Pengertian Pernikahan Pengertian dan Dasar Pernikahan

Dari definisi yang di atas, jelas para ulama fiqih mengartikan dari kata nikah dengan makna hubungan biologis atau dengan kata lain nikah diartikan dengan makna persetubuhan. 16 Didalam fiqih klasik dijelaskan bahwa segolongan fuqaha, yakni jumhur, berpendapat bahwa nikah itu sunah hukumnya. Golongan zhahiri berpendapat bahwa nikah itu wajib. Sedangkan ulama Maliki mutaakhirin berpendapat bahwa nikah itu wajib untuk sebagian orang, sunah untuk sebagian lainnya, dan mubah untuk segolongan yang lain lagi. Silang pendapat ini disebabkan, apakah bentuk kalimat perintah dalam ayat dan hadits berikut ini harus diartikan wajib, sunah ataukah mubah? Ayat tersebut adalah: ﺎ اْﻮ ﻜْﺎ ا ْ ﻜ بﺎﻃ رو و ْ ءﺎ Artinya : “….maka kawinlah wanita-wanita yang kamu senangi, dua, tiga, atau empat.” Qs. an-Nisa : 3 Dan hadis tersebut adalah : ﺄْا ﻜ ﺮ ﺎﻜ ْ ﺈ اْﻮ آ ﺎ . ﺋﺎ ا ﺮﺧأ ﺎ او 16 Amiur Nuruddin, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2004, h. 38-40. 19 “Kawinlah kamu, karena sesungguhnya dengan kawin, saya berlomba-lomba memperbanyak umat dengan umat lain. ” HR. Nasai dan Ibnu Majah 17 Fuqaha yang berpendapat bahwa kawin itu wajib bagi sebagian orang, sunah untuk sebagian yang lain, dan mubah untuk sebagian yang lain lagi, didasarkan atas pertimbangan kemaslahatan. Qiyas seperti inilah yang disebut qiyas mursal, qiyas yang tidak mempunyai dasar penyandaran. 18

2. Dasar Pernikahan

Pernikahan dilakukan dengan berbagai dasar dalam fiqih klasik. Dasar-dasar tersebut adalah sebagai berikut: 1. Unsur agama Pernikahan dilihat pada agama adalah sebuah tuntutan yang pertama, walaupun pernikahan boleh pula didasarkan pada kecantikan, keturunan, atau kekayaan., akan tetapi agama adalah tuntutan yang utama yang harus diperhatikan oleh seseorang ketika akan melangsungkan pernikahan. Namun apabila keempatnya terdapat pada seseorang, hal itu sangat dianjurkan. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW : 17 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Jakarta: Pustaka Amani, 2007, h. 394. 18 Ibnu Rusyd, ibid, h. 396. 20 ا ْ ﷲ ا ﺿر ةﺮْ ﺮه ﻰ أ ْ ﻰ ﷲ ا ْ و ﺎ ل : ْﻜ ْا ْﺮ أة ﺄ ْر ﺎ ﻬ و ﺎ ﻬ و ﺎ ﺎ ﻬ و ﺎ ﺪ ْ ﻬ ﺎ ﺎ ْﻇ ْﺮ ﺬ ت ا ﺪ ا ْ ﺮ ْ ﺪ كا اور و ير ﺎ ا Artinya : “ Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi SAW, beliau bersabda “ Perempuan itu dinikahi karena empat macam, yaitu karena hartanya, pangkat atau keterunannya, kecantikannya, dan agamanya, maka ambillah perempuan yang taat kepada agama, niscaya engkau akan beruntung.” H.R. Bukhari dan Muslim 2. Unsur kesuburan pasangan: pihak istri Ketika seorang laki-laki sudah berencana akan melangsungkan pernikahan, maka ketika memilih calon istri hendaknya yang mempunyai tingkat kesuburan yang tinggi, karena akan melahirkan generasi-generasi muda umat nabi Muhammad SAW yang akan meneruskan amanah dimuka bumi ini sebagaimana hadis Rasulullah SAW, yang menyatakan : أ ْ ر ﺿ ﷲ ا ْ ﺎ ل : و ْ ﷲا ﻰ ﷲا لْﻮ ر نﺎآ : ةءﺎ ْاﺎ ﺎ ﺮ ْﺄ لْﻮ و اﺪْﺪ ﺎ ْﻬ ا ﻰﻬْ و : مْﻮ ﺄْا ﻜ ﺮ ﺎﻜ ﻰ ﺈ دْودﻮْا دْﻮ ﻮْا اْﻮ ًوﺰ ْا ﺔ ﺎ نﺎ او ﺪ أ اور 21 Artinya : “Dari Anas r.a., Rasulullah SAW, pernah menyuruh kami untuk menikah dan melarang kami membujang dengan larangan yang keras, lantas beliau bersabda, “Nikahilah perempuan yang banyak keturunannya subur dan banyak kasih sayangnya karena sesungguhnya aku akan bermegah-megahhan dengan banyaknya umatku di hari kiamat.” H.R. Ahmad dan Ibnu Hibban 3. Unsur kondisi perempuan Perempuan yang hendak dinikahi hendaknya masih perawan.Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW, bersabda : و ْ ﷲا ﻰ ﷲا لْﻮ ر لﺎ جوﺰ أ ْ ﷲا ﺿر ﺮ ﺎ ْ : ﺮ ﺎ ﺎ ْ ، ْ وﺰ : لﺎ ، ْ : ْ ؟ ﺎ ْمأ ﺮْﻜ : ﺎ . لﺎ : و ﺎﻬ اﺮْﻜ ه ﻚ . و ىر ﺎ ا اور Artinya : “ Dari Jabir r.a., sesungguhnya ia pernah menikah lalu Rasulullah SAW, bertanya, “ Ya Jabir, apakah Engkau telah menikah? “ Aku menjawab “ Ya”. Beliau bertanya, “ Dengan perawankah atau sudah janda? “ Aku jawab, “ Sudah janda”. Beliau berkata, “ Alangkah baiknya bila Engkau menikah dengan yang masih perawan sebagai kawan Engkau dalam bersenda gurau.” H.R. Bukhari dan Muslim. 22