4. Dapat memberikan persetujuan;
5. Tidak terdapat halangan perkawinan;
b. Calon Istri, syarat-syaratnya:
1. Beragama, meskipun Yahudi dan Nasrani;
2. Perempuan;
3. Jelas orangnya;
4. Dapat diminta persetujuannya;
5. Tidak terdapat halangan perkawinan.
c. Wali nikah, syarat-syaratnya:
1. Laki-laki;
2. Dewasa;
3. Mempunyai hak perwalian;
4. Tidak terdapat halangan perwalian.
d. Saksi nikah, syarat-syaratnya:
1. Minimal dua orang laki-laki
2. Hadir dalam ijab qabul;
25
3. Dapat mengerti maksud aqad;
4. Islam;
5. Dewasa.
e. Ijab dan Qabul, syarat-syaratnya:
1. Adanya pernyataan mengawinkan dari wali;
2. Adanya pernyataan penerimaan dari calon mempelai;
3. Memakai kata-kata nikah, tazwij atau terjemahan dari dua kata
tersebut; 4.
Antara ijab dan qabul bersambung; 5.
Antara ijab dan qabul jelas maksudnya;
6. Orang yang terkait dengan ijab dan qabul tidak sedang ihram haji atau
umrah; 7.
Majelis ijab dan qabul itu harus dihadiri minimumempat orang yaitu; calon mempelai atau walinya, wali dari mempelai wanita, dan dua
orang saksi.
2. Tujuan Perkawinan
26
Tujuan Perkawinan menurut agama Islam ialah untuk memenuhi petunjuk agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan bahagia;
harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban keluarga dan sejahtera artinya terciptanya ketenangan lahir dan batin disebabkan terpenuhinya keperluan hidup lahir
dan batinnya, sehingga timbulah kebahagiaan, yakni kasih sayang antar anggota keluarga. Secara lebih detail tujuan perkawinan dapat dibagi menjadi lima poin yaitu:
1. Mendapatkan dan melangsungkan keturunan
Agama Islam memberikan jalan hidup manusia agar hidup bahagia di dunia dan akhirat. Kebahagiaan dunia dan akhirat dicapai dengan hidup berbakti kepada
Tuhan. Kehidupan keluarga bahagia, umumnya antara lain ditentukan oleh kehadiran anak-anak. Anak merupakan buah hati dan belahan jiwa. Al-qur’an juga
menganjurkan agar manusia selalu berdoa agar dianugerahi putra yang menjadi mutiara dari istrinya, sebagaimana tercantum dalam surat Al-Furqan ayat 74:
ﺎ او أ ةﺮ ﺎ رذو ﺎ وزأ ه ﺎ ر نﻮ ﻮ ﺬ او
Artinya: “Dan orang-orang yang berkata: Ya Tuhan kami, anugerahkan kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami.”Al-
Furqan: 74 2.
Penyaluran syahwat dan penumpahan kasih saying berdasarkan tanggung jawab
27
Sudah menjadi kodrat iradat Allah SWT, manusia diciptakan berpasang- pasangan dan diciptakan oleh Allah SWT mempunyai keinginan untuk berhubungan
antara pria dan wanita sehingga Al-Qur’an melukiskan bahwa pria dan wanita itu bagaikan pakaian, artinya yang satu memerlukan yang lain, sebagaiman disebutkan
dalam surat Al-Baqarah ayat 187 yaitu:
ﻜﺋﺎ ﻰ إ ﺮ ا مﺎ ﺼ ا ﺔ ﻜ أ ﻬ سﺎ أو ﻜ سﺎ ه
Artinya: “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kamu, mereka itulah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi
mereka.” QS. Al-Baqarah: 187 Di samping perkawinan untuk mengatur naluri seksual juga untuk
menyalurkan cinta dan kasih sayang dikalangan pria dan wanita secara harmonis dan bertanggung jawab. Penyaluran cinta dan kasih sayang di luar perkawinan tidak akan
menghasilkan keharmonisan dan tanggung jawab, karena didasarkan atas kebebasan yang tidak terikat oleh satu norma. Sedangkan perkawinan mengikat adanya
kebebasan menumpahkan cinta dan kasih sayang secara harmonis dan bertanggung jawab melaksanakan kewajiban.
3. Memelihara diri dari kerusakan
Ketenangan hidup dan cinta serta kasih sayang keluarga dapat ditunjukan melalui perkawinan. Ornag-orang yang tidak melakukan penyalurannya dengan
perkawinan dapat menimbulkan kerusakan, entah kerusakan dirinya sendiri ataupun
28