Prinsip Kontrak dan Skema Mudharabah

33 Ada dua faktor yang mempengaruhi bagi hasil, yaitu faktor langsung dan faktor tidak langsung. Faktor Langsung Diantara faktor-faktor langsung direct factors yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah invesment rate, jumlah dana yang tersedia dan nisbah bagi hasil. a. Invesment rate merupakan persentase aktual dana yang diinvestasikan dari total dana. Jika bank menentukan invesment rate sebesar 80 persen, hal ini berarti 20 persen dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas. b. Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung dengan menggunakan salah satu metode yaitu rata- rata saldo minimum bulanan dan rata-rata total saldo harian. Invesment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan, akan menghasilkan jumlah dana aktual yang digunakan. 18 c. Nisbah profit sharing ratio Salah satu ciri mudharabah adalah nisbah yang harus ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian. Besaran nisbah bisa berbeda antara satu pihak dengan pihak lain yang berkontrak. 18 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002, h. 106 34 Faktor tidak Langsung Faktor-faktor tidak langsung yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah: a. Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah 1 Shahibul Maal dan Mudharib akan melakukan share baik dalam pendapatan maupun biaya. Pendapatan yang dibagihasilkan merupakan pendapatan yang diterima setelah dikurangi biaya-biaya; 2 Jika semua biaya ditanggung bank, hal ini disebut revenue sharing . b. Kebijakan akunting prinsip dan metode akunting. Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya. Terkait dengan cara menentukan nisbah bagi hasil yang merupakan aspek yang disepakati bersama antara dua belah pihak yang melakukan transaksi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: a. Data usaha; 19 b. Kemampuan angsuran; 20 c. Hasil usaha yang dijalankan atau tingkat return aktual bisnis; 21 d. Tingkat return yang diharapkan; 22 19 Dilihat dari keterangan perusahaan. 20 Dilihat dari Cash Flow. 21 Dilihat dari Laporan Keuangan. 35 e. Nisbah pembiayaan; f. dan Distribusi pembagian hasil; Penentuan nisbah bagi hasil pada produk pendanaan di Bank Syariah biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: jenis produk simpanan, perkiraan pendapatan investasi dan biaya operasional bank. Pertama-tama dihitung besarnya tingkat pendapatan investasi yang dapat dibagikan kepada nasabah. Ekspektasi pendapatan ini dihitung oleh bank syariah dengan melihat performa kegiatan ekonomi di sektor-sektor yang menjadi tujuan investasi, misalnya di sektor properti, perdagangan, pertanian, telekomunikasi atau sektor transportasi. Setiap sektor ekonomi memiliki karakteristik dan performa yang berbeda-beda, sehingga akan memberikan return investasi yang berbeda-beda juga. Sebagaimana layaknya seorang investment manager, bank syariah akan menggunakan berbagai indikator ekonomi dan keuangan yang dapat mencerminkan kinerja dari sektoral tersebut untuk menghitung ekspektasiproyeksi return investasi. Termasuk juga indikator historis track record dari aktivitas investasi bank syariah yang telah dilakukan, yang tercermin dari nilai rata-rata dari seluruh jenis pembiayaan iB yang selama ini telah diberikan ke sektor riil. Dari hasil perhitungan tersebut, maka dapat 22 Dengan pembiayaan yang diberikan tersebut bisa meningkatkan return atau tidak. 36 diperoleh besarnya pendapatan investasi dalam bentuk equivalent rate yang akan dibagikan kepada nasabah. 23 Skema Mudharabah 24 Gambar 2.1. Skema Pembiayaan Mudharabah

6. Kerugian dan Berakhirnya Akad Mudharabah

23 Menghitung Bagi Hasil iB, diakses pada tanggal 25 Mei 2010 dari http:www.bi.go.idNRrdonlyresD6B8DE61-4B67-4C34-BCB3- 4959A394CE1C17636Menghitung_Bagi_Hasil_iB.pdf 24 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah bagi Bankir dan Praktisi Keuangan, Jakarta: Tazkia Institute, 1999, h. 153 37 Kerugian dalam mudharabah adalah ketidakmampuan mudharib dalam membayar cicilan pokok senilai pembiayaan yang telah diterimanya atau jumlah seluruh cicilan lebih kecil dari pembiayaan yang telah diterimanya. Kerugian ditanggung oleh pemilik modal, kecuali akibat: a. Nasabah melanggar syarat yang telah disepakati; b. Nasabah lalai dalam menjalankan modalnya; 25 Pemilik modal tidak boleh mensyaratkan kepada mudharib untuk menanggung kerugian yang akan terjadi, karena ia adalah orang yang mendapatkan amanah amin sedangkan orang yang mendapatkan amanah tidak menanggung atas suatu kerugian. Dan apabila terjadi kesepakatan yang demikian, maka akad qiradh menjadi rusak fasid karena menyalahi aturan dalam qiradh. 26 Akad mudharabah dinyatakan berakhir atau batal dalam hal-hal sebagai berikut: a. Masing-masing pihak menyatakan batal, atau pekerja dilarang untuk bertindak hukum terhadap modal yang diberikan, atau pemilik modal menarik modalnya. b. Salah seorang yang berakad meninggal dunia. 25 Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2004, h. 74 26 Ash-Shadiq Abdurrahman Al-Gharyani, Fatwa-Fatwa Muamalah Kontemporer, Surabaya: Penerbit Pustaka Progressif, 2004, h. 98