dengan pemerintah dan melanjutkan fungsi bank komersial yang dilakukan De Javasche Bank sebelumnya.
1968: Undang-Undang Bank Sentral mengatur kedudukan dan tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral, terpisah dari bank-bank lain yang melakukan
fungsi komersial. Selain tiga tugas pokok bank sentral, Bank Indonesia juga bertugas membantu Pemerintah sebagai agen pembangunan mendorong
kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup rakyat.
1999: Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia, sesuai dengan UU No. 231999 yang menetapkan tujuan tunggal Bank Indonesia yaitu mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. 2004: Undang-Undang Bank Indonesia diamandemen dengan fokus pada aspek
penting yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia, termasuk penguatan governance.
2008: Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang PerPPU No.2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas sistem keuangan. Amandemen dimaksudkan untuk
meningkatkan ketahanan perbankan nasional dalam menghadapi krisis global melalui peningkatan akses perbankan terhadap Fasilitas Pembiayaan Jangka
Pendek dari Bank Indonesia.
6. Peran BI terhadap Bank Syariah
Berdasarkan UU Perbankan yang diubah, yang ditindaklanjuti dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 3234KEPDIR dan Surat Keputusan
Direksi Bank Indonesia Nomor 3236KEPDIR, maka pengawasan umum terhadap Bank Syariah dilakukan oleh Bank Indonesia, sama seperti Bank
Konvensional pada umumnya. Bank Indonesia bertindak mengawasi bank syariah selaku pemegang otoritas dan pengawas bank. Di samping itu, secara internal
bank syariah diawasi pula oleh Dewan Komisaris, Dewan Pengawas, atau Pengawas Bank yang bersangkutan.
6
Berlakunya UU No. 10 Tahun 1998 menunjukkan komitmen Bank Indonesia dalam pengakuan dan pengembangan akan keberadaan bank syariah dan bank
konvensional di tanah air. Tidak lama setelah itu, Bank Indonesia membentuk komite pengarah, komite ahli, dan komite kerja pengembangan perbankan
syariah. Komite-komite inilah yang merumuskan Cetak Biru pengembangan perbankan syariah di Indonesia sampai pada tahun 2011 yang kemudian menjadi
program kerja di Biro Perbankan Syariah yang sekarang menjadi Direktorat Perbankan Syariah.
7
Adapun tahapan dalam realisasi Blue Print BI 2002-2011 adalah:
6
Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan Islam di Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002, h. 57
7
Miftakhussurur, Kebijakan Perbankan Bank Indonesia dalam Upaya Meningkatkan Aset Perbankan Syariah, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Vol. 1, No. 2, Juni 2007, h. 50-51
a. Tahap pertama 2002-2004, dalam tahap ini inisiatif-inisiatif difokuskan untuk meletakkan landasan yang kuat bagi pertumbuhan perbankan syariah
yang sehat dan berkelanjutan. b. Tahap kedua 2004-2008, dalam tahap ini, fokus sasaran yang ingin dicapai
adalah memperkuat struktur industri perbankan syariah. c. Tahap ketiga 2008-2011, pada tahap ini, semua stakeholder perbankan
syariah harus berupaya untuk meningkatkan standar kinerja keuangan dan kualitas pelayanan bank syariah setingkat dengan bank-bank syariah
internasional.
7. Posisi Bank Indonesia dalam Skema Ketata-Negaraan Indonesia
Gambar 3.1. Independensi Bank Indonesia dalam Skema Ketatanegaraan
Presiden UU
UU
PBI
KEPAL A
LPND BADAN
NEGARA SETINGKAT
KEMENTRIAN: BANK
MENTERI NEGARA
MENTERI DEPARTEME
N DEPKEU
MENTERI KOORDINAT
OR
PEMERINTAH PUSAT