yang terjadi secara true sale.

48

Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset, Loc.Cit., hlm. 2. 49

Hairani Saban, Corporate Debt Securitization Regulation and Documentation, Butterworths, 1994, hlm. 41, diakses melalui


(48)

penjualannya dilakukan secara on balance sheet dimana risiko penjual telah dialihkan kepada pembeli.

Oleh karena itu, tujuan disyaratkannya true sale adalah: 50

a. untuk memisahkan aset yang akan disekuritisasi tersebut dari resiko kredit atas aset lainnya dan resiko entitasnya originator. Jika originator -sebagai penjual- mengalami pailit maka Undang-undang Kepailitan tidak dapat diterapkan karena aset yang dialihkan tersebut terlepas dari boedel pailit

originator;

b. originator dapat memperoleh pendanaan lebih murah;

c. adanya pengalihan resiko kredit; d. akses ke pasar modal;

e. menjadikan aset originator dalam posisi off-balance sheet sehingga akan memperbaiki tingkat leverage (debt to equity) rasio dari originator karena semakin tinggi leverage suatu perusahaan maka semakin tinggi resiko

default dan insolven.

f. investor menjadi secured lender sedangkan jika tidak true sale maka investor akan menjadi unsecured lender.

Aspek true sale menjadi suatu hal yang penting untuk dicermati dalam sekur itisasi aset karena salah satu kunci sukses dari proses sekuritisasi asset adalah terjadinya pengalihan aset keuangan secara true sale. Melalui true sale,

50


(49)

investor menjadi pemilik atas aset keuangan tersebut sehingga menjadi secured investor. Selain itu, dengan terjadinya penjualan aset secara true sale maka terdapat pemisahan antara aset originator dengan resiko kredit originator. Oleh karena itu, sangat penting kiranya mengetahui kriteria apa saja yang harus dipenuhi agar terjadi pengalihan aset secara true sale dalam sekur itisasi aset.51

Dalam hal aset yang membentuk portofolio kontrak investasi KIK EBA diperoleh dari kreditur awal dengan true sale dengan efek beragun aset yang penerbitannya didasarkan pada aset keuangan yang telah dialihkan dari kreditur awal tersebut, maka kreditur awal hanya dapat melakukan true sale dimaksud paling banyak 10 persen dari nilai aset keuangan yang dialihkan itu.

Secara lebih rinci, materi muatan baru dalam penyempurnaan peraturan Nomor IX.K.1 tentang Asset Backed Securities yang bermaksud mempertegas sifat true sale pada pengalihan aset kuangan dari kreditur awal ke KIK EBA adalah penambahan ketentuan yang menyatakan bahwa aset yang membentuk portofolio KIK EBA diperoleh dari kreditur awal melalui true sale secara hukum dengan KIK EBA.

52

Mengenai kriteria tentang true sale hanya diatur dalam Pasal 5 PBI No. 7 /4/PBI/2005 tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Aktivitas Sekuritisasi Aset bagi Bank Umum, yaitu:

53

1) Kondisi jual putus terjadi apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut :

51

pada tanggal 6 Februari 2010. 52

53


(50)

a) seluruh manfaat yang diperoleh dan atau akan diperoleh dari aset keuangan telah dialihkan kepada Penerbit;

b) risiko kredit dari aset keuangan yang dialihkan secara signifikan telah beralih kepada Penerbit; dan

c) Kreditur Asal tidak memiliki pengendalian baik langsung maupun tidak langsung atas aset keuangan yang dialihkan.

2) Pemenuhan kondisi jual putus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilengkapi dengan pendapat auditor independen dan pendapat hukum yang independen.

Mengenai kondisi tersebut diatas, Bank Indonesia tidak memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai ukuran yang dapat digunakan untuk menentukan terpenuhi atau tidaknya kondisi-kondisi tersebut diatas. Selain itu, bagaimana pengertian kata “akan” sebagaimana terdapat dalam butir 1 a tersebut apabila

originator pailit ?, berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 6 jo Pasal 21 UU No. 37

tahun 2004 tentang Kepailitan54

54

Pasal 1 angka 6 jo Pasal 21 UU No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan. Pasal 1 angka 6 UUKepailitan

“kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul di kemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh Debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada Kreditor untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan Debitor”

Pasal 21 UU Kepailitan:

“akibat kepailitan meliputi seluruh kekayaan Debitor pada saat putusan pernyataan pailit diucapkan serta segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan.”

maka seluruh kewajiban originator termasuk juga kewajiban yang timbul dikemudian hari akan masuk boedel pailit. Sedangkan, dalam ketentuan PBI tersebut tidak ada pernyataan bahwa dalam rangka transaksi


(51)

sekuritisasi aset maka ketentuan dalam Undang-undang Kepailitan tersebut dikecualikan sehingga akan ada kemungkinan aset yang telah dijual tersebut akan masuk dalam boedel pailit dalam hal si originator pailit. Oleh karena itu, perlu adanya kejelasan mengenai kata “akan” sebagaimana terdapat dalam butir 1 a tersebut diatas apakah terhadap transaksi penjualan piutang dalam rangka sekuritisasi, ketentuan dalam Undang-undang Kepailitan menjadi tidak berlaku atas transaksi tersebut.

Oleh karena itu, dapat dicontoh seperti yang dilakukan di negara lain, yaitu: 55

1) Maksud dari para pihak dalam transaksi sekuritisasi aset dengan melihat berdasarkan economic substance yang tercermin dalam tujuan dari adanya transaksi tersebut.

a. untuk menentukan bahwa seluruh manfaat dan risiko dari aset keuangan telah dialihkan kepada penerbit, Indonesia dapat mencontoh penilaian yang dilakukan di Amerika dan Malaysia menilai hal-hal seperti dibawah ini:

2) semua risiko dan keuntungan dari kepemilikan asset tersebut telah dialihkan atau tidak. Karena menurut Pasal 1460 KUH Perdata adalah terhadap barang yang telah ditentukan dari awalnya oleh pembeli maka atas segala risiko ditanggung oleh si pembeli kecuali si penjual salah memberikan barang yang telah ditentukan maka si pembeli dapat

55


(52)

meminta ganti atas barang yang salah tersebut sesuai dengan yang telah ditentukan;56

3) Pemisahan aset keuangan dari originator dan kreditornya dalam hal

originator pailit;

4) Kewenangan SPV untuk tidak meminta kembali (recourse) kepada

originator untuk bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan

dari aset keuangan tersebut serta kewenangan untuk melakukan identifikasi aset.

b. untuk menilai bahwa kreditur asal/originator tidak memiliki pengendalian baik langsung maupun tidak langsung atas aset keuangan yang telah dialihkan tersebut, dapat dilakukan penilaian atas hal-hal sebagaimana dilakukan di Jerman, Malaysia dan Thailand yaitu:

1) originator tidak mengatur aset keuangan tersebut;

2) originator tidak mengawasi pengalihan aset tersebut;

3) originator tidak disyaratkan untuk meningkatkan posisi kredit dan juga

tidak disyaratkan untuk mengubah secara sistematik underlying aset dalam rangka memperbaiki kualitas kredit;

56

Pasal 1460 s/d 1462 KUH Perdata. Ps 1460.

Jika barang yang dijual itu berupa barang yang sudah ditentukan, maka sejak saat pembelian, barang itu menjadi tanggungan pembeli, meskipun penyerahannya belum dilakukan dan penjual berhak menuntut harganya.

Ps 1461.

Jika barang dijual bukan menurut tumpukan melainkan menurut berat, jumlah dan ukuran, maka barang itu tetap menjadi tanggungan penjual sampai ditimbang, dihitung atau diukur.

Ps 1462.

Sebaliknya jika barang itu dijual menurut tumpukan, maka barang itu menjadi tanggungan pembeli, meskipun belum ditimbang, dihitung atau diukur.


(53)

c. originator tidak lagi sebagai pemegang hak atas aset keuangan tersebut dan originator tidak boleh dalam posisi sebagai pengendali SPV dalam transaksi sekuritisasi aset;

d. analisa terhadap mekanisme harga – apakah harganya merupakan harga yang wajar?

e. Analisa atas kewenangan SPV dalam hal:

1) penggantian dan pengawasan kegiatan service agent serta servicing fee telah dinegosiasikan secara wajar sesuai dengan term dan kondisi yang umum berlaku.

2) pengawasan pengumpulan underlying aset misalnya melihat semua catatan, baik dalam bentuk dokumen maupun soft copy yang berhubungan dengan piutang yang telah dialihkan tersebut.

3) mengeluarkan kebijakan mengenai kredit dan pengumpulan pembayaran atas piutang tersebut.57

B. Perjanjian KIK-EBA

1. Perjanjian KIK-EBA

Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh Manajer Investasi. Reksadana merupakan perseroan atau investasi kolektif masyarakat pemodal yang diinvestasikan ke dalam efek oleh manajer investasi.

57


(54)

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa reksadana adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan uang kepada manajer investasi selaku pengelola reksadana, untuk digunakan sebagai modal berinvestasi di pasar modal. Dengan membeli sebagian Unit Penyertaan, Investor individual yang memiliki dana terbatas dapat menikmati manfaat atas kepemilikan berbagai macam efek dan terbebas dari kesulitan untuk menganalisis Efek.58

Berdasarkan ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Pasar Modal, ada dua bentuk reksa dana, yaitu berbentuk perseroan dan berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK).59

Reksadana berbentuk KIK dibentuk berdasarkan perjanjian antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian, dimana Manajer Investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif yakni jasa penitipan atas Efek yang dimiliki bersama oleh lebih dari satu pihak.60

Selain Manajer Investasi dan Bank Kustodian, dalam setiap penerbitan awal EBA, paling tidak terdapat dua pihak inti yang memiliki peranan utama antara lain Kreditur Awal (Originator) dan Penyedia Jasa (Servicer). Selain kedua pihak tersebut, terdapat juga beberapa lembaga penunjang sebagai lembaga pendukung pembentukan Efek Beragun Aset seperti Akuntan Publik, Konsultan Hukum, Perusahaan Penilai dan Notaris.61

58

M. Paulus Situmorang, Op.Cit., hlm. 61. 59

Ibid, hlm. 62. 60

Rudhy A. Lontoh dkk, Penyelesaian Utang-Piutang Melalui Pailit Atau Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, (Bandung: Penerbit Alumni, 2001), hlm. 585.

61


(55)

Adapun pihak-pihak yang dapat terlibat dalam penerbitan suatu KIK-EBA adalah: 62

a. Originator atau Kreditur awal yaitu pihak yang mengalihkan aset tagihannya

kepada para pemegang EBA secara kolektif dimana aset tersebut diperoleh

originator karena adanya tagihan kepada pihak ketiga.

b. Debitur atau pelanggan yaitu pihak penerima kredit dari originator yang wajib memenuhi kewajiban pembayaran kepada kreditur baru atau investor.

c. Penyedia Jasa atau servicer yaitu pihak yang menyediakan jasa untuk memproses dan mengawasi pembayaran yang dilakukan debitur, melakukan tindakan awal berupa peringatan dan atau hal lain sesuai dengan kontrak. d. Bank Kustodian yaitu pihak yang diberi wewenang untuk melaksanakan

penitipan kolektif dan mencatatkan underlying KIK-EBA atas namanya untuk kepentingan Investor.

e. Manajer Investasi yaitu pihak yang diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif.

f. SPV/SPC yaitu pihak yang membeli sejumlah aset tagihan dari originator dan menerbitkan EBA untuk dijual kepada investor.

g. Lembaga Pemeringkat Efek yaitu pihak yang melakukan pemeringkatan atas efek yang diterbitkan.

h. Lembaga Sarana Peningkatan Kredit atau Credit Enhancer yaitu pihak yang memberi jaminan pembayaran guna mendukung peningkatan kualitas EBA. i. Investor yaitu pihak yang membeli EBA.

62

Ishwahjudi A. Karim, Prespektif Hukum Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA), (Jakarta: KarimSyah Law Firm, 2005), hlm. 1-2.


(56)

j. Pihak pendukung seperti konsultan hukum, akuntan publik, notaris, dll.

Berdasarkan ketentuan Pasal 1313 KUH Perdata perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana seorang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Menurut Abdulkadir Muhamad bahwa perjanjian dapat dirumuskan sebagai suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal mengenai harta kekayaan.63 Sedangkan menurut Wirjono Prodjodikoro, perjanjian adalah suatu hubungan hukum mengenai harta benda atau pihak, dalam mana satu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melaksanakan sesuatu sedangkan pihak lain berhak menuntut pelaksanaan.64

KIK-EBA adalah perjanjian sui generis, maka kegiatan bisnis antara manajer investasi dan bank kustodian dapat dikategorikan sebagai persekutuan perdata berdasarkan Pasal 1618 KUH Perdata.65

63

Abdulkadir Muhammad, (1993:224), dikutip dari Sempat terjadi perdebatan di antara praktisi dan akademisi di bidang hukum perihal apakah perjanjian di antara dua atau lebih badan hukum untuk melakukan satu kegiatan dengan tujuan yang sama dapat dikategorikan sebagai persekutuan perdata, misalnya perjanjian kerja sama operasi. Yang lebih penting lagi apakah kata ”orang” dalam pasal a quo dimaksudkan untuk manusia (natural

person) saja atau juga melingkupi badan hukum (legal entity).

tanggal 15 Januari 2010.

64

Wirjono Prodjodikoro, (1973:9), dikutip dari Ibid. 65

Hendra Setiawan Boen, Kepailitan SPV dalam transaksi KIK-EBA, diakses melalui Ibid.


(57)

Akhirnya pandangan badan hukum dapat membentuk persekutuan perdata-lah yang diterima. Dalam hal penerbitan KIK-EBA sebagai SPV, dapat dicermati salah satu syarat persekutuan perdata dalam Pasal 1618 KUH Perdata tidak terpenuhi, yaitu syarat adanya pembagian untung – rugi antara sekutu, sebab bank kustodian memperoleh imbalan berupa fee, dan prakteknya tidak ada perjanjian pembagian keuntungan / kerugian antara manajer investasi dan bank kustodian.

Dalam Peraturan Bapepam Nomor IX.K.1 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-28/PM/2003 tanggal 21 Juli 2003 mengenai Pedoman Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities),66 ditentukan bahwa bentuk dari SPV adalah Kontrak Investasi Kolektif antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang mengikat pemegang Unit Penyertaan dimana Manajer Investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan Penitipan Kolektif.67

Pasal 1 ayat (1) UUPM mendefinisikan Manajer Investasi sebagai pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah. Para investor yang memanfaatkan jasa Manajer Investasi untuk mengelola dananya dikategorikan sebagai ”investor pasif”, karena mempercayakan analisis mengenai efek serta melakukan order jual dan beli efek itu kepada Manajer Investasi.68

66

Peraturan Bapepam Nomor IX.K.1 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-28/PM/2003 tanggal 21 Juli 2003 mengenai Pedoman Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities).

67

Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset, Op.Cit., hlm. 12-13. 68

Jusuf Anwar, Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan Dan Investasi, (Bandung: Penerbit Alumni, 2008), hlm. 166.


(58)

Para pemilik dana menyerahkan kepecayaan kepada Manajer Investasi untuk mengelola dana mereka. Meskipun demikian, pengelolaan dana tersebut baik dana perorangan, institusi, maupun dana sekelompok nasabah semuanya berdasarkan kontrak. Kontrak itu diperlukan terutama untuk mengetahui arah investasi (pembentukan portofolio efek) yang akan dilakukan oleh Manajer Investasi, dan hal-hal lain yang merupakan hak dan kewajiban masing-masing pihak.69

a. Adanya pemisahan yang tegas antara kekayaan organ Pengurus dengan kekayaan SPV;

Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset yang dibuat antara Manajer Investasi dengan Bank Kustodian memenuhi persyaratan sebagai SPV, karena mempunyai karakteristik sebagai berikut:

b. Sifat mobilitas atas Efek Beragun Aset;

c. Prinsip pengurusan melalui suatu organ (Manajer Investasi dan Bank Kustodian);

d. Adanya kewenangan dan tanggung jawab mewakili kepentingan pemegang Efek Beragun Aset di dalam maupun di luar Pengadilan bila terjadi perkara; dan

e. Mempunyai keberadaan yang kontinyu (kesinambungan).

69

Peraturan Nomor IV.B.1. Pedoman Pengelolaan Reksa Dana Berbentuk Kontrak. Keputusan Ketua Bapepam No. Kep. -22/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996, diubah dengan No. Kep. -07/PM/1997 tanggal 30 April 1997.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

I. BUKU

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Peneltian Hukum. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004.

Anwar, Jusuf. Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan Dan Investasi. Bandung: Alumni, 2008.

Bahsan, M. Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008.

Darmadji, Tjiptono. Pasar Modal Di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat, 2001.

Fuady, Munir. Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum). Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996.

, Hukum Pailit (1998) Dalam Teori dan Praktik, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999.

, Hukum Pailit 1998 Dalam Teori dan Praktek, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002.

, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum) buku kedua, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003.

Husnan, Suad. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekurita. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, 1994.

Kristianto, Fennieka. Kewenangan Menggugat Pailit Dalam Perjanjian Kredit Sindikasi (Seri Hukum Bisnis). Jakarta: Minerva Athena Pressindo, 2009.


(2)

Lontoh, Rudy A., dkk. Penyelesaian Utang-Piutang Melalui Pailit Atau Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Bandung: Alumni, 2001.

Nasarudin, M. Irsan. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Kencana, 2004.

Sitompul, Asril. Pasar Modal, Penawaran Umum & Permasalahannya. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004.

Situmorang, M. Paulus. Pengantar Pasar Modal. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2008.

Soekanto, Soerjono & Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif; Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta: RadjaGrafindo Persada, 2007.

Suharnoko dan Endah Hartati. Doktrin Subrogasi, Novasi dan Cessie Dalam KUH Perdata, Niew Nederlands Burgelijk Wetboek, Code Civil Perancis dan Common Law, Edisi I cetakan II. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Hukum Indonesia, 2005.

Sumantoro. Pengantar tentang Pasar Modal Di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990.

Sunariyah. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Keempat. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, 2004.

Sunarmi. Hukum Kepailitan. Medan: USU press, 2009.

Sutedi, Adrian. Hukum Perbankan – Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger, Likuidasi, dan Kepailitan. Jakarta: Sinar Grafika, 2008.

Widjaja, Gunawan. Transplantasi Trusts dalam KUH Perdata, KUHD, dan Undang-Undang Pasar Modal Indonesia. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008.


(3)

Widjaja, Gunawan dan E. Paramitha Sapardan, Asset Securitization (Pelaksanaan SMF di Indonesia) Seri Aspek Hukum Dalam Pasar Modal. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006.

II. Peraturan Perundang-undangan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

Undang-Undang No. 37 tahun 2004 jo Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

Peraturan Presiden No 1 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden No 19 Tahun 2005 tentang Pembiayaan Sekunder Perumahan.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/4/PBI/2005 tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Aktivitas Sekur itisasi Aset Bagi Bank Umum

Peraturan Presiden No. 19 Tahun 2005 tentang Perusahaan Sekunder Perumahan. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor KEP-28/PM/2003 tentang

Pedoman Kontrak Investasi Kolektif Efek beragun Aset

Peraturan Bapepam Nomor IX.K.1 tentang Pedoman Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities), lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-28/PM/2003 tanggal 21 Juli 2003.

Peraturan No. IX.K.1 sebagai Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-53/PM/1997 Peraturan Nomor IV.B.1. Pedoman Pengelolaan Reksa Dana Berbentuk Kontrak.

Keputusan Ketua Bapepam No. Kep. -22/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996, diubah dengan No. Kep. -07/PM/1997 tanggal 30 April 1997.


(4)

III. INTERNET

pada tanggal 23 November 2009.

tanggal 18 November 2009.

19 November 2009.

diakses pada tanggal 6 Februari 2010.

http://www.clarityglobal.com/file/reearch/UtvsIT.pdf. diakses pada tangal 19 November 2009.

tanggal 6 Februari 2010.

Januari 2010.

14 Desember 2009.


(5)

Desember 2009. M. Sadli Siregar., “Stimulus pajak untuk EBA”, Bisnis Indonesia, Rabu, 27 April 2005.

2010.

http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol19692/kepailitan-spv-dalam-transaksi-kikeba-, diakses pada tanggal 15 Januari 2010.

pada tanggal 18 Juni 2009. Ita Kurniasih, Mencermati Aspek True Sale Dalam Sekuritisasi Aset : Suatu Perbandingan, Centre for Finance Investment and Securities Law (CFISEL), Jakarta, 2007.

Bekerjasama Dengan Japan International Cooperation Agency, Panduan Investasi Di Pasar Modal Indonesia, 2003, diakses pada 1 Februari 2010.

IV. Media Masa TV, Koran, Majalah, dan lain-lain.

”Efek Beragun Aset Siap Meluncur dan Menjanjikan Keuntungan”, Warta Ekonomi, 23 Februari 2006.


(6)

Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset, Departemen Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal Proyek Peningkatan Efisiensi Pasar Modal, Studi Tentang Perdagangan Efek Beragun Aset, 2003.

Yunus Edward Manik, “Permasalahan Yuridis Akan Status Hak Kepemilikan Pemegang Unit Penyertaan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset Apabila Dikaitkan Dengan Kepailitan”, Buletin Hukum Perbankan dan Kesentralan 20 Volume 3 Nomor 3, Desember 2005.

Ishwahjudi A. Karim, Prespektif Hukum Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA), KarimSyah Law Firm, Jakarta, 2005.

Suharnoko dan Endah Hartati, Doktrin Subrogasi, Novasi dan Cessie Dalam KUH Perdata, Niew Nederlands Burgelijk Wetboek, Code Civil Perancis dan Common Law, Edisi I cetakan II, Badan Penerbit Fakultas Hukum Indonesia, 2005.