Ketentuan Umum Akad Mudharabah Berdasarkan Fatwa No: 07DSN-

7. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada jaminan, namun agar mudharib tidak melakukan penyimpangan, shahibul maal dapat meminta jaminan dari mudharib atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila mudharib terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad. Hal ini disebut dengan istilah jaminan khianat, diperbolehkan oleh ulama mazhab Maliki dan Islamic Fiqh Academy, begitu juga dengan jaminan dari pihak ketiga. 1 8. Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan, dan mekanisme pembagian keuntungan diatur oleh shahibul maal dengan memperhatikan fatwa DSN. 9. Biaya operasional dibebankan kepada mudharib. 10. Dalam hal penyandang dana tidak melakukan kewajiban atau melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan, mudharib berhak mendapat ganti rugi atau biaya yang telah dikeluarkan. • Rukun dan Syarat Pembiayaan 2 1. Shahibul maal dan mudharib harus cakap hukum 2. Pernyataan ijab dan kabul Î dengan memperhatikan: a. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak akad. b. Penerimaan dan penawaran dilakukan pada saat kontrak. 1 Ahmad Kamil dan M. Fauzan, Kitab Undang-Undang Hukum Perbankan dan Ekonomi Syariah , Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007, h. 352 2 Zainul Arifin, Produk Bank Syariah, Jakarta: Pelatihan Dasar Perbankan Syariah Bank Indonesia, 2007, h. 39 c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern. 3. Modal ialah sejumlah uang danatau asset yang diberikan oleh shahibul maal kepada mudharib untuk tujuan usaha dengan syarat: a. Harus diketahui jumlah dan jenisnya b. Dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika dalam bentuk asset, harus dinilai pada waktu akad c. Tidak berbentuk piutang dan harus dibayarkan kepada mudharib, baik secara bertahap maupun tidak, sesuai dengan kesepakatan dalam akad. 4. Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan dari modal, dengan syarat yang harus dipenuhi: a. Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh disyaratkan untuk satu pihak. b. Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam bentuk prosentasi nisbah dari keuntungan sesuai kesepakatan. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan. c. Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah, dan pengelola tidak boleh menanggung kerugian apapun kecuali diakibatkan dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan. 5. Kegiatan usaha oleh pengelola mudharib sebagai perimbangan modal yang disediakan oleh penyedia dana, harus memperhatikan: a. Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib, tanpa campur tangan penyedia dana, tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan pengawasan. b. Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola sedemikian rupa yang dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharabah, yaitu keuntungan. c. Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syariah Islam dalam tindakannya yang berhubungan dengan mudharabah, dan harus mematuhi kebiasaan yang berlaku dalam aktifitas itu. • Beberapa Ketentuan Hukum Pembiayaan 1. Mudharabah boleh dibatasi pada periode tertentu. 2. Kontrak tidak boleh dikaitkan mu’allaq dengan kontrak sebuah kejadian di masa depan yang belum terjadi. 3. Pada dasarnya dalam mudharabah tidak ada ganti rugi, karena pada dasarnya akad ini bersifat amanah yad al-amanah, kecuali akibat dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan. Jika memang modal tersebut habis bukan karena kelalaian pihak mudharib, maka ia tidak memiliki tanggung jawab untuk menggantinya. Karena pada hakekatnya, mudharib merupakan wakilpengganti dari pemilik dana dalam mengelola modal tersebut, mudharib tidak berkewajiban mengganti jika bukan karena kelalaian. 3 3 Ahmad Kamil dan M. Fauzan, Kitab Undang-Undang Hukum Perbankan dan Ekonomi Syariah , Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007, h. 352 4. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan diantara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

B. Ketentuan Umum Akad Mudharabah dalam Kebijakan FPJPS

Dalam Bab II Persyaratan dan Tata Cara Permohonan FPJPS PBI No. 1124PBI2009, Pasal 3 disebutkan bahwa ”FPJPS yang diterima oleh Bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 berdasarkan akad Mudharabah”. Akad mudharabah tersebut dijelaskan berdasarkan Bab I Ketentuan Umum PBI No. 1124PBI2009, bahwa mudharabah adalah perjanjian antara pemilik dana dengan pengelola dana untuk memelihara likuiditas Bank. 1. Pemenuhan rukun dan syarat mudharabah dalam FPJPS: a. Yang bertindak sebagai shahibul maal pemilik dana adalah Bank Indonesia. 4 b. Yang bertindak sebagai mudharib pengelola adalah Bank Umum Syariah, yang selanjutnya disebut Bank, yang mengalami kesulitan pendanaan jangka pendek. 5 4 Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 5 Kesulitan pendanaan jangka pendek adalah suatu kondisi yang dialami Bank yaitu arus dana masuk lebih kecil dibandingkan denga arus dana ke luar yang dapat menimbulkan tidak terpenuhinya kewajiban GWM dalam mata uang rupiah pada Bank. c. Pernyataan ijab dan kabul di nyatakan dalam pasal 10 ayat 2 PBI No. 1124PBI2009; ”Persetujuan pemberian FPJPS sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dituangkan dalam perjanjian pemberian FPJPS antara Bank Indonesia dengan Bank penerima FPJPS ”. d. Modal yang diberikan dinyatakan dalam Pasal 2 ayat 3, Pasal 2 ayat 4, dan Pasal 10 ayat 4 PBI No. 1124PBI2009, yang masing-masing disebutkan; Pasal 2 ayat 3; ”Plafon FPJPS diberikan berdasarkan perkiraan jumlah likuiditas sampai Bank memenuhi GWM dalam mata uang rupiah sesuai dengan ketentuan yang berlaku ”. Pasal 2 ayat 4; ”Pencairan FPJPS dilakukan sebesar kebutuhan Bank untuk memenuhi kewajiban GWM dalam mata uang rupiah ”. 6 Pasal 10 ayat 4; ”Realisasi pemberian FPJPS oleh Bank Indonesia dilakukan melalui rekening giro rupiah Bank yang bersangkutan pada Bank Indonesia ”. e. Keuntungan mudharabah disebutkan dalam Bab III Perhitungan Imbalan PBI No. 1124PBI2009; 6 Persentase giro wajib minimum GWM di Bank Indonesia dalam Rupiah ditetapkan sebesar 5 dari Dana Pihak Ketiga DPK dalam Rupiah; Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah , Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005, h. 56