37
Kerugian dalam mudharabah adalah ketidakmampuan mudharib dalam membayar cicilan pokok senilai pembiayaan yang telah diterimanya
atau jumlah seluruh cicilan lebih kecil dari pembiayaan yang telah diterimanya. Kerugian ditanggung oleh pemilik modal, kecuali akibat:
a. Nasabah melanggar syarat yang telah disepakati;
b. Nasabah lalai dalam menjalankan modalnya;
25
Pemilik modal tidak boleh mensyaratkan kepada mudharib untuk menanggung kerugian yang akan terjadi, karena ia adalah orang yang
mendapatkan amanah amin sedangkan orang yang mendapatkan amanah tidak menanggung atas suatu kerugian. Dan apabila terjadi kesepakatan yang
demikian, maka akad qiradh menjadi rusak fasid karena menyalahi aturan dalam qiradh.
26
Akad mudharabah dinyatakan berakhir atau batal dalam hal-hal sebagai berikut: a.
Masing-masing pihak menyatakan batal, atau pekerja dilarang untuk bertindak hukum terhadap modal yang diberikan, atau pemilik modal
menarik modalnya. b.
Salah seorang yang berakad meninggal dunia.
25
Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2004, h. 74
26
Ash-Shadiq Abdurrahman Al-Gharyani, Fatwa-Fatwa Muamalah Kontemporer, Surabaya: Penerbit Pustaka Progressif, 2004, h. 98
38
c. Salah seorang yang berakad gila, karena orang gila tidak cakap lagi
bertindak hukum. d.
Pemilik modal murtad keluar dari agama Islam, menurut Imam Abu Hanifah, akad mudharabah batal.
27
e. Modal habis ditangan pemilik modal sebelum dikelola oleh mudharib.
B. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah FPJPS
1. Pengertian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah FPJPS
FPJPS adalah fasilitas pembiayaan dari Bank Indonesia kepada bank syariah yang hanya dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan. FPJPS
mempunyai tujuan sebagai penyediaan plafond pendanaan yang hanya dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek. Kesulitan
jangka pendek adalah keadaan yang disebabkan oleh terjadinya arus dana masuk yang lebih kecil dibandingkan dengan arus dana masuk yang lebih kecil
dibandingkan dengan arus dana keluar. FPJPS hanya dapat diberikan maksimum sebesar kewajiban yang tidak dapat diselesaikan oleh bank syariah pada saat
penyelesaian akhir.
28
27
Abdul Azis Dahlan, et.al., Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 4, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996, h. 1198.
28
Wirdyaningsih, et.al., Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2005, h. 152
39
2. Konsep Dasar Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah FPJPS
Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistim keuangan
melalui fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort LLR. LLR atau lender of the last resort inilah yang menjadi konsep dasar dari
penetapan FPJPS. Konsep dasar FPJPS ini merupakan konsep LLR Lender of The Last Resort
. Lender of the last resort
LLR dapat didefinisikan sebagai fasilitas likuiditas yang diberikan secara diskresioner kepada suatu lembaga keuangan
atau pasar secara keseluruhan oleh bank sentral sebagai respon terhadap suatu gejolak yang mengganggu, yang menimbulkan peningkatan permintaan yang
berlebihan terhadap likuiditas yang tidak dapat dipenuhi dari sumber alternatif Freixas et al., 1999. Konsep LLR bermula pada awal abad ke 19 oleh Henry
Thornton 1802 yang mengemukakan elemen-elemen dasar praktik bank sentral yang baik dalam kaitannya dengan pemberian pinjaman darurat. Kemudian,
Walter Bagehot 1873, yang lebih dikenal sebagai peletak teori LLR modern mengembangkan karya Thornton meskipun sama sekali tidak merujuk
namanya. Bagehot mengemukakan tiga prinsip pemberian LLR yakni: i beri pinjaman jika didukung dengan agunan yang memadai hanya untuk bank
solven; ii beri pinjaman dengan suku bunga pinalti hanya untuk bank