Pengalihan Aset dari Kreditur Awal kepada Manajer Investasi

BAB III KEDUDUKAN HUKUM PEMEGANG UNIT PENYERTAAN KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF EFEK BERAGUN ASET

A. Pengalihan Aset dari Kreditur Awal kepada Manajer Investasi

Efek Beragun Aset didukung oleh aset yang dibeli oleh Manajer Investasi dan dicatat atas nama Bank Kustodian untuk kepentingan pemegang Efek Beragun Aset. Kontrak tersebut wajib didukung dengan pendapat Konsultan Hukum yang terdaftar di Bapepam yang menyatakan bahwa hak pemegang Efek Beragun Aset adalah sesuai dengan yang dimuat dalam Dokumen Keterbukaan Efek Beragun Aset. 105 105 Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset, Op.Cit., hlm. 13. Pemegang Efek Beragun Aset wajib menandatangani pernyataan bahwa yang bersangkutan telah menerima dan membaca Dokumen Keterbukaan Efek Beragun Aset, sebelum membeli Efek Beragun Aset. Pengalihan aset tersebut dilakukan mengacu pada Pasal 613 Kitab Undang- undang Hukum KUH Perdata. Untuk mengikat debitur, originator perlu melakukan pemberitahuannotifikasi kepada si berutangdebitur mengenai penyerahan piutang sesuai Pasal 613 KUH Perdata. Dengan pengalihan aset dimaksud, kepentingan pemegang Efek Beragun Aset dilindungi dan sekaligus terhindar dari ketentuan Pasal 1131 KUH Perdata yang menentukan bahwa segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk Universitas Sumatera Utara segala perikatannya tidak termasuk asetpiutang yang telah dialihkan dalam rangka Efek Beragun Aset. 106 Dalam pengalihan aset keuangan berupa tagihan dalam KIK-EBA ada 2 jenis transaksi pengalihan yang dapat dilakukan oleh para pihak yaitu: 107 2. Transaksi pass-trough atau true sale yaitu pengalihan tagihan dengan sistem jual lepasjual putus, dalam transaksi ini originator menjual putus tagihan yang dimilikinya kepada para investor, sehingga tagihan sepenuhnya menjadi milik investor termasuk resiko gagal bayar terhadap kreditur. Dalam transaksi ini yang harus diperhatikan adalah peralihan tagihan dari originator kepada investor. Pasal 613 KUH Perdata mensyaratkan adanya cessie untuk penyerahan terhadap piutang-piutang atas nama dan adanya kewajiban untuk memberitahukan kepada para 1. Transaksi pay-through atau with recourse yaitu pengalihan tagihan dari originator kepada investor dimana resiko gagal bayar terhadap tagihan yang dialihkan tetap berada ditangan originator, sehingga jika terjadi gagal bayar, maka originator wajib mengganti dengan tagihan yang dimilikinya dari debitur lain. Dalam transaksi ini tagihan masih menjadi milik originator. Jadi dalam transaksi ini secara hukum tidak terjadi peralihan hak atas tagihan, hanya manfaat ekonomis dari tagihan tersebut yang beralih kepada investor. 106 Ibid. hlm. 14. 107 Ishwahjudi A. Karim, Op.Cit., hlm. 3-4. Universitas Sumatera Utara debitur atas perpindahan tagihan tersebut. Sehingga dalam transaksi true sale ini tidak cukup para pihak hanya membuat perjanjian jual beli tagihan saja akan tetapi memerlukan satu akta cessie tersendiri yang dapat dibuat secara notariil maupun dibawah tangan dan diperlukan adanya pemberitahuan kepada para debitur. Kalau di Indonesia, ketentuan Cessie terdapat dalam Buku II Pasal 613 Kitab Undang-Undang Perdata, 108 dimana dalam ketentuan Pasal tersebut diatur bahwa penyerahan piutang atas nama dan kebendaan tak bertubuh lainnya dilakukan dengan membuat akta otentik atau di bawah tangan. Agar penyerahan tersebut berakibat hukum bagi debitor maka penyerahan tersebut diberitahukan kepada debitor. Mengenai pemberitahuan kepada debitor timbul perdebatan ada yang berpendapat tidak perlu pemberitahuan kepada debitur karena peralihan kepemilikan atas piutang dari kreditur awal kepada kreditur baru SPV adalah sah dengan adanya akta pengalihan cessie sehingga cessie ini merupakan jurisdische levering sebagaimana dimaksud Pasal 584 KUH Perdata. 109 108 Pasal 613 KUH Perdata. Penyerahan akan piutang atas nama dan kebendaan tak bertubuh lainnya, dilakukan dengan jalan membuat akta otentik atau dibawah tangan dengan mana hak atas kebendaan dilimpahkan kepada orang lain; Penyerahan tsb bagi si berutang tidak ada akibatnya melainkan setelah penyerahan itu diberitahukan kepadanya atau secara tertulis disetujui dan diakuinya; Penyerahan tiap piutang karena surat bawa dilakukan dengan penyerahan surat itu, penyerahan piutang karena surat tunjuk dilakukan dengan penyerahan surat disertai dengan endosemen. 109 Pasal 584 KUH Perdata. Hak milik atas suatu barang tidak dapat diperoleh selain dengan pengambilan untuk dimiliki, dengan perlekatan, dengan lewat waktu, dengan pewarisan, baik menurut undang-undang maupun menurut surat wasiat, dan dengan penunjukan atau penyerahan berdasarkan suatu peristiwa perdata untuk pemindahan hak milik, yang dilakukan oleh orang yang berhak untuk berbuat terhadap barang itu. Namun ada yang berpendapat perlu dilakukan pemberitahuan kepada debitur karena pemberitahuan Universitas Sumatera Utara ini penting untuk menghalangi terjadinya set-off perjumpaan utang sebagaimana dalam Pasal 1431 KUH Perdata. 110 Selain itu juga agar memiliki dampak hukum bagi debitor karena dengan pemberitahuan kepada debitor maka debitor terikat untuk membayar kepada kreditur baru bukan kepada kreditur lama. 111 Selain itu juga sejalan dengan pengaturan yang ada di negara lain yaitu di Belanda, Jerman, Singapura, Rumania. Untuk mendapatkan pengalihan piutang yang efektif mungkin dapat dicontoh ketentuan pemberitahuan kepada debitur sebagaimana diatur di Rumania yaitu bisa dilakukan melalui elektronik. Kemudian kalau kewajiban pemberitahuan kepada debitur ini dalam prakteknya tidak mudah dilaksanakan kita juga dapat mencontoh ketentuan yang diterapkan di Jerman tanpa memerlukan persetujuan dari debitur dengan memberikan tiga alternatif yaitu jika originator sebagai service agent atau jika data tersebut tanpa menyebutkan nama debitur atau jika pihak ketiga secara tertulis menyatakan setuju untuk menjaga kerahasiaan atas data tersebut. Kemudian sebagai akibat adanya peralihan piutang maka segala jaminan baik jaminan hak tanggungan maupun fidusia ikut beralih karena hukum dan peralihan jaminan didaftarkan oleh kreditur baru serta diberitahukan kepada pemberi fidusia. 112 110 Pasal 1431 KUH Perdata. Seorang debitur yang secara murni dan sederhana telah menyetujui pemindahan hak-hak yang dilakukan oleh kreditur kepada seorang pihak ketiga, tak boleh lagi menggunakan terhadap pihak ketiga ini suatu perjumpaan utang yang sedianya dapat diajukan kepada kreditur sebelum pemindahan hak-hak tersebut. Pemindahan hak-hak yang tidak disetujui oleh debitur, tetapi telah diberitahukan kepadanya, hanyalah menghalangi perjumpaan utang-utang yang lahir sesudah pemberitahuan tersebut. Mengenai 111 http:cfisel.blogspot.com200708true-sale-dalam-sekuritisasi-aset.html , diakses pada tanggal 18 Juni 2009. 112 Lihat Pasal 16 UU No. 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda yang berkaitan dengan Tanah, jo Pasal 19 UU No. 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Universitas Sumatera Utara pendaftaran dan pemberitahuan tersebut akan menambah biaya bagi kreditur baru, dapat dicontoh ketentuan yang ada di Jerman dimana dalam perjanjian pengalihan piutang tersebut diatur bahwa originator tetap sebagai pemegang atas jaminan tersebut dikantor pendaftaran tapi sebagai fiduciary untuk SPV sepanjang utang tersebut masih berlangsung. Selanjutnya, mengingat Burgerlijk Wetboek di Belanda mengalami perubahan maka seharusnya Indonesia juga melakukan perubahan atas ketentuan KUH Perdata kita. Adapun hal yang perlu diubah dalam ketentuan KUH Perdata kita adalah mengenai hak-hak debitur yaitu debitur berhak untuk membela diri dan debitur berhak untuk membatalkan atau mengenyampingkan tindakan hukum yang lahir dari piutang tersebut terhadap kreditor lama karena ketidakcakapan dari kreditur baru. 113 Dalam proses penerbitan EBA atau ABS oleh Trustee, pengalihan piutang dari Originator kepada Issuer dilakukan dengan cara penyerahan hak milik mutlak melalui suatu Declaration of Trusts. Melalui pernyataan Trusts tersebut, Trustee yang terbentuk, yang menerima penyerahan hak milik atas piutang tersebut demi hukum menjadi pemilik dari piutang-piutang yang dialihkan. Originator tidak lagi mempunyai hak apapun yang terkait dengan piutang-piutang yang diserahkan kepada Trustee tersebut. Dalam konteks yang demikian, maka Declaration of Trusts yang dibuat haruslah bersifat irrevocable, dengan pengertian tidak boleh dibatalkan, dicabut kembali atau ditarik kembali secara sepihak oleh Originator. Sifat irrevocable dari pernyataan Trusts tersebut 113 Ita Kurniasih, Mencermati Aspek True Sale Dalam Sekuritisasi Aset : Suatu Perbandingan, Centre for Finance Investment and Securities Law CFISEL, Jakarta, 2007, diakses melalui http:cfisel.blogspot.com200708true-sale-dalam-sekuritisasi-aset.html , pada tanggal 18 Juni 2009. Universitas Sumatera Utara menciptakan kepastian bahwa harta kekayaan dalam bentuk piutang yang disekuritisasikan tersebut tidak pernah kembali lagi ke dalam pemilikan Originator. Sehubungan dengan pengalihan hak milik dalam hukum, dalam tradisi hukum Common Law dikenal adanya 2 jenis proses pengalihan asset, yaitu: 114 Pengalihan piutang pada negara common law maupun civil law terdapat tiga cara yaitu: Assignment, Novasi dan Subpartisipasi Subpartisipasi di Inggris di sebut partisipasi. Sedangkan di Indonesia dan Belanda, assignment disebut Cessie, subpartisipasi atau partisipasi disebut subrogasi. Untuk novasi baik di 1. Legal assignment; 2. Beneficial assignment. Legal assignment adalah sutu proses pengalihan asset yang merupakan mengalihkan tidak hanya kepemilikan dalam hukum legal Ownership melainkan juga kepemilikan dalam ekuitas beneficial Ownership; atau dengan kata lain legal assignment mengalihkan kepemilikan sejati atas suatu benda on balance sheet transaction. Sedangkan beneficial assignment hanya mengalihkan kepemilikan manfaat beneficial Ownership dari suatu benda tertentu off balance sheet transaction. Dengan demikian agar piutang-piutang yang dialihkan dari Originator tidak lagi menjadi milik Originator secara utuh, maka proses pengalihan yang harus dilakukan adalah proses pengalihan yang mengambil bentuk legal assignment. 114 Lihat Thomas W Albrecht dan Sarah J. Smith, “Corporate Loan Securitization: Selceted Legal and Regulatory Issues”, 8 Duke J. of Comp. Int’l Law, hlm. 434, diakses dari http:www.legalitas.orgdatabaseartikelperdatasekuritisasi.pdf, 6 Februari 2010. Universitas Sumatera Utara Indonesia, Belanda maupun di Singapura, Jerman dan Inggris, menggunakan istilah yang sama. Adapun perbedaan antara Novasi, Subrogasi dan Cessie adalah : Cessie selalu terjadi karena perjanjian sedangkan subrogasi dapat terjadi karena undang- undang maupun perjanjian. Dalam Assignment atau cessie, utang piutang yang lama tidak hapus hanya beralih kepada pihak ketiga sebagai kreditor baru. Sedangkan dalam subrogasi, utang piutang yang lama hapus untuk kemudian diterbitkan kembali bagi kepentingan kreditor baru. Subrogasi terjadi sebagai akibat pembayaran sedangkan cessie dapat didasarkan atas berbagai peristiwa perdata misalnya jual beli maupun utang piutang. Dalam novasi, utang piutang yang lama hapus dan diganti dengan utang piutang yang baru. Perbedaan lainnya novasi merupakan hasil perundingan segitiga sedangkan dalam subrogasi pihak ketiga membayar kepada kreditor, debitor adalah pihak yang pasif dan dalam cessie, debitor selamanya pasif – hanya diberitahukan tentang adanya penggantian kreditor. 115 Pengalihan aset dalam konteks sekuritisasi pada umumnya melalui cara assignment atau cessie dan jika melalui peristiwa perdata berupa perjanjian jual beli. Pengertian Assignment adalah pengalihan berdasarkan perjanjian dari seseorang disebut assignor kepada orang lain disebut assignee atas sebagian atau seluruh piutang assignor dari pihak ketiga. Assignment dalam hukum common law ada 2 yaitu: 115 Suharnoko dan Endah Hartati, Doktrin Subrogasi, Novasi dan Cessie Dalam KUH Perdata, Niew Nederlands Burgelijk Wetboek, Code Civil Perancis dan Common Law, Edisi I cetakan II, Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Hukum Indonesia, 2005, hlm. 101-102. Universitas Sumatera Utara 1. Legal atau Absolut Assignment adalah pengalihan seluruh hak yang melekat pada harta benda yang dialihkan tersebut. Dalam hal ini, piutang beserta segala hak yang melekat dan meliputi hak tanggungan yang melekat pada piutang KPR. Pengaturan mengenai absolut assignment di Singapura diatur berdasarkan Section 46 Civil Law Act yaitu: 116 any absolute assignement by writing under hand of the assignor, not purpoting to be by way of charge only, of any debt or other legal chose in action of which express notice has been given to the debtor, trustee or other person from whom the assignor would have been entitled to receive or claim such debt or chose in action, shall be and be deemed to have been affectual in law subject to all equities which would have been entitled to priority over the right of the assignee under the law as it existed before the 23rd Juli 1909 to pass and transfer the legal right to such debt or chose in action, from date of such notice, and all legal and other remedies for the same without the concurrence of the assignor. Berdasarkan ketentuan diatas, hal yang penting adalah dalam absolute assignment mengalihkan hanya semua hak yang dimiliki assignor bukan kewajiban assignor dan pemberitahuan kepada si debitor sejak terjadi peralihan piutang tersebut. Jadi, Legal assignment harus memenuhi empat syarat, yaitu: 117 a. Pengalihan atas seluruh hak yang melekat pada harta benda tersebut; b. In writing yaitu pengalihan tersebut wajib untuk dilakukan secara tertulis agar memiliki akibat hukum; c. Pengalihan tersebut terhadap seluruh piutang tidak terhadap sebagian piutang; d. Pemberitahuan secara tertulis kepada debitor. 116 Hairani Saban, Op.Cit., hlm. 41, diakses dari http:cfisel.blogspot.com200708true- sale-dalam-sekuritisasi-aset.html . 117 Gunawan Widjaja dan E. Paramitha Sapardan, Op.Cit., hlm. 37-38. Universitas Sumatera Utara 2. Equitable Assignment Sama halnya dengan absolute assignment dimana equitable assignment juga hanya mengalihkan hak yang dimiliki assignor tapi tidak mengalihkan kewajiban kepada assignee buyer. Dalam equitable assignment, penjualassignor akan mengalihkan sebagian hak dalam piutangnya atau memilih tindakan- tindakan yang diijinkan oleh penjual kepada pembeli. Dalam equitable assignment juga diperlukan pemberitahuan kepada debitor tetapi penjual masih harus bertanggung jawab atas penagihan piutang kepada debitor. Si pembeli dapat melakukan recourse kepada debitor untuk hal-hal yang berhubungan dengan beneficial interest dari sebagian piutang yang telah dialihkan tersebut dan dalam hal claim kepada debitor yang berwenang untuk mengklaim adalah si penjual. 118 Secara rinci, materi muatan baru dalam penyempurnaan peraturan Nomor IX.K.1 tentang Pedoman Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset asset backed securities yang dimaksud untuk mempertegas sifat true sale, pada pengalihan aset keuangan dari kreditur awal ke KIK EBA. Penambahan ketentuan yang dimaksud, yakni aset yang membentuk portofolio kontrak investasi efek beragun aset diperoleh dari kreditur awal melalui jual beli atau tukar menukar putus atau lepas, dalam hal aset yang membentuk 118 Hairani Saban, Op.Cit., hlm. 42-44, diakses dari http:cfisel.blogspot.com200708true-sale-dalam-sekuritisasi-aset.html . Universitas Sumatera Utara portofolio kontrak investasi kolektif efek beragun aset, yang penerbitannya didasarkan pada aset keuangan yang telah dialihkan dari kreditur awal. Maka kreditur awal hanya dapat melakukan jual beli atau tukar menukar putus atau lepas dimaksud paling banyak 10 persen dari nilai aset keuangan yang dialihkannya tersebut. 119 Dari penjelasan yang diberikan di atas dapat diketahui bahwa jika dalam proses penerbitan EBA atau ABS melalui Trusts cukup dilakukan melalui suatu pernyataan Trusts oleh Originator, maka dalam proses penerbitan EBA atau ABS oleh SPV harus dilaksanakan melalui jual beli putus true sale. Jual beli tersebut dilakukan oleh dan antara Originator sebagai penjual piutang dan SPV sebagai pihak pembeli piutang yang selanjutnya mensekuritisasikan piutang-piutang tersebut menjadi EBA atau ABS yang dijual kepada investor. Dalam tradisi hukum Eropa Kontinental secara umum dapat dikatakan bahwa agar jual beli yang dilakukan oleh Originator dengan SPV dapat dikatakan suatu true sale, maka jual beli yang dilakukan harus merupakan jual beli yang bersifat “arms length”, tanpa hak regres without recourse, dan dilakukan untuk seluruh nilai piutang. Ketiga hal tersebut perlu dan harus dilakukan untuk menghindari masuknya kembali piutang-piutang yang telah dijual tersebut ke dalam harta kekayaan Originator. Penjualan bersifat “arms length” diperlukan untuk menghindari terjadinya Actio 119 http:bisnis.vivanews.comnewsread11790bapepam_lk_sempurnakan_aturan_kik_eb a , diakses pada tanggal 3 Januari 2010. Universitas Sumatera Utara Pauliana 120 Di Indonesia selain ketiga hal tersebut di atas, pembelian piutang juga harus disertai dengan proses penyerahan atau penunjukan sebagaimana diatur dalam Pasal 613 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. yang dapat membatalkan jual beli yang telah dilakukan. Konsepsi tanpa hak regres ditujukan agar piutang yang dijual tidak dapat dikembalikan ke dalam harta kekayaan Originator dan karenanya memberikan dan menciptakan kepastian hukum mengenai pemilik piutang tersebut. Sedangkan pembelian untuk seluruh nilai piutang diperlukan agar SPV memperoleh seluruh hak yang terkait dengan piutang yang dibeli tersebut, khususnya hak jaminan baik jaminan perorangan maupun jaminan kebendaan yang melekat pada piutang tersebut. 121 Dari ketentuan Pasal 613 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tersebut jelaslah bahwa pembelian piutang-piutang atas nama harus diikuti dengan Sebelum penyerahan tersebut dilakukan, SPV sebagai pembeli belumlah menjadi pemilik piutang yang dibeli tersebut. Pasal 613 Penyerahan piutang-piutang atas nama dan barang-barang lain yang tidak bertubuh, dilakukan dengan jalan membuat akta otentik atau di bawah tangan yang melimpahkan hak-hak atas barang-barang itu kepada orang lain. Penyerahan ini tidak ada akibatnya bagi yang berutang sebelum penyerahan itu diberitahukan kepadanya atau disetujuinya secara tertulis atau diakuinya. Penyerahan surat-surat utang atas tunjuk dilakukan dengan memberikannya; penyerahan surat utang atas perintah dilakukan dengan memberikannya bersama endosemen surat itu. 120 Di Indonesia, Actio Pauliana diatur dalam Pasal 1341 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Pasal 41 Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. 121 Lihat Pasal 1459 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan “Hak milik atas barang yang dijual tidak pindah kepada pembeli selama barang itu belum diserahkan menurut Pasal 612, 613 dan 616”. Universitas Sumatera Utara pembuatan akta cessie yaitu akta yang memuat mengenai identitas piutang- piutang yang dialihkan pemilikannya dari Originator sebagai penjual kepada SPV sebagai pembeli. Pemberitahuan kepada debitor piutang tersebut tidak lain hanya bertujuan agar debitor tersebut mengetahui bahwa ia selanjutnya berkewajiban untuk membayar kepada pembeli piutang sebagai kreitor baru dan tidak lagi kepada penjual piutang kreditor lama. 122 122 Pasal 613 ayat 2 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata . Bahkan dalam “Effectisering van Vorderingen Securitisation” 1 FGB Graaf menyatakan bahwa penyerahan piutang tersebut sebaiknya tanpa kerjasama dan atau pemberitahuan kepada debitor piutang. Dalam proses Sekuritisasi di mana Originator adalah pihak yang dipercaya untuk tetap melakukan “collection” dari piutang-piutang yang telah dijual tersebut, pemberitahuan yang demikian tidaklah diperlukan. Selanjutnya jika piutang-piutang tersebut adalah piutang atas tunjuk atau kepada pembawa, maka berlakulah ketentuan Pasal 613 ayat 3 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata. Berkaitan status kepemilikan dari aset jaminan yang dijual oleh kreditur awal true sale kepada special purpose vehicle lembaga trustee sebelum terjadi permohonan kepailitan atas kreditur, maka perlu kiranya dikaji mengenai faktor- faktor hukum yang berkaitan dengan dasar pengalihan piutang tersebut atau alas hak dari pengalihan piutang dan implikasinya terhadap jaminan atas hutang tersebut. Universitas Sumatera Utara Menurut Pasal 584 KUH Perdata, 123 alas hak dari perolehan hak milik hanya dapat diperoleh dengan cara pemilikan karena perlekatan, karena daluwarsa, karena pewarisan, baik menurut Undang-undang, maupun menurut surat wasiat, dan arena penunjukkan atau penyerahan berdasarkan atas suatu peristiwa perdata. Transaksi yang dilakukan antara kreditur awal sebagai pemilik piutang dan manajer investasi secara umum dapat dikategorikan sebagai transaksi jual beli sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 1457 KUH Perdata. 124 Apabila dikaitkan dengan alas hak perolehan hak milik sebagaimana ketentuan Pasal 584 KUH Perdata, maka alas hak dari perolehan hak milik dari manajer investasi adalah adanya penyerahan akibat suatu peristiwa perdata yaitu perjanjian jual beli piutang sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 1533 KUH Perdata. 125 Sehingga peristiwa Perdata yang dalam hal ini perjanjian jual beli piutang antara kreditur awal dengan Manajer Investasi menimbulkan beralihnya hak kepemilikan atas piutang tersebut kepada Manajer Investasi. Namun peristiwa hukum ini secara teoritis belum lengkap, harus ada satu unsure lagi yang harus dilengkapi yaitu penyerahan levering atas objek jual beli piutang tersebut. 126 Hal ini dapat dilihat dari ketentuan Pasal 1459 yang berbunyi : 127 123 Pasal 584 KUH Perdata 124 Pasal 1457 KUH Perdata 125 Yunus Edward Manik, Op.Cit., hlm. 27. 126 Ibid. 127 Pasal 1459 KUH Perdata Hak Milik atas barang yang dijual tidaklah berpindah kepada si Pembeli, selama penyerahannya belum dilakukan menurut Pasal 612, 613 dan 616. Universitas Sumatera Utara Dengan demikian dalam sistem B.W levering merupakan suatu perbuatan yuridis guna memindahkan hak milik transfer of the ownership. Menurut Pasal 613 ayat 1 dan 2 KUH Perdata, piutang atas nama sebagai jenis surat berharga berbentuk op naam harus diserahkan dengan cara cessie, yaitu dengan membuat akta pengalihan dan harus diberitahukan kepada atau disetujui oleh pihak debitur atau penjual. 128 Dalam Pasal 16 Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 ditentukan bahwa manakala piutang terhadap mana hak tanggungan diberikan, maka jika terjadi peralihan piutang dengan cara cessie, subrogasi, pewarisan, atau sebab-sebab lain seperti merger, maka hak tanggungan tersebut ikut juga beralih “demi hukum” kepada kreditur yang baru. Hanya saja Undang-Undang Hak Tanggungan mensyaratkan bahwa peralihan hak tanggungan tersebut harus memenuhi syarat administratif berupa pendaftaran oleh Kreditur yang baru kepada kantor pertanahan. 129 Menurut Pasal 16 ayat 3 dari Undang-Undang Hak Tanggungan, Kantor Pertanahan dalam hal ini bertugas untuk mencatat peralihan hak tanggungan tersebut dalam: 130 2 buku hak atas tanah yang menjadi objek hak tanggungan; 1 buku tanah hak tanggungan; 3 sertifikat hak tanggungan, dan 128 Yunus Edward Manik, Op.Cit., hlm. 27. 129 Ibid. 130 Ibid. hlm. 28. Universitas Sumatera Utara 4 sertifikat hak atas tanah yang menjadi objek hak tanggungan. Apabila dalam peralihan piutang untuk mana diterbitkan asset backed securities, selama belum diatur lain oleh peraturan khusus lainnya, maka prosedur pendaftaran dan pencatatan sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang Hak Tanggungan haruslah dipenuhi. 131

B. Kedudukan Hukum Pemegang Unit Penyertaan KIK EBA Atas Aset