mengeluarkan amar penetapan dengan menyatakan sah perkawinan pemohon. Pada perkara tersebut hakim juga memerintahkan kepada pemohon untuk segera
melaporkan perkawinannya kepada Pegawai Pencatata Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan guna dicatat dalam buku Akta Nikah, dan
membebenkan kepada Pemohon untuk membayar biaya perkara ini sebesar Rp. 306.000 tiga ratus enam ribu rupiah.
C. Analisis Terhadap Putusan
1. Prosedur perkara
Hasil wawancara penulis dengan seorang hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang bernama Bapak Drs Agus Yunih SH, MH yang mempunyai jabatan
sebagai pembina, tentang cara-cara pengajuan itsbat nikah adalah pemohon datang ke Kantor Peradilan Agama di wilayah tempat tinggal dengan membawa surat-surat
yang diperlukan misalnya surat keterangan dari Rukun Tetangga RT Rukun Warga RW, LurahKepala Desa setempat atau surat keterangan kehilangan akta nikah dari
kepolisian bila akta nikah hilang. Kemudian mengajukan permohonan baik secara tertulis yang memuat identitas pemohon, alasan-alasan pengajuan itsbat nikah
maupun secara lisan. Yang terakhir adalah membayar uang muka biaya perkara. Bagi yang tidak mampu membayar uang perkara, Pengadilan Agama bisa mengajukan
Pradeo pembebasan biaya.
58
Dari penjelasan di atas tentang prosedur perkara yang harus dipenuhi ketika seseorang akan melaksanakan itsbat nikah maka dua perkara yang penulis analisis
sudah memenuhi prosedur yang semestinya. Akan tetapi dua perkara ini mempunyai perbedaan dari latar belakang sosialnya dari mulai masuknya perkara sampai selesai
prosedur memerlukan waktu yang sama yaitu dua minggu lebih, untuk perkara No. 10Pdt.P2007PA.JS pemohon mengajukan permohonannya pada tanggal 30 Januari
2007 dan penetapannya dijatuhkan di Pengadilan Agama Jakarta Selatan tanggal 20 Februari 2007. Sedangkan untuk perkara No 040Pdt.P2008PAJS pemohon
mengajukan permohonannya pada tanggal 10 Maret 2008 dan penetapannya dijatuhkan pada tanggal 3 April 2008. Dan dari segi prosedur pendaftarannya dua
perkara ini sama-sama mengikuti prosedur yang seharusnya mulai dari pendaftaran perkara sampai hakim menetapkan perkaranya. Dengan demikian, jelas bahwa status
sosial tidak dapat mengubah kedudukan seseorang dimata hukum, dan tidak ada sebuah diskriminasi yang nyata dalam penyelesaiannya.
2. Pertimbangan hakim Penetapan Pengadilan Agama Jakarta Selatan mengenai perkara No.
10Pdt.P2007PA.JS dan perkara No. 040Pdt.P2008PAJS bersifat voluntair karena
tidak ada pihak yang keberatan. Pada dasarnya perkawinan yang dilakukan oleh pemohon I dan pemohon II pada kasus pertama adalah sah menurut hukum Islam.
Namun perkawinan tersebut tidak dapat diakui oleh negara dan tidak mempunyai kekuatan hukum karena dianggap tidak pernah ada perkawinan sehingga tidak
59
menimbulkan efek hukum, yang mana dalam pernikahan tersebut secara yuridis dan administratif tidak tercatat di Kantor Urusan Agama. Dengan demikian untuk
memperoleh status perkawinan secara legal pemohon I dan Pemohon II mengajukan itsbat nikah di Pengadilan Agama Jakarta Selatan dan dengan aturan, setelah di
mohonkan akibatnya pekawinan pemohon 1 dan pemohon II dapat dikatakan sah menurut hukum Islam karena sudah memenuhi syarat dan rukun perkawinan yang
mana syarat dan rukun perkawinan sebelumnya sudah dijelaskan di bab sebelumnya. Tetapi secara sosiologis, istilah kawin bawah tangan diberikan bagi perkawinan yang
tidak dicatatkan di Kantor Urusan Agama sebagaimana diatur dalam Undang-undang Perkawinan ayat 2 pasal 2. Dengan demikian bahwa perbedaan rukun dan syarat baik
dalam hukum Islam maupun dalam hukum positif dalam hal pencatatan secara administrasi.
Perlu dikemukakan bahwa itsbat nikah yang dapat diajukan ke Pengadilan Agama terbatas mengenai hal-hal yang disebutkan dalam pasal 7 Kompilasi Hukum
Islam sebagai berikut: 1.
Perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan akta nikah yang dibuat oleh pegawai pencatat nikah,
2. Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan akta nikah, dapat diajukan
itsbat nikahnya ke Pengadilan Agama,
60