PENUTUP Praktek itsbat pernikahan sirri (Analisis putusan hakim peradilan Agama Jakarta Selatan nomor 10/pdt.P/2007/PA.JS dengan nomor 040/Pdt.P/2008/PAJS)

mitsaqan ghalidzan untuk menaati perintah Allah SWT dan melaksanakannya sebagai ibadah. 2 Perkawinan disyariatkan agar manusia mempunyai keturunan dan keluarga yang sah menuju kehidupan bahagia di dunia dan di akhirat dibawah naungan cinta kasih dan ridha Illahi. Tujuan perkawinan yang disyariatkan oleh al- qur’an dan UU dapat diwujudkan dengan baik dan sempurna jika perkawinan tersebut prosesnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan agama. 3 Allah telah mengatur mengenai perkawinan bagi manusia, dengan adanya aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Allah maka manusia tidak boleh berbuat semaunya seperti binatang yang perkawinannya tanpa sebuah aturan. Allah telah memberikan batas dengan peraturanNYa yaitu dengan syari’at yang terdapat dalam kitab-Nya tentang hukum perkawinan. Untuk membangun negara yang kuat, adil dan makmur serta dilandasi dengan ketentuan yang berlaku secara positif. Dan negara kita telah membuktikan dengan mewujudkan ketentuan yang dimaksud yaitu dengan dilahirkannya Kompilasi Hukum Islam tentang masalah pernikahan. 4 Secara logika adalah suatu kewajiban bila perkawinan yang berlaku pada manusia harus ada aturannya. Sebab perkawinan merupakan bentuk sosial legal yang melambangkan pertanggung jawaban sosial terkecil. Sebagai legitimasi penyaluran hasrat manusia nafsu, perkawinan mengandung makna kalau akibat dari penyaluran 2 Arso Sosroatmodjo, Hukum Perkawinan di Indonesia Jakarta: Bulan Bintang, 1975, h. 29. 3 Amir Nurudin, Hukum Perdata di Indonesia Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2004, h. 38. 4 Syaharani, Masalah-masalah Hukum Perkawinan di Indonesia Bandung Alumni tth, 2004, h. 10. 2 tersebut harus jelas pertanggung jawabannya sebagai kelangsungan hidup manusia dan peradaban dunia. 5 Hakikat perkawinan yang digambarkan dalam Undang-undang No. I Tahun 1974 tentang perkawinan sejalan dengan hakikat perkawinan dalam Islam, karena keduanya tidak hanya melihat dari segi ikatan kontrak lahirnya saja, tapi sekaligus ikatan pertautan kebathilan antara suami istri yang ditujukan untuk membina keluarga yang kekal dan bahagia sesuai dengan kehendak Tuhan Yang Maha Esa, kedua bentuk hukum tersebut berbeda-beda dengan hukum Barat-Amerika, yang memandang perkawinan hanya merupakan bentuk persetujuan, dan kontrak perkawinan menurut mereka. 6 Pencatatan perkawinan ini merupakan suatu upaya yang diatur melalui perundang-undangan, untuk melindungi martabat dan kesucian perkawinan, dan lebih khusus lagi perempuan dalam kehidupan rumah tangga. Melalui pencatatan perkawinan yang dibuktikan dengan akta nikah, yang masing-masing suami dan istri, atau salah satunya tidak bertanggun jawab, maka yang lain dapat melakukan upaya hukum guna mempertahankan atau memperoleh hak masing-masing. Karena dengan 5 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995, Cet Ke- 1, h. 107. 6 Huzaimah. T. Yanggo dah Hafiz Anshary AZ, Problematika Hukum Islam Kontemporer Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994 , Cet Ke-1, h. 56. 3