Pendahuluan Tinjauan Umum Akad Mudharabah, Fatwa Dewan Syariah

Pustaka, Kerangka Teori, Metode Penelitian serta Sistematika Penulisan.

BAB II Tinjauan Umum Akad Mudharabah, Fatwa Dewan Syariah

Nasional, dan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah FPJPS, bab ini membahas tentang pengertian, landasan syariah, rukun dan syarat, jenis-jenis, prinsip kontrak, skema, dan pendapat ulama tentang mudharabah, dan tinjauan umum mengenai fatwa yang meliputi pengertian, dasar hukum, kedudukan, dan syarat fatwa, serta mengenai kebijakan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah FPJPS dalam literatur syariah meliputi pengertian dan konsep dasar FPJPS, pengaturan FPJPS, karakteristik FPJPS, perkembangan FPJPS sampai saat ini dan praktek fasilitas pendanaan likuiditas oleh Bank Sentral di Negara lain. BAB III Gambaran Umum Terhadap Bank Indonesia sebagai Lembaga Otoritas yang Menaungi Kebijakan FPJPS, bab ini membahas sekilas tentang profil singkat Bank Indonesia sebagai lembaga otoritas jasa keuangan yang menaungi kebijakan FPJPS dan sejarah lahirnya kebijakan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah FPJPS. BAB IV Konsep dan Mekanisme Akad Mudharabah dalam Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah FPJPS , merupakan bagian pembahasan mengenai analisa penerapan akad mudharabah dalam FPJPS mulai dari ketentuan umum akad mudharabah berdasarkan Fatwa No: 07DSN-MUIIV2000, ketentuan umum akad mudharabah dalam kebijakan FPJPS, serta analisa penerapan akad mudharabah berdasarkan Fatwa No: 07DSN-MUIIV2000 dalam kebijakan FPJPS. BAB V Penutup Merupakan bagian terakhir penulisan yang akan menunjukkan pokok- pokok penting dari keseluruhan pembahasan ini. Bagian ini menunjukkan jawaban ringkas dari permasalahan yang dibahas pada bagian permasalahan di atas yang berisi kesimpulan dan saran. 19

BAB II LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Mudharabah

1. Pengertian

Mudharabah berasal dari akronim, “Ad-dhorbu fi’l ardhi”, bepergian untuk berdagangan. Sinonim kata ini ialah qiradh, yang berasal dari kata Al- Qardhu atau potongan, karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagian keuntungannya, dan sering pula disebut dengan kata muamalah. Menurut Imam Syafi’i, Qiradh menurut logat, artinya seseorang pergi berdagang. Menurut istilah harta yang diserahkan kepada seseorang supaya diperdagangkan, sedang keuntungan dibagi bersyarikat antara keduanya. 1 Secara terminologi, ulama fikih mendefinisikan mudharabah atau qiradh dengan, “Pemilik modal menyerahkan modalnya kepada pekerja pedagang untuk diperdagangkan, sedangkan keuntungan dagang itu dibagi menurut kesepakatan bersama.” Apabila terjadi kerugian dalam perdagangan tersebut, kerugian ini ditanggung sepenuhnya oleh pemilik modal. Definisi ini 1 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 13, terjemahan Kamaluddin A. Marzuki, Bandung: Al-Ma’arif, 1987, h. 31 20 menunjukkan bahwa yang diserahkan kepada pekerja ahli dagang tersebut adalah berbentuk modal, bukan manfaat seperti penyewaan rumah. 2 Menurut Nabil A. Saleh, hampir seluruh aliran hukum dalam hukum Islam mengartikan mudharabah dalam pengertian: A contract between at least two parties whereby one party, called the investor rabb Al-mal enturst money to the other party called the agent-manager mudharib who is to trade with it in an agreed manner and then return to the investor the principal and a preagreed share of the profit and keep for him self what remains of such profits. 3 Menurut Abdur Rahman L. Doi, mudharabah dalam terminologi hukum adalah suatu kontrak di mana suatu kekayaan property atau persediaan stock tertentu Ras Al-mal ditawarkan oleh pemiliknya atau pengurusnya Rabb Al- mal kepada pihak lain untuk membentuk suatu kemitraan joint partnership yang diantara kedua pihak dalam kemitraan itu akan berbagi keuntungan. Pihak yang lain berhak untuk memperoleh keuntungan karena kerjanya mengelola kekayaan itu. Orang ini disebut mudharib. Perjanjian ini adalah suatu contract of co-partnership . 4 2 Abdul Azis Dahlan, et.al., Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 4, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996, h. 1196. 3 Sutan Remi Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia , Jakarta: PT. Temprint, 1999, h. 29 4 Sutan Remi Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia , Jakarta: PT. Temprint, 1999, h. 29