Perkembangan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah FPJPS

43 akhirnya berdampak kepada laju pertumbuhan ekonomi nasional. Kasus yang masih hangat di benak kita akibat krisis global tersebut adalah pemberian FPJP Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek bagi Bank Century. Eksposure pembiayaan perbankan syariah yang masih lebih diarahkan kepada aktivitas perekonomian domestik, sehingga belum memiliki tingkat integritas yang tinggi dengan sistem keuangan global dan belum memiliki tingkat sofistikasi yang tinggi adalah dua faktor yang “menyelamatkan” bank syariah dari dampak langsung guncangan ekonomi global. 31 Eksposure pembiayaan perbankan syariah tersebut yang menjadi salah satu indikator yang menjadi alasan belum digunakannya Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah FPJPS oleh Bank Syariah hingga saat ini, bahkan ketika terjadi krisis finansial global. Indikator lain yang menjadi alasan belum digunakannya Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah FPJPS adalah pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia yang cukup baik, yang tergambar dalam Tabel Rasio 32 Keuangan Bank Syariah dan Bank Umum Syariah serta Penempatan pada Bank Indonesia 31 Bank Syariah: Lebih Tahan Krisis Global, diakses pada tanggal 20 Mei 2010 dari http:www.bi.go.idNRrdonlyres2FA608A9-DDFE-4551-884D- D0B9D596557217639Perbankan_Syariah_Lebih_Tahan_Krisis_Global.pdf 32 Dalam mengadakan interpretasi dan analisa laporan finansiil suatu perusahaan, seorang penganalisa finansiil memerlukan adanya ukuran atau “yard-stick” tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisa finansiil adalah “rasio”. Pengertian rasio itu sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam “arithmetical terms” yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data finansiil. 44 di bawah ini, yang menjadi faktor untuk menganalisis tingkat kesehatan Bank Syariah. 33 Dari tabel tersebut, dapat diketahui Bank Umum Syariah memiliki posisi modal yang baik, yang dilihat dari rasio CAR Capital Adiquacy Ratio yang melebihi angka 8. Selain itu dari Financing to Deposit Ratio FDR sebagai perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank, menunjukkan bahwa tingkat likuiditas bank syariah di Indonesia cukup likuid yang ditandai dengan nilai FDR tidak melebihi angka 110. Karena berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.265BPPP besarnya Financing to Deposit Ratio tidak boleh melebihi 110. 34 33 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005, h. 54. 34 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005, h. 55. 47

BAB III PROFIL SINGKAT BANK INDONESIA

A. Gambaran Umum Bank Indonesia sebagai Lembaga Otoritas yang

Menaungi Kebijakan 1. Status dan Kedudukan Bank Indonesia 1 :: Lembaga Negara yang Independen Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. dimulai ketika sebuah undang-undang baru, yaitu UU No. 231999 tentang Bank Indonesia, dinyatakan berlaku pada tanggal 17 Mei 1999 dan sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Republik Indonesia No. 6 2009. Undang-undang ini memberikan status dan kedudukan sebagai suatu lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan Pemerintah danatau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang- undang ini. Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana ditentukan dalam undang-undang tersebut. Pihak luar tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan 1 Status dan Kedudukan Bank Indonesia, diakses pada tanggal 30 Juni 2010 dari http:www.bi.go.idwebidTentang+BIFungsi+Bank+IndonesiaStatus+dan+Kedudukan tugas Bank Indonesia, dan Bank Indonesia juga berkewajiban untuk menolak atau mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dari pihak manapun juga. Status dan kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar Bank Indonesia dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai otoritas moneter secara lebih efektif dan efisien. :: Sebagai Badan Hukum Status Bank Indonesia baik sebagai badan hukum publik maupun badan hukum perdata ditetapkan dengan undang-undang. Sebagai badan hukum publik Bank Indonesia berwenang menetapkan peraturan-peraturan hukum yang merupakan pelaksanaan dari undang-undang yang mengikat seluruh masyarakat luas sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Sebagai badan hukum perdata, Bank Indonesia dapat bertindak untuk dan atas nama sendiri di dalam maupun di luar pengadilan.

2. Dewan Gubernur Bank Indonesia

2 Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Bank Indonesia dipimpin oleh Dewan Gubernur. Dewan ini terdiri atas seorang Gubernur sebagai pemimpin, dibantu oleh seorang Deputi Gubernur Senior sebagai wakil, dan sekurang- kurangnya empat atau sebanyak-banyaknya tujuh Deputi Gubernur. Masa jabatan 2 Dewan Gubernur Bank Indonesia, diakses pada tanggal 30 Juni 2010 dari http:www.bi.go.idwebidTentang+BIDewan+Gubernur