Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

sudah dapat menerapkannya. Basel II bertujuan untuk meningkatkan keamanan dan kesehatan sistem keuangan, dengan menitikberatkan pada perhitungan permodalan berbasis risiko, supervisory review process, dan market discipline. Dunia ekonomi Islam adalah dunia bisnis atau investasi. Hal tersebut dapat dicermati mulai dari tanda-tanda eksplisit untuk melakukan investasi ajakan bisnis dalam al-Quran dan al-Sunnah hingga tanda-tanda implisit untuk menciptakan sistem yang mendukung iklim investasi, yaitu adanya instrumen zakat sebagai alat disinsentif atas penumpukan harta, larangan riba untuk mendorong optimalisasi investasi, dan larangan maysir atau judi serta spekulasi untuk mendorong produktivitas atas setiap investasi. 4 Industri perbankan syariah di Indonesia masih banyak menghadapi masalah-masalah yang apabila diamati, disebabkan oleh lemahnya tata kelola perusahaan yang baik good corporate governance. Tentu hal ini menyebabkan industri perbankan kurang berhati-hati dalam mengelola resiko keuangannya. Dilihat dari sumbernya, dana bank syariah terdiri dari 3 tiga macam, modal, titipan, dan investasi. 5 Modal merupakan dana yang berasal dari para pemilik owner, titipan wadiah dan investasi mudharabah merupakan dana pihak ketiga nasabah. Dana para pemilik bank dan investor adalah dalam bentuk investasi saham. Investasi merupakan salah satu bentuk penyertaan kepemilikan terhadap suatu perusahaan, salah satunya adalah dalam bentuk kepemilikan 4 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007, h.1. 5 Muhammad Syafi`i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, cet.III, Jakarta: Gema Insani Press, 2001, h.146. saham. Dalam kaitannya dengan hal ini, saham mengambil posisi yang cukup berperan sebagai salah satu sumber dana bank, sehingga bank dapat memenuhi tingkat likuiditasnya dan dapat memberikan pembiayaan jangka panjang bagi dunia usaha dan wahana investasi bagi pemodal atau investor, baik investor lokal maupun asing. 6 Saham sebagai bentuk penyertaan modal, berupa selembar catatan yang berisi sejumlah modal sebagai pertanda keikutsertaan kepemilikan terhadap suatu perusahaan yang mengeluarkan sahamnya. Hal tersebut dapat dilihat dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. 7 Sedangkan tingkat pengembalian Return merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Dalam melakukan investasi, investor dihadapkan pada ketidakpastian uncertainty antara return yang akan diperoleh dengan risiko yang akan dihadapinya. Semakin besar return yang diharapkan akan diperoleh dari investasi, semakin besar pula risikonya, sehingga dikatakan bahwa return ekspektasi memiliki hubungan positif dengan risiko. Risiko yang lebih tinggi biasanya dikorelasikan dengan peluang untuk mendapatkan return yang lebih tinggi pula high risk high return, low risk low return . Indikator risiko keuangan bank dapat dilihat dari rasio keuangannya, adapun rasio keuangan yang umum digunakan untuk mengukur kinerja keuangan, tingkat kesehatan, dan risiko bank adalah rasio keuangan yang dapat diketahui 6 Nasrun Harun, Perdagangan Saham di Bursa Efek, Tinjauan Hukum Islam, cet.III, Jakarta: Yayasan Kalimah, 2000, h. 4. 7 Ibid., h. 5 dengan tiga aspek yaitu aspek solvabilitas permodalan, kualitas aset aktiva produktif, rentabilitas, likuiditas, dan efisiensi. 8 Solvabilitas merupakan indikator yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar semua utang-utang baik utang jangka panjang atau utang jangka pendek. Dalam dunia perbankan rasio solvabilitas sama dengan rasio permodalan, yang dapat dihitung dengan Capital Adequacy Ratio yang selanjutnya disingkat CAR. Kualitas aset aktiva produktif melihat sejauh mana bank mengelola aktivanya, kualitas tersebut dapat dilihat dari rasio Non Performing Financing NPF. Rentabilitas merupakan rasio yang mengukur efektivitas perusahaan dalam memperoleh laba, atau dengan kata lain rentabilitas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Rentabilitas dalam dunia perbankan dapat dihitung dengan Return on Assets yang selanjutnya disingkat ROA. Likuiditas merupakan indikator yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi atau membayar kewajibannya simpanan masyarakat yang harus segera dipenuhi. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya dengan tepat waktu berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid. Dalam rasio likuiditas dapat diketahui dengan Financing to Deposit Ratio yang selanjutnya disingkat FDR. 8 Majalah Info Bank Rating yang Disaring Lewat 10 Rasio Keuangan, Jakarta: Majalah Info Bank XXIV, no. 277 Juli 2002, h.20-21. Efisiensi mengukur sejauhmana bank mengelola biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan pendapatan secara efisien, hal tersebut dapat dilihat dari rasio Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional BOPO . Debt to Equity Ratio DER adalah rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya dengan ekuitas yang dimiliki. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin tinggi pula kemampuan bank untuk memenuhi seluruh kewajibannya dengan ekuitas yang dimiliki. DER merupakan salah satu dari rasio struktur modal. PT. Bank Syariah Muamalat Indonesia, Tbk. BMI yang dalam penelitian ini selanjutnya ditulis dengan Bank Muamalat, merupakan bank umum pertama di Indonesia yang menerapkan prinsip Syariah Islam dalam menjalankan operasionalnya. Bank Muamalat memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia ICMI dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga mendapat dukungan dari masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahim peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 miliar. Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia. Pada akhir tahun 90-an, Indonesia dilanda krisis moneter yang memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet NPF mencapai lebih dari 60. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal setor awal. Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank IDB yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni. Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit dari keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh anggota Direksi diangkat dari dalam Bank Muamalat dan hingga akhir tahun 2004, Bank Muamalat tetap merupakan bank syariah terkemuka di Indonesia dengan jumlah aktiva sebesar Rp 5,2 triliun, modal pemegang saham sebesar Rp 269,7 miliar serta perolehan laba bersih sebesar Rp 48,4 miliar pada tahun 2004. Dari delapan bank umum syariah yang telah beroperasi, Bank Muamalat adalah satu-satunya bank syariah yang memiliki rasio earning pershare. Sedangkan bank-bank syariah yang lain, sahamnya masih dimiliki oleh bank umum konvensionalnya. Bank Muamalat memiliki sejumlah pemegang saham, baik dari kalangan individu, maupun instansi, baik dalam maupun luar negeri. Dari tahun ke tahun, Saham Bank Muamalat terus mengalami peningkatan, pada akhir 2008 tercatat jumlah saham Bank Muamalat sebanyak 820.251.749 lembar. 9 Islamic Development Bank IDB merupakan pemegang saham terbesar dengan total jumlah saham 28,01, yang selanjutnya diikuti oleh Boubyan Bank Kuwait 21,28, Atwill Holdings Limited 15,32, Abdul Rohim 6,71, Rizal Ismael 5,49, KOPKAPINDO 3,25, IDF Foundation 2,98, BMF Holdings Limited 2,98, Badan Pengelola Dana ONHI 2,44, dan Masyarakat Lain 11,54. Hingga akhir tahun 2008, jumlah modal Bank Muamalat tercatat sebesar Rp 966,18 miliar dengan rasio kecukupan modal CAR sebesar 10,83. pemegang saham meningkat sebesar 14,18 di tahun 9 Bank Muamalat Indonesia, artikel diakses pada tanggal 27 Desember 2009 dari http:www.muamalatbank.comindex.phphomeinvestorshareholder_information233 2008 berkat kenaikan saldo laba ditahan atas perolehan laba bersih Perseroan di tahun tersebut. 10 Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis bermaksud melakukan penelitian yang membahas tentang Saham dan risiko finansial bank syariah dan penulis tuangkan melalui judul “Pengaruh Rasio Earning Per Share Terhadap Risiko Finansial Bank Syariah Studi Pada PT. Bank Syariah Muamalat Indonesia, Tbk.”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah Mengingat luasnya pembahasan mengenai saham dan risiko bank, dan agar pembahasan fokus kepada obyek penelitian, maka dari uraian diatas, penulis membatasi masalah hanya pada pengaruh rasio Earning per Share EPS, terhadap risiko finansial Bank Muamalat. Adapun indikator risiko finansial pada Bank Muamalat dapat dilihat dari rasio keuangannya, yaitu ROA, CAR, FDR, BOPO, NPF, dan DER. Dan dalam penelitian ini, penulis membatasinya hanya pada periode tahun 1998 sampai dengan tahun 2008. 10 Bank Muamalat Indonesia, artikel diakses pada tanggal 27 Desember 2009 dari http:www.muamalatbank.comindex.phphomeinvestorshareholder_information233 2. Perumusan Masalah Dalam penelitian ini, rumusan masalah yang akan dianalisis adalah sebagai berikut: a. Bagaimana risiko finansial bank yang dihadapi oleh Bank Muamalat? b. Bagaimana tingkat rasio earning per share Bank Muamalat? c. Bagaimana pengaruh rasio earning per share terhadap risiko finansial bank pada Bank Muamalat? d. Berapa besar pengaruh rasio earning per share terhadap risiko finansial bank pada Bank Muamalat?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: a. Mengungkapkan risiko finansial bank yang dihadapi Bank Muamalat. b. Menjelaskan nilai rasio earning per share Bank Muamalat. c. Menguraikan signifikansi pengaruh rasio earning per share terhadap risiko finansial bank pada Bank Muamalat. d. Menguraikan besarnya pengaruh rasio earning per share terhadap risiko finansial bank pada Bank Muamalat.