41
4. Karakteristik Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah FPJPS
Karakteristik FPJPS sebagai berikut : a.
Merupakan pelaksanaan fungsi Bank Indonesia sebagai The Lender of Last Resort;
b. Diberikannya FPJPS bagi bank syariah atau unit usaha syariah Bank
Konvensional yang mengalami kesulitan pendanaan jangka pendek karena system kliring danatau karena pemakaian fasilitas pendanaan dalam rangka
Real Time Gross Settlement RTGTS Bank Indonesia; c.
Bank syariah atau unit usaha syariah Bank Konvensional pemohon harus memenuhi tingkat kesehatan secara keseluruhan “Cukup Sehat” CS
sekurang-kurangnya dalam 3 tiga bulan terakhir dan “Sehat” S dalam permodalan;
d. Bersifat likuid dengan kualitas agunan yang tinggi, mudah dicairkan dan
tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan tercatat di bank Indonesia; e.
Agunan yang dapat dijaminkan berupa Sertifikat Wadiah Bank Indonesia SWBI dan surat berharga lainnya atau tagihan lainnya;
f. Besarnya imbalan FPJPS yang dihitung berdasarkan nilai nominal investasi,
tingkat realisasi imbalan, nisbah bagi hasil Bank Indonesia, dan jumlah penggunaan fasilitas tersebut.
g. Mekanisme Operasional FPJPS; Penggunaan FPJPS dilakukan dengan
alasan karena apabila saldo negatif tersebut tidak dapat ditutup sampai
42
dengan pukul 09.00 WIB hari kerja berikutnya, maka bank tersebut dapat dikenakan sanksi penghentian sementara dari kliring local Bank Indonesia.
Rumus perhitungan besarnya imbalan FPJPS adalah sebagai berikut : X = P x R x k x t360
Keterangan : X = Besarnya imbalan yang diterima Bank Indonesia
P = Jumlah nominal FPJPS R = Realisasi tingkat imbalan sebelum didistribusikan pada bulan terakhir
atas deposito mudharabah 1 bulan bank penerima FPJPS dalam hal deposito mudharobah 3 bulan tidak tersedia.
k = Nisbah bagi hasil Bank Indonesia. t = Jumlah hari kalender penggunaan FPJPS.
5. Perkembangan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah FPJPS
sampai saat ini
Sebagai sebuah negara yang perekonomiannya terbuka, Indonesia tak luput dari imbas krisis keuangan yang berawal dari Amerika Serikat, yang
menerpa negara-negara lainnya, dan kemudian meluas menjadi krisis ekonomi secara global yang dirasakan sejak semester kedua tahun 2008. International
Monetary Fund IMF memperkirakan terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia dari 3,9 pada 2008 menjadi 2,2 pada tahun 2009.
Perlambatan ini tentu saja mempengaruhi kinerja ekspor nasional, yang pada