non verbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bermakna bagi orang lain.
19
C. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi
lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar
kebudayaan melewati generasi.
1. Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan Anak Usia Dini PAUD adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya
pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, non formal, dan informal.
Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
Tujuan utama : untuk membentuk anak indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai
19
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, h. 343.
dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta
mengarungi kehidupan di masa dewasa.
Tujuan Penyerta : untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar akademik di sekolah.
Rentangan anak usia dini menurut pasal 28 UU Sisdiknas No.202003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian
rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
2. Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini
Infant 0-1 tahun
Toddler 2-3 tahun
Pre schoolkindergarden children 3-6 tahun
Early Primary School SD kelas awal 6-8 tahun
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada
peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik koordinasi motorik halus dan kasar, kecerdasan daya pikir,
daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual, sosio emosional sikap dan perilaku serta agama bahasa dan
komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap yang dilalui oleh anak usia dini. Pendidikan anak usia dini merupakan
suatu proses tumbuh kembang yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun secara menyeluruh yang
mencakup aspek fisik dan non fisik yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan
untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani, motorik, akal fikir, emosional, dan sosial yang tepat dan benar agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
20
20
Agus Dariyo, Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama Jakarta: Refika Aditama, 2007.
D. Pengertian Penanaman Akhlak
1. Pengertian Akhlak
“Secara bahasa, akhlak berasal dari bahasa arab, jamak dari kata “khuluqun” yang artinya budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabi’at.”
21
“Pada hakikatnya, khuluk budi pekerti atau akhlak ialah suatu kondisi yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian
hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan
pemikiran. ”
22
Menurut Imam al Ghazali, seperti yang dikutip oleh Mahyuddin mengatakan sebagai berikut : “Akhlak ialah suatu
sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang gampang dilakuakn, tanpa
melalui maksud untuk memikirkan lebih lama, maka sifat tersebut melahirkan suatu tindakan yang terpuji menurut
ketentuan akal dan norma agama, dinamakan akhlak yang baik. Tetapi manakala ia melahirkan tindakan yang jahat, dinamakan
akhlak yang buruk.
23
Selanjutnya, dengan agak lebih luas, Ibn Miskawih mengatakan akhlak adalah
“sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan. ”
24
Prof. Dr. Ahmad Amin menganggap bahwa “akhlak adalah
kehendak dan kebiasaan. Berkenaan dengan itu, Prof. Dr. Farid
21
H. A Mustofa, Akhlak Tasawuf Bandung: Pustaka Setia, 1999, Cet. ke-2, h. 11.
22
Yusuf al-qardhawi, Membumikan Syari’at Islam Surabaya: Dunia Ilmu, 1997, cet. ke-
1, h. 1.
23
Mahyuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf Jakarta: Kalam Mulia, 2003, cet. ke-5, h. 4.
24
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, cet. ke-4, h. 3-4.