Yayasan Perguruan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kesatuan Anak Veteran Republik Indonesia (KAVRI) Di Kecamatan STM Hilir (1964-1990)

(1)

YAYASAN PERGURUAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

(SMP) KESATUAN ANAK VETERAN REPUBLIK INDONESIA

(KAVRI) DI KECAMATAN STM HILIR (1964-1990)

SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN

O L E H

NAMA : Erliana Br Barus

NIM : 060706020

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

YAYASAN PERGURUAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

(SMP) KESATUAN ANAK VETERAN REPUBLIK INDONESIA

(KAVRI) DI KECAMATAN STM HILIR (1964-1990)

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O

L E H

Erliana Br Barus 060706020 Pembimbing

Dra. Nurhabsyah M.SI. 195912311985032005

skripsi ini diajukan kepada panitia ujian

Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Ilmu Budaya

dalam bidang Ilmu Sejarah

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Lembar pengesahan pembimbing skripsi

YAYASAN PERGURUAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KESATUAN ANAK VETERAN REPUBLIK INDONESIA (KAVRI) DI

KECAMATAN STM HILIR (1964-1990)

Yang diajukan oleh Nama: Erliana Br Barus

Nim: 060706020

Telah di setujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh Pembimbing

Dra. Nurhabsyah M.SI. Tanggal,

NIP 195912311985032005

Ketua Departemen Ilmu Sejarah

Drs. Edi Sumarno, M.Hum Tanggal,

NIP 196409221989031001

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(4)

Lembar persetujuan ketua departemen

DISETUJUI OLEH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH Ketua Departemen

Drs. Edi Sumarno, M.Hum NIP 196409221989031001


(5)

ABSTRAK

Tujuan dari penulisan adalah untuk mengetahui sejarah berdirinya Sekolah Menengah Pertama (SMP) KAVRI Di Kecamatan STM Hilir serta perkembangan dan pengaruh terhadap masyarakat Kecamatan STM Hilir dari tahun 1964-1990.

Dalam penulisan, penulis menggunakan metode penelitian sejarah yang diawali degan data historis (lisan dan tulisan) yang berkenaan dengan data objek penelitian yaitu heuristic, verifikasi, intepretasi dan historiografi. Sehingga masalah yang diangkat dalam penulisan dapat dipadukan menjadi karya tulis sehingga bermanfaat bagi masyarakat.

Kecamatan STM Hilir merupakan bagian wilayah dari Deli Serdang yang penduduknya banyak dan mayoritas Suku Karo. Heterogennya penduduk merupakan suatu simbolis untuk persatuan bangsa. Dalam mendukung persatuan rakyat dalam satu Negara dibutuhkan lembaga pendukung supaya seluruh aspek dapat berjalan dengan baik. Pendidikan adalah salah satu alat pendukung untuk mengembangkan wawasan masyarakat, serta dapat membantu untuk merobah cara hidup dalam memenuhi kebutuhan.

Keberadaan pendidikan ditengah masyarakat membawa dampak positf yang sangat besar. Dimana pendidikan akan dapat membuka wawasan masyarakat luas dalam mengikuti perkembangan jaman. Sekolah Menengah Pertama (SMP) KAVRI adalah lembaga pendidikan yang hadir ditengah kehidupan masyarakat Kecamatan STM Hilir serta membawa perobahan yaitu memberantas buta huruf dan menjadi inspirasi dalam membuka cara untuk memenuhi kebutuhan seperti berdagang dekat sekolah.


(6)

DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMA KASIH

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1.4. Tinjauan Pustaka ... 8

1.5. Metode Penelitian ... 12

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN STM HILIR ... 15

2.1. Kondisi Geografis ... 15

2.2. Komposisi Penduduk... 18

2.3. Perkembangan Pemerintahan ... 23

BAB III BERDIRINYS YAYASAN PERGURUAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) SWASTA KAVRI TAHUN 1964 ... 27

3.1. Pendidikan Sebelum Terbentuknya SMP Swasta KAVRI Talun Kenas Tahun 1964 ... 29

3.1.1. Pendidikan Pada Masa Belanda ... 29

3.1.2. Pendidikan Pada masa Jepang ... 32

3.1.3. Pendidikan Setelah Indonesia Merdeka 1945-1964 ... 33

3.2. Berdirinya SMP Swasta KAVRI Talun Kenas ... 35

3.3. Sistem Kepemilikan Yayasan Perguruan SMP Swasta KAVRI Talun Kenas . 37 BAB IV PERKEMBANGAN YAYASAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KAVRI (1964-1990) ... 41


(7)

4.1.1. Bangunan / Gedung Sekolah ... 44

4.1.2. Alat Peraga dan Laboratorium ... 47

4.1.3. Alat Pembelajaran ... 51

4.2. Siswa ... 53

4.3. Kurikulum ... 55

4.4. Kegiatan Ekstra Kulikuler ... 60

4.5. Seragam Sekolah ... 63

4.6. Uang Sekolah ... 64

4.7. Guru ... 65

BAB V PENGARUH YAYASAN SMP SWASTA KAVRI TERHADAP KECAMATAN STM HILIR ... 69

5.1. Menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) ... 69

5.2. Pengaruh Terhadap Masyarakat ... 72

5.3. Pengaruh Terhadap Sosial Budaya... 77

5.4. Menciptakan Lapangan Kerja ... 80

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 82

6.1. Kesimpulan ... 82

6.2. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR INFORMAN LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Nama Desa dan Jumlah Dusun Tiap desa Di Kecamatan STM Hilir Tahun 1990.

Tabel 1. 2 Luas Wilayah Menurut Desa di Kecamatan STM Hilir Tahun 1990. Tabel 1.3 Jumlah Suku Tiap Desa di Kecamatan STM Hilir Tahun 1990. Tabel 1. 4 Jumlah Pemeluk Agama di Kecamatan STM Hilir Tahun 1990. Tabel 1. 5 Penduduk di Kecamatan STM Hilir Berdasarkan Jenis Mata

Pencaharian Tahun 1990.

Tabel 1.6 Camat yang Pernah Meminpin di Kecamatan STM Hilir Tahun 1951 – 1990.

Tabel 2. 1 Pengurus Yayasan SMP Swaata Kavri Tahun 1964 -1990. Tabel 2. 2 Jumlah Siswa Pada Tahun 1964 – 1990.


(9)

ABSTRAK

Tujuan dari penulisan adalah untuk mengetahui sejarah berdirinya Sekolah Menengah Pertama (SMP) KAVRI Di Kecamatan STM Hilir serta perkembangan dan pengaruh terhadap masyarakat Kecamatan STM Hilir dari tahun 1964-1990.

Dalam penulisan, penulis menggunakan metode penelitian sejarah yang diawali degan data historis (lisan dan tulisan) yang berkenaan dengan data objek penelitian yaitu heuristic, verifikasi, intepretasi dan historiografi. Sehingga masalah yang diangkat dalam penulisan dapat dipadukan menjadi karya tulis sehingga bermanfaat bagi masyarakat.

Kecamatan STM Hilir merupakan bagian wilayah dari Deli Serdang yang penduduknya banyak dan mayoritas Suku Karo. Heterogennya penduduk merupakan suatu simbolis untuk persatuan bangsa. Dalam mendukung persatuan rakyat dalam satu Negara dibutuhkan lembaga pendukung supaya seluruh aspek dapat berjalan dengan baik. Pendidikan adalah salah satu alat pendukung untuk mengembangkan wawasan masyarakat, serta dapat membantu untuk merobah cara hidup dalam memenuhi kebutuhan.

Keberadaan pendidikan ditengah masyarakat membawa dampak positf yang sangat besar. Dimana pendidikan akan dapat membuka wawasan masyarakat luas dalam mengikuti perkembangan jaman. Sekolah Menengah Pertama (SMP) KAVRI adalah lembaga pendidikan yang hadir ditengah kehidupan masyarakat Kecamatan STM Hilir serta membawa perobahan yaitu memberantas buta huruf dan menjadi inspirasi dalam membuka cara untuk memenuhi kebutuhan seperti berdagang dekat sekolah.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu upaya bagi manusia untuk mencapai suatu tingkat kemajuan, sebagai sarana untuk membebaskan dirinya dari keterbelakangan, dan berbagai belenggu sosial yang menghambat tercapainya kesejahteraan bersama1

1

Masjkuri dan Sutrisno Kutoyo, Sejarah Pendidikan Daerah Sumatera Utara, Medan: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1981, hal 10.

. Perkembangan pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari politik etis setelah berkuasanya Pemerintah Kolonial Belanda di Indonesia maka di bangunlah sekolah – sekolah sehubungan dengan politik etis tersebut. Kebijakan politik etis ini sangat berpengaruh dalam bidang pendidikan khususnya di Sumatera Timur.

Pada abad ke-19 perkebunan-perkebunan Belanda terus mengalami perkembangan sehingga kekuasan wilayahnya semakin luas, disamping berkembangnya kekuasaan, maka Belanda mendirikan sekolah-sekolah diberbagai tempat, dan begitu juga di desa Talun Kenas, Belanda juga mendirikan sekolah yang masih dalam area perkebunan. Sekolah ini dibangun bagi para anak-anak Bumi putera dan anak-anak Belanda. Tujuan didirikan sekolah bagi anak Bumi putera supaya berpendidikan, mempunyai tenaga terlatih dan terdidik untuk dipekerjakan di pekerbunan milik Kolonial Belanda.


(11)

Sumatera Utara pada zaman penjajahan Belanda terdiri dari dua keresidenan, yaitu keresidenan Sumatera Timur dan keresidenan Tapanuli. Medan merupakan ibu kota propinsi Sumatera. Di Medan berkedudukan seorang inspektur yang mengurus masalah pendidikan untuk Sumatera atau Inspecteur Van Onderwijs en Eeredienst. Di Sumatera Timur dan Tapanuli ditempatkan seorang Hoofd der Schoolopziener

yang membawahi para schoolopziener sebagai petugas yang mengelola pendidikan di Afdeling. Schoolopziener bertugas mengawasi sekolah-sekolah penduduk Bumiputera atau sekolah-sekolah yang memakai pengantar bahasa Melayu2

Adapun sekolah yang didirikan Belanda di Sumatera Timur yaitu HIS (Hollandsch Inlandsch School), ELS (Europese Lagere School), MULO (Meer Uitgebreid Lagere Onderwiijs), HBS (Hogere Burger School).

. Untuk sekolah-sekolah yang memakai bahasa Belanda berada di bawah pengawasan Inspektur.

3

2

Sutrisno Kutoyo, dan Masjkuri. Sejarah Pendidikan Daerah Sumatera Utara. Medan: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1981. hal.

. Sekolah yang dibangun Belanda dalam perkebunan di Talun Kenas adalah sekolah Volkschool

yang khusus untuk anak-anak Pribumi yang bekerja di perkebunan tersebut. Berdirinya sekolah ini pada tahun 1934, sekolah ini memakai bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar, didirikannya sekolah ini bertujuan untuk kepentingan Belanda yaitu mendidik orang Pribumi (golongan bangsawan) agar dipekerjakan sebagai buruh dan orang Eropa sebagai Stafnya. Namun sekolah yang dibangun pada masa kekuasaan belanda tersebut hanya bertahan sampai pada tahun 1942, hal ini disebabkan karena masuknya Jepang ke Indonesia.


(12)

Pada masa Pendudukan Jepang di Indonesia tahun 1942, banyak mengalami perubahan terutama dalam bidang pendidikan, bahasa-bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar dihapuskan. Dan sekolah pada masa Belanda yang bermacam-macam seperti Sekolah Dasar: Europese Lagere School (ELS), Hollandsch Inlandsch School (HIS), Volkschool, Vervolgschool, Schakelschool, semua dihapuskan dan beralih menjadi Sekolah Dasar atau disebut sebagai Sekolah Rendah umum. Lama pendidikannya adalah 6 tahun, dan begitu juga Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada masa Belanda seperti: Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), Hogere Burger School (HBS) beralih menjadi Sekolah Umum (Cu Gakko). Penggunaan bahasa pengantar dalam pendidikan pada masa Pendudukan Jepang ialah bahasa Indonesia, dan bahasa kedua ialaah bahasa Jepang. Pendidikan pada masa Pendudukan Jepang lebih banyak diarahkan sistem pendidikan kemiliteran. Berakhirnya kekuasaan penjajah di Indonesia yaitu dengan lahirnya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945, maka pendidikan pada awal Kemerdekaan tidak berjalan dengan maksimal. Maka kemajuan pendidikan mulai dirasakan setelah tahun 1950 di Sumatera Utara. Karena pada waktu itu kurangnya tenaga guru setelah penjajah meninggalkan daerah Sumatera Utara.

Melihat gedung sekolah milik Belanda yang berada di Talun Kenas kosong tidak ada aktivitas pembelajaran semenjak tahun 1950-1964, maka para Veteran berusaha untuk melanjutkan sekolah tersebut yang selama ini terhenti.

Pada awalnya sekolah bekas jajahan Belanda ini menjadi perebutan bagi masyarakat, bahkan banyak pihak lain yang ingin menjadikan sekolah milik pribadi. Maka Veteran pada waktu itu bermohon kepada Talun Kenas, supaya sekolah bekas


(13)

jajahan colonial Belanda tersebut dijadikan sekolah umum dan milik Veteran. Sekolah ini dibangun untuk umum, akan tetapi bagi siswa yang keterunan Veteran akan mendapat disvensasi uang sekolah.

Masyarakat yang berkediaman di Talun Kenas pada waktu itu belum banyak melanjutkan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Maka dengan demikian di bentuklah Sekolah Menengah Pertama (SMP), yaitu Yayasan KAVRI yang beralamat di Kecamatan STM Hilir Desa Talun Kenas.

Pada tahun 1964, merupakan sebuah babakan baru bagi perkembangan pendidikan di Talun Kenas, pada tahun ini didirikan sebuah Sekolah Menengah Pertama (SMP) milik Veteran yang dulunya sekolah ini merupakan milik Belanda kemudian diambil alih oleh para Veteran yang berada di Talun Kenas. Pertama kali berdirinya sekolah ini diberi nama Sekolah Menengah Pertama (SMP) Yayasan Garuda, namun banyak pihak atau beberapa orang anggota Veteran yang tidak setuju dengan nama Yayasan Sekolah tersebut, karena nama Yayasan itu tidak menandakan Sekolah Yayasan milik Veteran. Maka nama Sekolah Yayasan Garuda diganti menjadi Sekolah Yayasan Kavri.

Setelah Indonesia Merdeka gedung milik Belanda yang berada di Talun Kenas menjadi kosong tidak ada aktivitas semenjak tahun 1950-1964, hal ini terjadi karena kurangnya perhatian pemerintah untuk dijadikan sebagai fasilitas yang dapat dipergunakan kepentingan rakyar. Berdasarkan hal tersebut maka Veteran mengambil inisiatif untuk dijadikan sebagai fasilitas pendidikan.


(14)

berjumlah pada ajaran pertama adalah 18 orang. Hal inilah yang menjadi ketertarikan penulis ingin meneliti tentang perkembangan sekolah tersebut lebih jauh lagi.

Dari penjelasan di atas maka penulis mengangkat judul mengenai “Yayasan Perguruan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kesatuan Anak Veteran Republik Indonesia (KAVRI) di Kecamatan STM Hilir (1964-1990)”. Tahun 1964 sebagai periode awal dari penelitian ini yang merupakan pembentukan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tahun 1990 sebagai akhir dari penelitian ini bahwa selama kurun waktu 26 tahun banyak terjadi perubahan, baik dari segi bangunan maupun sistem pendidikan/kurikulum Sekolah Yayasan Kavri tersebut. Seperti bertambahnya murid dari tahun ke tahun.

1.2Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan suatu hal yang terpenting dalam penelitian, sebab akan memudahkan penulis di dalam pengarahan pengumpulan sumber dalam rangka memperoleh data yang relevan4

1. Bagaimana latar belakang berdirinya Sekolah Menengah Pertama (SMP) Yayasan Kavri.

. Inilah yang akan menjadi landasan penulisan nantinya pada bab-bab selanjutnya.

Adapun permasalahan-permasalahan yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:

4


(15)

2. Bagaimana perkembangan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Yayasan Kavri dari tahun 1964-1990.

3. Apa Peranan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Yayasan Kavri bagi masyarakat Talun Kenas.

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian yang dirumuskan secara umum merupakan cara untuk memperoleh gambaran secara umum dari objek yang akan diteliti, dimana hasil yang diperoleh dapat dipergunakan sebagai bahan untuk menyempurnakan perencanaan dasar dari perumusan masalah5

1. Menjelaskan latar belakang berdirinya Sekolah Menengah Pertama (SMP) Yayasan Kavri.

. Adapun tujuan dari penelitian ini, adalah:

2. Menjelaskan perkembangan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Yayasan Kavri tahun 1964-2000.

3. Menjelaskan peranan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Yayasan Kavri bagi masyarakat Talun Kenas

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai suatu sarana imformasi bagi masyarakat yang berkepentingan di Desa Talun Kenas.

2. Menjadi suatu masukan bagi pemerintah sebagai pengambil kebijakan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, khususnya bagi


(16)

pemerintahan Kabupaten Deli Serdang, agar lebih memperhatikan kondisi pendidikan di daerah tersebut.

3. Menambah literatur kepustakaan yang dapat dimanfaatkan bagi peningkatan ilmu pendidikan, khususnya ilmu sejarah dalam penelitian sejarah pendidikan.

1.4Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dilakukan untuk menemukan buku-buku, majalah, dan sebagainya yang paling relevan dengan objek yang dikaji. Dalam penelitian ini, penulis membuat penuntun ataupun acuan yaitu berupa literatur kepustakaan yang berkaitan dengan penelitian ini.

Masjkuri dan Sutrisno Kutoyo dalam bukunya yang berjudul Sejarah Pendidikan Daerah Sumatera Utara (1981), menjelaskan bahwa pendidikan di daerah Sumatera Utara sejak zaman Hindu Budha sampai pada zaman setelah Indonesia merdeka. Pendidikan model barat ini mulai diperkenalkan terhadap masyarakat Sumatera Utara yaitu sekitar abad 19, yang kemudian diikuti dengan penyebaran injil oleh para misionaris ke daerah-daerah Sumatera Utara. Dalam menjalankan misinya para misionaris membutuhkan tenaga-tenaga terdidik untuk membantu misionaris. Oleh karena itu para misionaris mulai membangun sekolah-sekolah yang dikenal dengan sekolah-sekolah zending atau sekolah-sekolah-sekolah-sekolah Pendeta. Hal ini berbeda dengan sistem pendidikan pada masa Jepang yang bersifat kemiliteran dan pendidikan ketika Indonesia merdeka mengalami perkembangan yang sangat pesat.


(17)

Dari buku ini penulis menjadikan sabagai acuan untuk dapat memberikan imformasi mengenai pendidikan di Sumatera Utara, yang mana dalam perkembangan pendidikan dapat juga dirasakan oleh masyarakat Desa Talun Kenas yaitu dengan berdirinya sekolah Kavri.

Menurut Wardiman Djojonegoro, dalam bukunya Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia (1996), menjelaskan bahwa pendidikan sebagai sarana sosialisasi merupakan kegiatan manusia yang melekat dalam kehidupan masyarakat, sehingga usia pendidikan hampir sama tuanya dengan usia manusia dalam kehidupan bermasyarakat dan berbagai rentang peradaban. Perjalanan panjang perkembangan pendidikan di Indonesia sebelum kemerdekaan dapat ditelusuri sejak zaman Hindu dan Budha pada abad ke-5 zaman penjajahan, hingga Indonesia merdeka. Dari perkembangan sejak zaman itu, diperoleh gambaran bahwa pendidikan telah berlangsung sesuai dengan tuntutan zaman yang berbeda-beda dengan penyesueian pada ideologi, tujuan serta sistem penyampaiannya.

Dari buku ini penulis dapat menjadikan sebagai bahan acuan dalam penelitian. Bahwa pendidikan yang telah berkembang dari zaman ke zaman selama lima puluh tahun perkembangan pendidikan di Indonesia khususnya bagi masyarakat Talun Kenas juga mengalami perkembangan pendidikan tersebut. Senantiasa memperlihatkan terjadinya pergeseran pandangan masyarakat terhadap pendidikan pada zamannya masing-masing. Secara garis besar, semula pendidikan hanya dipandang sebagai pembina budi pekerti, sikap dan perilaku, kemudian dipandang sebagai sarana untuk meningkatkan keterampilan warga negara yang


(18)

masyarakat Desa Talun Kenas untuk mengenyam pendidikan di Sekolah Yayasan Kavri.

Menurut Made Piderta, dalam bukunya Landasan Kependidikan (1997), Menjelaskan bahwa Pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. Anak-anak menerima pendidikan sejak dini dari orang tuanya, dan mana kala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka juga mendidik anak-anak-anak-anaknya. Melalui pendidikan agama dan moral, begitu pula di sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa dididik oleh guru dan dosen, Dari buku ini penulis dapat menjadikan acuan dalam penelitian, sebab buku ini banyak menjelaska mengenai konsep-konsep kependidikan dari berbagai bidang seperti bidang ekonomi, psikologi, sosial budaya, hukum, serta bidang sejarah. Buku ini sangat membantu penulis dalam mengungkapkan pendidikan dari setiap bidangnya, sehingga mampu menguraikan serta membedakan tujuan pendidikan dari segi yang berbeda.

Menurut Syahrial De Saputra T, dalam bukunya Peranan Pendidikan Dalam Pembinaan Kebudayaan Nasional Daerah Sumatera Utara (1993), menjelaskan bahwa Pendidikan adalah suatu proses yang panjang dan mencakup keselururuhan yang dipelajari baik secara formal maupun non formal, yang menghasilkan kebudayaan bagi individu, membentuk kepribadiannya dan sosialisasi dirinya, yang keseluruhannya melengkapi dirinya untuk hidup sebagai warga masyarakat. (Beals and Hoijer,1959). Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 2 tahun 1989 ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia yang berdasarkan pada pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Sedangkan yang dimaksud dengan kebudayaan


(19)

bangsa Indonesia seperti yang tercantum dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budaya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan yang terdapat di daerah-daera seluruh Indonesia usaha kebudayaan tersebut harus menuju ke arah kemajuan adab budaya dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemajuan bangsa Indonesia. Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1988 dinyatakan antara lain bahwa dalam sektor kebudayaan terus menciptakan suasana yang mendorong tumbuh dan berkembangnya rasa tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial, disiplin nasional serta sikap budaya yang mampu melakukan pengembangan pembangunan, ekonomi,sosial masyarakat serta dapat mendukung dan memelihara budaya bangsa.

Buku-buku tersebut diatas dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam penelitian. Peranan pendidikan disetiap daerah tidak terlepas dari budayanya sendiri, sehingga anak-anak bangsa dapat melestarikan dan membangun budaya tersebut melalui pendidikan.

1.5 Metode Penelitian

Untuk menjadikan suatu tulisan sejarah yang ilmiah maka penulisan sejarahmenggunakan metode sejarah. Metode sejarah terdiri beberapa tahap, yaitu


(20)

Heuristik (pengumpulan sumber), Verifikasi (kritik intern dan kritik ekstern), Interpretasi (analisis), dan terakhir Historiografi (penulisan)6

Setelah sumber-sumber yang diperlukan sudah terkumpul, Penulis melakukan penyeleksiaan atau penyaringan sumber dengan memverifikasikan atau mengkritik sumber-sumber yang telah diperoleh melalui kritik intern dan kritik ekstern agar memperoleh keabsahan dari sumber tersebut. Sumber yang telah terkumpul tidak semuanya dapat diterima sehingga perlu adanya sikap kritis terhadap sumber yang telah terkumpul. Dalam melakukan kritik ini, Penulis menentukan apakah dokumen atau data yang telah diperoleh asli atau tidak. Kritik seperti ini disebut dengan kritik ekstern. Setelah itu barulah dilakukan pengecekan apakah isi dari dokumen tersebut valid atau tidak. Dengan demikian dilakukan pula kritik intern yang menelaah dan menyeleksi kebenaran isi atau fakta baik yang bersifat tulisan (buku, artikel, arsip) maupun penulisan (wawancara).

.

Dalam tahap pertama dilakukan heuristik atau pengumpulkan data, penulis mencari atau mengumpulkan sumber melalui studi kepustakaan (library research). Studi kepustakaan dilakukan dengan mencari referensi sebanyak mungkin seperti buku-buku, arsip yang berhubungan dengan masalah penelitian di perpustakaan, misalnya perpustakaan USU, perpustakaan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kavri terutama dari Sekolah Yayasan Kavri dan juga buku-buku pedoman Sekolah kavri. Selain dari pada itu juga dilakukan melalui wawancara seperti bapak Tepat Barus (81) tahun, dan bapak Siang Ginting (57) tahun yang banyak mengetahui tentang pendirian sekolah tersebut.

6


(21)

Selanjutnya sumber yang sudah menjadi fakta diinterpretasikan (ditafsirkan) agar memperoleh bentuk dan struktur dari fakta tersebut. Fakta-fakta yang telah dimiliki dirangkai menjadi satu membentuk suatu hipotesa yang selanjutnya akan dijadikan tulisan.

Tahap yang terakhir sampailah pada penulisan sejarah (Historiografi). Dalam penulisan ini, penulis menguraikan peristiwa dan kisah sejarah dengan memakai kronologi waktu agar penulisan ini menjadi tulisan sejarah yang ilmiah.


(22)

BAB II

GAMBARAN UMUM KECAMATAN STM HILIR

Gambaran umum Kecamtan STM Hilir yang merupakan lokasi penilitian ini adalah, letak geografis, komposisi penduduk, dan perkembangan pemerintahan. Hal ini untuk menggambarkan bagaimana situasi dan kondisi Kecamatan STM Hilir tentang keberadaan Yayasan Perguruan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kesatuan Anak Veteran Republik Indonesia (KAVRI).

Untuk menjelaskan dan memahami tentang keberadaan Yayasan Perguruan SMP Kavri Talun Kenas Kecamatan STM Hilir ada baiknya dimulai dari gambaran umum, untuk melihat persoalan-persoalan di sekeliling lokasi penelitian yang berhubungan dengan pendidikan dan perkembangan Sekolah Menengah Pertama tersebut. Adapun persoalan yang dibahas adalah kondisi geografis, komposisi penduduk, dan perkembangan pemerintahan. Persoalan yang dibahan ini sangat erat hubungannya dengan pertumbuhan maupun perkembangan sekolah Yayasan SMP KAVRI dalam perkembangan zaman.

2.1. Kondisi Geografis

Luas tanah STM Hilir 20506 Ha, dan keadaan alam (tofografinya) beriklim sedang dan sebelah selatan dibatasi bukit kecil, tinggi dari permukaan laut 190 sampai dengan 500 m. Kecamatan STM Hilir merupakan bagian dari wilayah pemerintahan Kabupaten Deli Serdang. Dengan luas daerah 20,506 km2 yang berbatasan dengan:


(23)

• Utara berbatasan dengan kecamatan. Patumbak dan Biru-Biru

• Selatan Berbatasan dengan Kecamtan STM Hulu

• Timur berbatasan dengan Kecamatan Bangun Purba

• Barat berbatasan dengan Kecamatan Biru-Biru.

Kecamatan STM Hilir terdiri dari 15 desa dan 102 dusun. Adapun nama-nama desa dan jumlah dusun yang ada di Kecamatan STM Hilir dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 1.1

Nama desa dan jumlah dusun tiap desa di kecamatan STM Hilir Tahun 1990

No Desa Jumlah Dusun

1 Talun Kenas 6

2 Sumbul 8

3 Tadukan Raga 6

4 Limau Mungkur 7

5 Nagara Baringin 6

6 Lau Barus Baru 12

7 Juma Tombak 6

8 Gunung Rintis 13

9 Siguci 8

10 Kuta Jurung 4

11 Tala Peta 6

12 Lau Bukit 5


(24)

14 Lau Tambak 3

15 Rambisi 6

Jumlah 102

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Deli Serdang Tahun 1990.

Dari tabel diatas terlihat bahwa masing-masing desa yag ada di Kecamatan STM Hilir memiliki jumlah dusun yang berbeda. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kepadatan penduduk dari masing-masing desa. Di Desa Gunung Rintis Misalnya terdapat 13 dusun perbedaan jumlah dusun ini untuk mempermudah mengorganisir masyarakat, agar seluruh masyrakat mendapat perhatian dari pemerintah.

Perbedaan jumlah dusun di Kecamatan STM Hilir sangat dipengaruhi oleh luas wilayah setiap desa. Adapun luas wilayah masing-masing desa yang ada di Kecamatan STM Hilir dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 1.2

Luas Wilayah Menurut Desa/Kelurahan Kecamatan STM Hilir Tahun 1990

No Nama desa Luas (km2) Rasio terhadap luas kecamatan (%)

1 Talun Kenas 3,30 1,60

2 Sumbul 7,51 3,66

3 Tadukan Raga 8,20 3,99

4 Limau Mungkur 10,23 4,98

5 Nagara Baringin 8,10 3,95

6 Lau Barus Baru 39,80 19,40

7 Juma Tombak 6,69 3,26


(25)

9 Siguci 10,40 5,07

10 Kuta Jurung 9,60 4,68

11 Tala Peta 12,62 6,15

12 Lau Bukit 5,25 2,56

13 Panungkiran 6,58 3,20

14 Lau Tambak 29,86 14,56

15 Rambai 7,36 3,58

Jumlah 20,506 100,00

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang Tahun 1990

Dari tabel di atas tampak bahwa desa yang mempunyai wilayah terluas adalah desa Lau Barus Baru dan Gunung Rintis yaitu sekitar 19,40 % dari luas kecamatan STM Hilir. Sementara itu desa yang luas wilayahnya paling sedikit adalah Desa 1,60 % dari luas Kecamatan STM Hilir.

2.2 Komposisi Penduduk

Masyarakat Kecamatan STM Hilir merupakan masyarakat yang heterogen, yang terdiri dari beraneka ragam suku. Keanekaragaman masyarakat di kecamatan ini karena wilayahnya berada pada posisi daerah perkebunan besar ataupun perkebunan kecil (Milik Perseorangan), oleh sebab itu maka daerah tersebut sebagai daerah pemukiman karyawan dari perkebunan.

Jumlah penduduk kecamatan STM Hilir yaitu 24078 jiwa yang terdiri dari 5346 KK yang didiami berbagai suku, satu sama lain hidup rukun dan mampu


(26)

memelihara adat istiadat, dan tenggang rasa antar pemeluk agama yang berbeda.7

No

Dari total jumlah penduduk tersebut terdapat berbagai sub etnis antara lain Jawa, Melayu, Karo, Simalungun, Batak Toba, Tapanuli Selatan. Mengenai jumlah penduduk berdasarkan suku dan persentase tiap desa adalah sebagai berikut:

Tabel 1.3

Jumlah Suku Tiap Desa

Di Kecamatan STM Hilir Tahun 1990

Desa Suku

Jawa Karo Tapsel Toba Melayu Simalungun

1 Talun Kenas 361 1754 - 18 - 50

2 Sumbul 150 1425 - 11 14 16

3 Tadukan Raga 1491 188 25 5 271 12

4 Limau Mungkur 330 1108 - 52 12 15

5 Nagara Baringin 196 1657 - 10 20 685

6 Lau Barus Baru 2651 259 11 337 23 68

7 Juma Tombak 535 605 - 18 - 290

8 Lau Rempak 110 355 - 95 - 128

9 Gunung Rintis 670 1242 - 116 4 23

10 Siguci 312 880 - 38 34 162

11 Kuta Jurung 34 731 - - - 24

12 Tala Peta 275 1143 - 23 - 72

13 Lau Bukit 11 1147 - 51 - 47


(27)

14 Panungkiran 6 845 - - - -

15 Rambai 6 716 - 5 - -

JUMLAH 7138 14055 36 779 378 1692

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang Tahun 1990

Berdasarkan tabel diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa urutan suku terbesar sampai yang terkecil adalah sebagai beriku

1. Karo (14055 jiwa) 2. Jawa (7138 jiwa)

3. Simalungun (1692 jiwa) 4. Toba (779 jiwa)

5. Melayu (378 jiwa) 6. Tapsel (36 jiwa).

Suku mayoritas di Kecamatan STM Hilir adalah Suku Karo hal ini disebabkan oleh daerahnya berada pada perbatasan antara wilayah Tanah Karo.

Bercampurbaurnya suku-suku di kecamatan STM Hilir ini karena:

a. Perkebunan yang membutuhkan karyawan, contoh pada awal perkembangan perkebunan terjadi imigrasi yang dilaksanakan pada masa politik etis (Politik Balas Budi), akibatnya banyak suku Jawa pindah ke Sumatera Utara untuk dijadikan pekerja dalam perkebunan

b. Hasrat untuk merantau yaitu untuk mencari kehidupan yang lebih baik, contoh adalah suku Batak Toba dan Tapanuli Selatan.


(28)

Bercampurbaurnya penduduk ini secara langsung maupun tidak langsung membentuk integritas yaitu bercampurbaurnya suku-suku sehingga mengenal budaya yang satu dengan yang lain.

Kemajemukan penduduk ataupun masyarakat Kecamatan STM Hilir membuat beragamnya agama yang dianut, dan dibawa oleh perantau dari daerah asalnya sendiri. misalnya suku Batak Toba dari Tapanuli Utara8

No

yang mayoritas beragama Kristen Protestan merantau ke STM Hilir akan membentuk komunitas tanpa adanya rasisme sesuai dengan agama yang dianut. Jumlah pemeluk agama pada masyarakat yang ada di Kecamatan STM Hilir ini adalah:

Tabel 1.4

Jumlah Pemeluk Agama

Di Kecamatan STM Hilir Tahun 1990

Agama Jumlah Persentase Dalam Jumlah

Penduduk (%)

1 Islam 10141 42,11

2 Kristen Protestan 6043 25,09

3 Khatolik 7703 31,99

4 Hindu 56 0,23

5 Budha - -

Jumlah 99,42

Sumber: Data Penduduk Kecamatan STM Hilir Tahun 1990

8

Penyebaran agama Kristen di Tapanuli (di Tanah Batak) di lakukan oleh Dr I. l. Nommensen tahun 1863 yang dikirim oleh RMG (Rheinische Mission Gesellschaf) dari jerman. Baca buku karangan Lothar Schreiner. Perjumpaan adat injil di tanah batak. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. 1999


(29)

Berdasarkan tabel diatas dapat dikatakan bahwa masyarakat lebih banyak memeluk Agama Islam yaitu 42,11 %. Jumlah pemeluk agama yang dianut oleh masayrakat adalah Hindu yaitu 0,23 % dan Pemeluk Agama Budha tidak ada. Kerukunan umat beragama antar pemeluknya di kecamatan STM Hilir, menunjukkan kondisi dan situasi yang berasakan biar berbeda beda tetap satu jua.

Pembentukan pribadi generasi pemuda untuk lebih mempertebal keimanan dilakukan melalui pembinaan dalam bidang keagamaan seperti pembentukan dan pembinaan remaja mesjid bagi kalangan generasi muda islam, maupun perkumpulan kerohanian oleh remaja Kristen yang bekerja sama dengan pimpinan gereja. Kecenderungan para pemeluk agama untuk lebih meningkatkan keyakinan diri kepada Tuhan tercermin dalam menjalankan ibadah maupun dalam pergaulan sehari-hari di lingkungan masyarakat antar pemeluk agama. Untuk menunjang masyarakat menjalankan ibadahnya, di kecamatan STM Hilir terdapat rumah ibadah menurut jenisnya antara lain:

1. Mesjid : 21 buah 2. Langgar/ surau : 22 buah 3. Gereja : 61 buah 4. Kuil : 1 buah9

Mayoritas masyarakat Kecamatan STM Hilir adalah Masyarakat Agraris yaitu dengan sumber mata pencahariannya pertanian. Disamping pertanian masyarakat Kecamatan STM Hilir juga memiliki mata pencaharian lainnya, seperti


(30)

pedagang, pegawai Negeri (PNS), ABRI, Karyawan Swasta. Adapun jumlah penduduk berdasarkan mata pencahariannya adalah sebagai berikut:

Tabel 1.5

Penduduk di kecamatan STM Hilir Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian Tahun 1990

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang Tahun 1990

Dari tabel di atas dapat dikatakan bahwa mayoritas masyarakat Kecamatan STM Hilir hidup dari bertani dengan jumlah 4135 jiwa, sedangkan mata pencaharian lainnya yang juga cukup banyak adalah sektor perdagangan, pengawai swasta dan pegawai negeri. Dan bermata pencaharian yang jumlahnya sedikit adalah ABRI Karena mereka adalah alat Negara untuk menjaga keamanan dalam masyarakat serta jumlah yang ditempatkan oleh pemerintah sangat sedikit sesuai dengan kebutuhan dan tingkat kriminalitas yang terjadi pada masyarakat.

Perbedaan sumber mata pencaharian di Kecamatan STM Hilir merupakan faktor dari kondisi geografis daerahnya yang cocok sebagai daerah pertanian,

No Jenis mata pencaharian Jumlah

1 Pertanian 4135

2 Pedagang 278

3 Pegawai Negeri 423

4 ABRI 14

5 Karyawan Swasta 1078


(31)

sehingga Perkebunan Tembakau Deli dapat berhasil ditanam masa Belanda dengan hasil yang memuaskan.

Adapun sebagian berdagang dan wiraswasta merupakan perpindahan penduduk dengan tujuan untuk mencari sumber kehidupan yang lebih layak dari pada di daerah asal. Dan hal inilah membuat daerah Kecamatan STM Hilir jumlah penduduknya setiap tahun mengalami pertambahan, dan semakin bercampur baurnya kehidupan masyrakat dari berbagai wilayah.

2.3. Perkembangan Pemerintahan

Pada masa Belanda berkuasa di Sumatera Timur, sistem pemerintahan berubah menjadi daerah Residen Sumatera Timur. Perubahan ini untuk mempermudah Belanda menguasai daerah yang sebelumnya berada pada Wilayah kekuasan kerajaan. Di Sumatera Timur kerajaan yang berkuasa adalah Kerajaan Deli, dan Kerajaan-kerajaan Serdang yang mempunyai hubungan dengan daerah kecamatan STM Hilir pada masa penjajahan Belanda disebut VAN.N. Senembah Tanjung Muda Hulu yang dipimpin Oleh perbapaan bermarga Barus dan tunduk kepada Sultan Serdang di Perbaungan.

Setelah Indonesia merdeka yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945 Segala bentuk pemerintahan diatur oleh pemerintah Republik Indonesia sebagai gubernur yang pertama di Sumatera Utara adalah Muhammad Hasan. Namun baru berselang dua tahun, Belanda mencoba menjajah kembali dengan tujuan polisionil (Agresi


(32)

Milter Belanda) akibatnya di Sumatera Utara terjadi konflik antara Tentara Belanda dengan Pasukan Ahmat Tahir ( Pertempuran Medan Area).

Indonesia merdeka sepenuhnya melalui Konfrensi Meja Bundar yaitu Pada tahun 1949 di Den Haag, maka pemerintah menasionalisikan segala milik Orang Eropa menjadi hak milik Indonesia dan menghapus bentukan Negara Boneka Belanda yaitu seperti Negara Sumatera Timur. Berakhirnya Negara Sumatera Timur diganti dengan Sumatera Utara maka kebijakan pemerintah adalah membagi Sumatera Utara menjadi beberapa Kabupaten. Salah satu Kabupaten yang merupakan bagian dari Sumatera Utara adalah Deli Serdang dan Kabupaten ini dibagi berapa kecamatan tujuannya adalah untuk mempermudah mengorganisir seluruh masyarakat.

Senembah Tanjung Muda Hulu dibagi menjadi 2 Kecamatan yaitu Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hilir (STM Hilir) dan Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hulu (STM Hulu). Setelah terbentuknya Kecamatan STM Hilir, maka Kecamatan ini dibagi menjadi 15 desa, adapun nama desa yang ada pada kecamatan ini dapat dilihat pada tabel 1.1 dan lengkap dengan jumlah dusun pada tiap desa.

Pada awal terbentuk yaitu pada tahun 1964 sampai dengan 1990 camat yang sudah pernah bertugas dapat dilihat pada tabel berikut:


(33)

Tabel 1.6

Camat yang pernah memimpin di kecamatan STM Hilir Tahun 1963 -1990

No Camat Tahun

1 Minggep ketaren 1963 - 1967

2 Najit Purba 1967 - 1970

3 Senter Tarigan 1970 – 1971

4 Esron Tarigan 1971 – 1975

5 Rahman Silangit 1975 – 1980

6 Dalin Sembiring 1980 – 1981

7 Drs.Timbul Sembiring 1981 – 1982

8 Sarana Singarimbun 1982 – 1985

9 Drs. H. Sinar Ginting 1985 – 1990

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang Tahun 1990 Berdasarkan tabel tersebut dapat dikatakan bahwa camat yang pernah menjabat mulai dari tahun 1963-1990, dan dari tahun 1963-1967 camat yang meminpin ialah Minggep Ketaren, dan Camat yang memimpin terakhir pada waktu batas penelitian ini dari tahun 1985 – 1990 adalah Drs. H. Sinar Ginting. Lama menjabat setiap camat yang memimpin di kecamatan STM Hilir ini tidak merata, ada yang memimpin hanya satu tahun yaitu Senter Tarigan dari tahun 1970 -1971, dan Dalin Sembiring memimpin dari tahun 1980 -1981.


(34)

BAB III

BERDIRINYA YAYASAN PERGURUAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KAVRI TAHUN 1964

Pada zaman penjajahan, sistem pendidikan di tanah air khususnya di Sumatera Timur lebih banyak disesuaikan dengan kepentingan penjajah dalam mempertahankan dan memperluas kekuasaannya. Pemerintah kolonial secara sistematis memasukkan paham kebudayaannya melalui pendidikan kepada kaum primbumi. Pemerintah kolonial juga mendidik para calon tenaga kerja trampil dibidang administrasi dan kejuruan untuk dipekerjakan dalam perkebunan yang mereka bangun di Sumatera Timur.

Dilihat dari segi pendidikan, pada masa Belanda berkuasa yang dapat mengencam pendidikan hanyalah kaum bangsawan, hal ini banyak masyarakat yang tidak mengenal pendidikan . Pada umumnya masyarakat dijadikan sebagai budak perkebunan. Sehingga kesengsaraan dan kemiskinan melanda masyarakat yang hanya melayani kepentingan Belanda.

Setelah Belanda kalah dengan Jepang tahun 1942. Pendidikan yang dikelolah oleh Belanda diganti dengan sistem pendidikan Jepang. Hal ini sangat sulit bagi masyarakat yaitu menjalani masa transisi pendidikan dari kekuasan Belanda ke kuasaan Jepang. Pendidikan pada masa pendudukan Jepang agak merosot karena jepang hanya menjadikan pendidikan itu sebagai suatu sarana untuk melatih masyarakat menjadi prajurit dengan kepentingan untuk Jepang dalam Perang Dunia II.


(35)

Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 agustus 1945, membawa pola perubahan yang drastis, dimana perubahan yang terjadi adalah bahwa segalanya diatur oleh pemerintah Indonesia untuk mensejahtrahkan rakyat. Akan tetapi pada awal Kemerdekaan Indonesia belum bisa secara terfokus menangani masalah ketatanegaraan, karena Kemerdekaan Indonesia belum mendapat pengakuan sepenuhnya dari dunia internasional ( secara De jure), pada tanggal 19 september 1945 Belanda mencoba untuk menguasai Indonesia kembali. Sehingga para pemimpin provinsi Sumatera Utara hanya terfokus untuk melakukan pelatihan militer terhadap pemuda Indonesia untuk melawan Belanda yang dikenal dengan peristiwa medan area. Kemajuan pendidikan mulai dirasakan setelah tahun 1950. Akan tetapi tenaga ahli dalam pendidikan (guru) masih sangat kurang, sehingga masyarakat secara merata tidak dapat merasa mendapatkan pendidikan.

Tingkat kepedulian masyarakat terhadap pendidikan di Sumatera Utara sangat besar seperti yang terjadi pada perjuangan Veteran yang berdomisili di Kecamatan STM Hilir dalam memperjuangkan gedung milik Belanda untuk dijadikan sebagai wadah sarana sekolah. Wujud dari perjuangan masyarakat (Veteran) Kecamatan STM Hilir terhadap pendidikan terbentuknya Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan nama SMP Swasta Talun Kenas pada tahun 1964.


(36)

3.1Pendidikan Sebelum Terbentuknya SMP KAVRI Talun Kenas tahun 1964. 3.1.1 pendidikan Pada Masa Belanda

Pendidikan sebelum Indonesia merdeka adalah pendidikan yang diatur oleh Belanda. Pendidikan Belanda yang diatur berdasarkan kepentingan dan kebutuhan Belanda sendiri untuk di pekerjakan dalam perkebunan yang mereka buka di Sumatera Timur. Perkebunan yang berkembang ini banyak membutuh tenaga kerja yaitu di bagian administrasi dan mandor (kerani).

Tenaga kerja yang dibutuhkan mengerti akan bahasa Belanda. Sejak meluasnya kekuasaan Belanda di Sumatera Timur dengan adanya perkebunan menyebabkan Belanda membuka sekolah-sekolah yang memakai bahasa Belanda. Maraknya sekolah yang didirikan oleh Belanda juga faktor dari sekolah nasional sehingga rakyat banyak tidak mau sekolah yang didirikan oleh Belanda.10

Adapun sekolah di Sumatera Timur yang dibuka oleh Belanda yaitu:11 a. Pendidikan Sekolah Dasar

sekolah dasar ini banyak didirikan di desa-desa, kurikulum yang dipakai adalah membaca, menulis dan berhitung.

b. Europese Lagere School

Sekolah ini hanya di peruntukkan bagi anak-anak Belanda dan anak-anak pegawai bangsa Indonesia yang dianggap sederajat denga bangsa

10

Sutrisno Kutoyo, dan Masjkuri . Op.Cit., Hal 49

11

Untuk mengetahui lebih lengkap tentang sekolah yag didirikan oleh belanda di sumatera utara baca buku Sutrisno Kutoyo, dan Masjkuri Sejarah Pendidikan Daerah Sumatera Utara. Medan: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1981. Ibid., hal 42-54


(37)

Belanda. Kurikulum yang berlaku adalah kurikulum dari negeri Belanda. Bahasa pengantar adalah Bahasa Belanda.

c. Hollandsch Inlandsche School (HIS)

Siswa yang diterima di HIS adalah anak-anak pegawai, anggota serdadu KNIL, anak raja dan anak pedagang. Kurikulum yang berlaku adalah Bahasa Belanda dan juga sebagai bahasa Pengantar, Bahasa Melayu, membaca, menulis, berhitung, ilmu bumi, sejarah, dan ilmu hayat.

d. Volkschool

Sekolah ini adalah untuk Bumiputra yang tujuannya adalah untuk membrantas buta huruf. Kurikulumnya adalah membaca, menulis, berhitung dan bahasa daerah (tergantung bahasa daerahnya sendiri)

e. Vervolgschool

Sekolah ini berada di ibu kota afdeling dan Distrik. Bentuk sekolah ini sama Volkschool akan tetapi ditambahkan dengan ilmu bumi, ilmu tumbuh-tumbuhan, ilmu binatang dan ilmu kesehatan.

f. Schakelschool

Pelajaran hampir sama dengan Vervolgschool tetapi yang diterima tamatan dari Volkschool.

g. Pendidikan Menengah Umum

1. MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) 2. HBS (Hogere Burger School)


(38)

2. Meisjes School (Sekolah Wanita) 3. Normal School (Sekolah Keguruan)

Di Kecamatan STM Hilir sekolah yang didirikan Belanda adalah Volkschool, yang terdiri desa Talun Kenas. Adanya pendidikan Volkschool di Desa Talun Kenas karena berdirinya perkebunan yaitu perkebunana tembakau Deli. Perkebunan tembakau Deli ini membutuhkan tenaga kerja sebagai kepala Afdeling dan mandor (kerani) dan budak. Perwujutan pendidikan Volkschool ini adalah untuk orang Pribumi.

Tujuan Belanda mendirikan Pendidikan dekat dengan perkebunan karena untuk mengisi tenaga kerja yang di butuhkan perkebunan tembakau, disamping itu juga untuk mengurangi masyarakat yang buta huruf.

Tahun 1939 Sekolah Volkschool berdiri dengan 4 (empat) ruangan yang terdiri dari:

a. 1 ruangan untuk Tata Usaha dan merangkap sebagai kantor Kepala Sekolah. b. 3 ruangan untuk sarana proses belajar mengajar.

Volkschool berada dibawah naungan perkebunan, dan gaji gurunya ditanggung oleh

Landschap atau pemerintah Kerajaan. Pemerintah hanya melakukan pengawasan melalui School Opziener (Penilik Sekolah).

Bahasa pengantar dalam volkschool ini adalah bahasa Melayu dan Bahasa Jawa dimana guru-gurunya berasal dari Padang Sidempuan. Kurikulum yang dipakai membaca, menulis, berhitung, dan bahasa Melayu sebagaimana volkschool


(39)

3.1.2 Pendidikan Pada Masa Pendudukan Jepang

Setelah Belanda kalah terhadap Jepang, segala asset yang dimiliki oleh Belanda dikuasai oleh Jepang. Pergantian penguasa ini membawa pola situasi yang berbeda, dimana gaya kepemimpinan lebih keras dengan Jepang. Kerasnya gaya kepemimpinan Jepang dapat dilihat dari pendidikan yang dikelola adalah untuk kepentingan perang dalam melawan sekutu. Pendidikan pada masa jepang bertujuan untuk mendidik pemuda menjadi militer.12

Pendidikan sekolah di zaman pendudukan Jepang banyak mengalami perubahan. Penggolongan pelayanan pendidikan baik menurut golongan bangsa maupun menurut status sosial dihapus. Sejak zaman Jepang, Bahasa Indonesia dan istilah Indonesia mulai dipergunakan di sekolah dan lembaga pendidikan. Sekolah rendah pada waktu itu diganti dengan Sekolah Rakyat, contoh Voklschool diganti dengan Sekolah Rakyat (Kokumin Gakko). Sekolah Rakyat terbuka untuk semua golongan penduduk dengan lama pendidikan enam tahun.13

Bentuk pendidikan Belanda dirubah menjadi sistem pendidikan Jepang dimana bahasa pengantarnya adalah bahasa Jepang. Hal ini membuat kesulitan bagi masyarakat. Kondisi volkschool di STM Hilir pada masa Jepang tahun 1942 tidak banyak yang berubah, yang berubah adalah bahasa pengantar yaitu bahasa Jepang dan bahasa Indonesia. Sifat kependidikan Voklschool lebih diarahkan kepada kemiliteran.

12

Wardiman djojonego. Limah puluh tahun perkembangan pendidikan Indonesia. Departemen pendidikan dan kebudayaan. 1996. Hal 37.


(40)

3.1.3 Pendidikan Setelah Indonesia Merdeka 1945-1964

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, terjadi perubahan sistem pemerintahan. Demikian juga dalam bidang pendidikan, peruabahan yang dilakukan cukup mendasar yaitu menyangkut penyesuaian dasar dan tujuan pendidikan, sistem persekolahan, dan isi pendidikan sesuai dengan aspirasi bangsa dan memberi kesempatan belajar yang seluas-luasnya kepada rakyat Indonesia.

Pendidikan formal di Kecamatan STM Hilir setelah Indonesia merdeka tidak ada, karena situasi di Indonesia belum stabil yaitu belum diakui oleh Belanda dan Inggris tentang kemerdekaan Indonesia. sehingga Belanda datang lagi ke Indonesia dengan tujuan polisionil. Sehingga aset Belanda yang dibangun ketika belum masuknya jepang untuk merebut kekuasaan Belanda di Inidonesia.

Kedatangan Belanda ke Indonesia kedua kalinya membuat Indonesia hanya terfokus untuk mempertahankan kemerdekaan. Setelah Belanda masuk ke Indonesia dengan tujuan polisionilnya maka Sumatera Utara kembali dikuasai oleh Belanda (NICA). Maka para pemuda di Sumatera Utara diarahkan untuk dilatih menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Seperti tempat pelatihan militer di Sumatera Utara adalah Di Jalan Sutomo dipimpin oleh Boyke Nainggolan adalah seorang bekas Zun-I (Bekas Tentara yang dididik Jepang untuk melawan sekutu). Di Kecamatan STM Hilir kondisi pada tahun 1945-1950 barisan kesatuan yang mempertahankan kemerdekaan adalah Pasukan Karim di Deli Tua, dipimpin oleh Letnan –I A. Karim Saleh dan Kelompok laskar yang terbentuk dengan latarbelakang yang berbeda yaitu berasal dari kelompok politik, saling menunjukkan


(41)

perjuangan masing-masing adalah Sektor Selatan sebelah Barat ditempati oleh (Deli Tua) ditempai oleh laskar Rakyat Pesindo bersama pasukan TNI.14

Untuk mendirikan sekolah pertama yang dilakukan veteran adalah mengusulkan kepada camat yang bertugas di STM Hilir yaitu Minggep Ketaren, para veteran menyampaikan hasrat dan keinginan masyarakat untuk mendirikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kecamatan STM Hilir. Bahwa di kecamatan tersebut belum ada sekolah menengah, keinginan para veteran di setujui oleh Camat

Dengan kondisi dalam mempertahankan kemerdekaan, perhatian terhadap pendidikan untuk mendirikan sekolah sebagai tempat melakukan proses belajar mengajar tidak ada. Semua tenaga rakyat dikerahkan untuk melawan Belanda yang mencoba menguasai wilayah sumatera utara. Konflik antara Indonesia dengan Belanda selesai pada tahun 1949 dan diakuinya kedaulatan Indonesia secara de facto

dan de jure. Setelah perang selesai, pemerintah kembali mengatur sistem pemerintahan dan mengatur pendidikan.

3.2 Berdirinya SMP Swasta KAVRI Talun Kenas

Berdirinya sekolah SMP KAVRI Talun Kenas adalah hasil dari perjuangan mantan pejuang sebelum Indonesia merdeka yang berasal dari Kecamatan STM Hilir. Para Pejuang (Veteran) ini melihat bahwa pentingnya sekolah untuk generasi bangsa yang berada di Kecamatan STM Hilir.

14


(42)

yaitu Minggep Ketaren yang memimpin Kecamatan STM Hilir dan menjabat selama 4 tahun yaitu 1963-1967.

Adapun lokasi yang dipilih adalah bekas gedung Volkschool yang dibangun oleh Belanda yang letaknya berada di desa Talun Kenas kecamatan STM Hilir. Setelah berhasil maka diresmikan pada tahun 1964 dengan nama SMP KAVRI (Kesatuan Anak Veteran Republik Indonesia). Adapun nama-nama Veteran yang memperjuangkan mendirikan/merintis SMP KAVRI adalah:

1. Tetap Barus 2. Gayang Barus 3. Bagi Tarigan 4. Ladang Ginting 5. Lihor Tarigan 6. Benteng Ginting 7. Ajar Ginting 8. Toireh Ginting 9. Nasip Sembiring 10.Perngis Ginting 11.Geteng

12.Tembun Ginting 13.Merih Ginting 14.Tuhu Limbeng 15.Selamat Lubis


(43)

16.Mapas Karo – Karo.15

Adapun alasan pemberian nama sekolah SMP Kesatuan Anak Veteran Republik Indonesia (KAVRI) Talun Kenas yaitu

a. Penghargaan kepada para veteran yang memperjuangkan berdirinya SMP Swasta KAVRI

b. Untuk mengabadikan kepada generasi dari Kecamatan STM Hilir adanya sumbangsi besar untuk memajukan masyarakat Kecamatan STM Hilir

c. Talun Kenas adalah salah satu daerah yang dibangun Volkschool pada masa kekuasaan Belanda di Sumatera Timur.

3.2Sistem Kepemilikan Yayasan Perguruan SMP KAVRI Talun Kenas

Dilihat dari sejarah berdirinya SMP KAVRI Talun Kenas merupakan hasil dari peran serta veteran yang berdomisili di Kectamatan STM Hilir. Status Yayasan Perguruan SMP Talun Kenas adalah Swasta16

Sistem pembagian hasil jasa, diatur oleh yayasan dan setiap veteran yang mempunyai distribusi terhadap pembentukan Sekolah Menengah Pertama (SMP) KAVRI ini mendapat imbalan jasa setiap bulan, dan apabila veteran meninggal

, dimana seluruh kegiatan yang ada pada sekolah diatur oleh yayasan yang disesuaikan dengan peraturan pendidikan pemerintah.

15

Wawancara dengan Ketua Veteran: Tepat Barus di Desa Talun Kenas, Tanggal 19 Nopember 2011.

16

Data sekolah Perguruan SMP Swasta KAVRI Talun Kenas tahun 1995, data yang diambil penulis dalam tahun ini belum ada perubahan pada awal berdirinya yaitu tahun 1964 sampai dengan


(44)

maka akan diberikan kepada ahli warisnya sebagai bentuk penghargaan dalam perjuangan mereka.17

No

Untuk mengatur seluruh aktivitas dalam pendidikan maka perlu dipilih pengurus, yang bertujuan untuk memanagement segala kegiatan yang terjadi di lingkungan sekolah. Dalam pengurusan yayasan sebagai ketua berasal dari veteran yang ikut berjuang dalam mewujudkan pendidikan menengah di Kecamatan STM Hilir. Adapun pengurus yayasan dari tahun 1964 sampai dengan 1990 dapat dilihat dalam tabel berikut

Tabel 2.1

Pengurus yayasan SMP KAVRI Tahun 1964-1990

Ketua Yayasan Sekretaris Tahun

1 Ngatur Gurusinga Karo Sekali 1964-1972

2 Ladang Ginting Petrus Barus 1972-1986

3 Muji Tarigan Milih Barus 1986-1990

Sumber: Data Yayasan SMP Swasta KAVRI tahun 1990.

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa periode pada setiap peminpin atau pun pengurus yayasan SMP Swasta KAVRI sangat berbeda. Lama seorang pemimpin dalam menjabat sebagai ketua yayasan tidak ada ditentukan periodesasinya. Sehingga pergantian dilakukan ketika ketua yang telah menjabat tidak sanggup untuk mengurus yayasan baru dilakukan pemilihan antar vetern dan keluarga pewaris yang telah meninggal. Hal ini menyebabkan lama seorang

17

Wawancara dengan veteran yang ikut dalam memperjuangkan pembentukan SMP Swasta KAVRI: Tepat Barus di Desa Talun Kenas, tanggal 23 Oktober 2011.


(45)

pengurus yayasan yang menjabat sebagai ketua menjadi bervariasi, seperti pada saat Ladang Ginting dan Muji Tarigan lama menjabat sebagai ketua yayasan yaitu 14 tahun sedang Ngatur Gurusinga sebagai ketua yayasan yang pertama hanya 8 tahun. Jabatan bendahara sebagai mengatur keuangan Yayasan SMP Swasta KAVRI merangkap dipegang oleh ketua yayasan.

Yang mengatur kegiatan Sekolah di pimpin oleh kepala sekolah. kepala sekolah yang sudah pernah menjabat di Sekolah Menengah Pertama (SMP) KAVRI adalah

1. Cuei Barus 1964-1985 2. Mena Barus 1985-2000

Periodesasi dalam kepemimpinan kepala sekolah tidak ada diatur oleh yayasan. Pergantian kepala sekolah ini karena umur yang tidak sanggup lagi untuk mengatur segala kegiatan yang ada disekolah


(46)

BAB IV

PERKEMBANGAN YAYASAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KAVRI (1964-1990)

Perkembangan sekolah Yayasan SMP Kavri dapat dilihat dari fasilitas yang disediakan oleh yayasan dan bantuan pemerintah. Hal ini dapat melayani anak didik dalam pertumbuhan dan perkembangan generasi dalam dunia pendidikan yang wajib belajar sembilan tahun untuk dapat berkompentensi. Adapun perkembangan sekolah Yayasan SMP Kavri dapat dilihat dari Fasilitas belajar mengajar seperti gedung, alat peraga dan laboratorium, alat pelajaran, guru, sarana olah raga, ektrakurikuler, kurikulum, dan siswa

4.1 Fasilitas Belajar Mengajar

Fasilitas merupakan alat pendukung untuk melakukan proses belajar mengajar dengan maksimalsesuai dengan tujuan pendidikan. Fasilitas yang disediakan Yayasan SMP Kavri dari tahun 1964 sampai dengan 1990, kalau dilihat dari kebutuhan dan perkembangan pendidikan di Indonesia masih sangat minim. Minimnya fasilitas pendidikan menyebabkan ketertigalan Siswa SMP Kavri dengan siswa SMP yang ada di Sumatera Utara. Berikut ini akan dibahas tentang berbagai fasilitas pendukung sekolah yang ada di Yayasan SMP Kavri.

4.1.1 Bangunan/Gedung Sekolah

Dalam pelayanan pendidikan, bangunan merupakan suatu wadah atau tempat untuk digunanakan dalam proses belajar-mengajar.


(47)

Pada awal terbentuknya Sekolah Menengah Pertama (SMP) Yayasan Kavri tahun 1964 gedung yang dipergunakan hanyalah sisa peninggalan penjajahan Belanda, yaitu hanya 4 ruangan yang digunakan sebagai tempat belajar. Ke empat ruangan ini terdiri dari 1 ruangan untuk kantor kepala sekolah dan tata usaha, dan 3 ruangan untuk proses belajar mengajar.

Fasilitas yang disediakan oleh yayasan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Yaysan Kavri masih sangat minim, hal ini karena kurangnya bangunan seperti gedung perpustakaan, kantor guru, dan gedung laboratorium. Akan tetapi tetapi yayasan terus mengembangkan pendidikan yaitu dengan cara menambah jumlah gedung yaitu pada tahun 197318

Dalam pembangunan gedung sekolah, dana yang diperoleh dari masyarakat dan pemilik yayasan. Pertambahan jumlah gedung SMP Swasta KAVRI ini sangat lambat, ini disebabkan oleh kurangnya perhatian masyarakat dan pemerintah untuk

.

Setelah berhasil diambil alih oleh para Veteran Gedung ini dirubah menjadi milik perseorangan dengan Status Bangunan dan status tanah ini merupakan hak milik yayasan dengan luas tanah 6.800 m2. Dalam bentuk kepemilikan ini SMP KAVRI dikelolah berdasarkan dari kepemilikan dan kemampuan yayasan untuk mengembangkan sekolah ini.

18


(48)

mendukung dalam bentuk material. Jumlah gedung SMP Yayasan KAVRI dari tahun 1964-1990 adalah sebagai berikut:19

1. Ruang teori kelas

a. Kelas 1 : 3 Kelas b. Kelas 2 : 2 Kelas c. Kelas 3 : 2 Kelas 2. Ruang Lap/IPA : Belum ada 3. Kantor Kepsek : 1

4. Kantor Tata Usaha : 1 5. Kantor Guru : 1 6. Perpustakaam : 1

Jumlah Ruangan : 11 Ruangan

Dilihat dari jumlah gedung sekolah masih kurang memadai dalam melayani kebutuhan siswa dan staf Yayasan SMP KAVRI. Hal ini dapat dilihat yaitu ruang Laboratorium untuk pelajaran IPA, hal ini menjadi kendala bagi seorang guru untuk mengenalkan sebuah permasalahan yang terkait dengan laboratorium. Begitu juga siswa tidak dapat memahami apa yang disampaikan oleh guru karena tidak melihat dan mempraktekkan apa yang diajarkan oleh guru.

4.1.2 Alat Peraga Dan Laboratorium

19

Wawancara dengan Kepala Sekolah SMP KAVRI: Siang Ginting, tanggal 11 November 2011 Di Kecamatan STM Hilir desa Talun Kenas.


(49)

Pada hakikatnya kegiatan belajar-mengajar adalah suatu proses komunikasi (penyampaian pesan). Proses komunikasi harus diciptakan atau diwujudkan melalui kegiatan penyampaian tukar-menukar pesan atau informasi oleh setiap guru dan peserta didik. Pesan atau informasi yang dimaksud termasuk dalam salah satu sumber belajar yang membantu memecahkan masalah belajar. Jadi, dapat dikatakan bahwa penyampaian pesan atau proses komunikasi yang dilaksanakan sebagaimana mestinya dapat membantu memecahkan masalah belajar.

Guru yang mengharapkan proses dan hasil pembelajaran supaya efektif, efisien, dan berkualitas, semestinya memperhatikan faktor media instruksional yang keberadaannya memiliki peranan sangat penting. Media instruksional merupakan

integral-part (bagian menyeluruh) dari proses komunikasi instruksional (belajar-mengajar) dan bertumpu pada tujuan pendidikan. Agar media instruksional yang digunakan dapat dimanfaatkan hingga mencapai tujuan yang ingin dicapai, maka perlu diketahui pengertian media instruksional.

Alat pendukung dalam pembelajaran yang digunakan oleg guru dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan seharusnya mempunyai alat peraga. Fungsi alat peraga ini adalah untuk mempermudah untuk memahami setiap permasalahan yang diajarkan pada setiap mata pelajaran. Alat peraga yang disediakan oleh yayasan SMP KAVRI Talun Kenas masih sangat minim.

Berdasarkan pengakuan dari seorang alumni angkatan tahun 1964 yaitu20

20

Wawancara dengan alumni angkatan I tahun 1964: Makmur Ginting. Tgl 15 Nopember 2011 Makmur Ginting, pada waktu belajar guru hanya menyampaikan teori tanpa adanya


(50)

pengenalan suatu alat tentang mata pelajari yang di sampaikan oleh guru. Kekurangan alat peraga untuk membatu siswa agar mudah memahami mata pelajaran merupakan suatu kendala bagi mereka untuk mengikuti proses belajar. Contoh seorang guru yang mengajarkan mata pelajaran ilmu ukur, alat yang berkaitan dengan ilmu ukur tidak ada, sehingga siswa hanya membayangkan dan meraba alat-alat apa yang dimaksud seorang guru. Guru hanya bisa menggambar dan menjelaskan sistem penggunaan sesuai dengan tentang alat yang dibutuhkan dengan mata pelajaran. Ketidak lengkapan alat peraga untuk membantu guru dalam menerangkan suatu masalah dalam pelajaran yang disampaikan kepada siswa berlangsung cukup lama yaitu selama 10 tahun yaitu sampai pada tahun 1974.

Laboratorium juga mempunyai arti yang sangat penting dalam media pembalajaran. Laboratoriun21

• Sebagai tempat dilakukannya percobaan

dapat digunakan untuk membantu siswa memahami bahkan menguji teori-teori yang disampaikan guru di dalam kelas. Fungsi dari laboratorium bagi siswa adalah:

Fungsi semua laboratorium bagi siswa adalah antara lain :

Alat-alat laboratorium dan bahan-bahan praktikum tidak mungkin semuanya diletakkan dalam kelas, oleh karena itu percobaan dilakukan di dalam laboratorium.

• Sebagai tempat penunjang kegiatan kelas

21

Laboratorium adalah tempat belajar mengajar melalui media praktikum yang dapat menghasilkan pengalaman belajar dimana siswa berinteraksi dengan berbagai alat dan bahan untuk mengobservasi gejala-gejala yang dapat diamati secara langsung dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.


(51)

Dengan adanya kegiatan pembalajaran di laboratorium, mahasiswa dapat mengamati gejala-gejala yang terjadi dalam percobaan secara langsung dan tidak hanya belajar menurut teori-teori yang ada.

• Sebagai tempat display / pameran

Laboratorium juga dapat digunakan sebagai tempat pameran atau display dari hasil-hasil percobaan atau penelitian yang telah dilakukan, agar memberi gambaran lebih bagi mahasiswa dan dapat memotivasi untuk penelitian atau percobaan yang lebih baik.

• Sebagai tempat koleksi sejumlah spesis langka

Dengan adanya koleksi sejumlah spesis memudahkan mahasiswa mengamati secara langsung spesis yang mungkin sulit untuk menemukannya.

• Sebagai museum kecil

Hasil-hasil penelitian dan sejumlah spesis langka di kumpulkan dan diklasifikasikan, sehingga laboratorium dapat digunakan sebagai museum kecil.

Adapun tujuan proses pembelajaran di laboratorium bagi siswa yaitu :

• Teliti dalam pengamatan dan cermat dalam pencatatan pada saat pengamatan

• Mampu menafsirkan hasil percobaan untuk memperoleh penemuan dan dapat memecahkan masalah

• Mampu merencanakan dan melaksanakan percobaan

• Terampil menggunakan alat-alat laboratorium


(52)

Dilihat dari fungsi dan tujuan laboratorium, seluruh siswa yang tamat dari SMP KAVRI tidak pernah merasakan bagaimana melakukan kegiatan dengan menggunakan Laboratorium yang bertujuan untuk meningkatkan tujuan pendidikan. Misalkan ketika guru menerangkan kepada siswa bahwa bakteri hanya dapat dilihat dengan mikroscop (lensa pembesar), maka jika ada laboratorium dapat membuktikan dan mengamati bagaimana bentuk dari bakteri yang diterangkan oleh guru. Dengan adanya laboratorium ini siswa akan aktif dalam pembuktian setiap pelajaran yang di samapaikan oleh gurunya.

Dari tahun 1964 sampai dengan 1990 laboratorium tidak ada di sekolah SMP KAVRI Talun Kenas. Akibatnya siswa tidak penah mengenal apa fungsi laboratorium dalam pembelajaran.22

22

Wawancara dengan alumni Makmur Ginting (angkatan 1964), Halimah ( angkatan 1983), Sadakata Ginting (angkatan 1988), Tanggal 19 oktober 2011 di Desa Talun Kenas.

Tidak adanya laboratorium menyebabkan siswa sekolah ini tidak paham apa yang disampaikan oleh gurunya sehingga mereka merasa tertinggal jauh dengan sekolah lain. Akibatnya siswa yang lulus dari sekolah ini tidak pernah melihat dan menggunakan laboratorium untuk menunjang mata pelajaran yang di terima dari setiap guru bidang studinya.

4.1.3 Alat Pembelajaran

Alat pembelajaran merupakan bagian yang sangat terpenting bagi siswa sebagai sumber pengetahuan. Alat pembelajaran yang dimaksud disini adalah seperti buku-buku pelajaran yang dipergunakan oleh siswa sebagai pedoman dalam memahami pelajaran disekolah.


(53)

Buku pelajaran yang dipergunakan oleh siswa SMP KAVRI pada awalanya sangat minim, hal ini karena ketidak mampuan ekonomi orang tua untuk membeli buku yang dibutuhkan oleh anaknya. Dalam proses belajar mengajar yang mempunyai buku adalah guru, siswa mencatat apa yang disampaikan guru. Keterbatasan kelengkapan buku ini membuat siswa kewalahan dalam memperluas ilmu pengetahuan sesuai dengan mata pelajaran masing-masing.23

Kesulitan yang dialami oleh siswa akibat kekurangan buku-buku sebagai pegangan adalah bagaimana cara siswa untuk mendapatkan sumber pengetahuan Sedangkan pada tahun (1964-1969 ) buku tulis yang dipergunakan siswa masih minim, bahkan siswa hanya mempunyai 1 buku tulis untuk semua mata pelajaran. Akan tetapi siswa tidak ada lagi yang menggunakan lei dan gereb sebagai alat tulisnya, alat tulis seperti ini dimana setelah siswa siap menulis langsung dihapus dan ditulis kembali.

Siswa mempunyai buku pelajaran mulai pada tahun 1970, akan tetapi tidak semua siswa secara merata mempunyai buku. Hal ini disebabkan oleh ekonomi orang tuanya yang berbeda-beda, yang terpenting bagi orang tua anaknya tidak buta huruf. Buku-buku yang digunakan pada tiap tahunnya sangat berbeda karena pergantian kurikulum yang diatur oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam mengikuti perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). Perubahan kurikulum ini mengakibatkan siswa tidak dapat memenuhi buku-buku yang dibutuhkan dalam pembelajaran.

23


(54)

dalam mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) yang diberikan oleh guru, setiap PR yang diberikan oleh guru banyak tidak tuntas dikerjakan oleh siswa.

4.2. SISWA

Perkembangan jumlah siswa merupakan salah satu prestasi sekolah SMP KAVRI dalam management pendidikan terhadap masyarakat luas terutama terhadap Kecamatan STM Hilir, Medan Deli Tua. Perkemnbangan jumlah siswa dapat dilihat dalam tabel berikut:

TABEL 3.1

JUMLAH SISWA PADA TAHUN 1964-1990 N

o

Tahun Ajaran

Jumlah siswa Jumlah

Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3

1 1964-1965 21 - - 21

2 1965-1966 20 21 - 41

3 1966-1967 24 20 21 64

4 1967-1968 19 24 41 74

5 1968-1969 24 19 24 67

6 1969-1970 17 24 19 60

7 1970-1971 20 17 24 61

8 1971-1972 18 20 17 55

9 1972-1973 23 18 20 61


(55)

11 1974-1975 25 18 23 66

12 1975-1976 28 25 18 71

13 1976-1977 30 28 25 63

14 1977-1978 38 30 28 96

15 1978-1979 44 38 30 112

16 1979-1980 49 44 30 123

17 1980-1981 56 49 44 149

18 1981-1982 67 56 49 166

19 1982-1983 70 67 56 193

20 1983-1984 75 70 67 212

21 1984-1985 71 75 70 217

22 1985-1986 70 71 75 217

23 1986-1987 75 70 71 217

24 1987-1988 69 75 70 214

25 1988-1989 80 69 75 224

26 1989-1990 65 80 69 214

Jumlah 1094 1051 984

Jumlah total siswa 2145

Sumber: Data arsip sekolah SMP Swasta KAVRI tahun 1990

Dilihat dari jumlah siswa setiap tahun ajaran pada tabel 3.1 maka disimpulkan mengalami peningkatan atau bertambahnya jumlah siswa yang masuk untuk belajar di SMP Swasta KAVRI. Walaupun ada di sebagian tahun ajaran yaitu pada tahun 1974 dimana jumlah siswa yang masuk hanya 18 orang. Jumlah seluruh


(56)

selama 26 tahun ini dapat disimpulkan bahwa sekolah SMP KAVRI sudah banyak menciptakan manusia yang berpengetahuan, dan kreatif.

Angkatan I SMP Swasta KAVRI lama tamat yaitu 4 tahun (1964-1968), karena situasi Indonesia sangat kacau yaitu terjadinya gerakan 30 September oleh PKI.24

24

Wawancara dengan dengan Kepala Sekolah SMP Swaata KAVRI: Siang Ginting Tanggal 14 Nopember 2011 di Desa Talun Kenas.

Terjadinya gerakan 30 September oleh PKI sangat berpengaruh disetiap daerah yang disusup oleh partai PKI untuk mencari dukungan rakyat supaya mereka dapat mendapatkan kursi di DPR/MPR pada sebelum terjadi gerakan 30 S PKI. Akibat adanyanya kudeta ini terhadap pemerintahan RI maka sekolah di Indonesia banyak yang ditutup salah satunya SMP Swasta KAVRI karena rakyat merasa takut akibat adanya pembersihan simpatisan dan kader PKI diseluruh wilayah Indonesia setelah Soeharto mendapat mandat dari Presiden Soekarno melalui Surat Perintah Sebelas Maret (SUPERSEMAR).

4.3 Kurikulum

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi yang dibakukan dan cara pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah. Kompetensi perlu dicapai secara tuntas (belajar tuntas). Kurikulum dilaksanakan dalam rangka membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional,kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan.


(57)

Kurikulum ini salah satu bagian dari alat untuk mencapai tujuan pendidikan, dan sekaligus digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pada berbagai jenis dan tingkat sekolah. Kurikulum menjadi dasar dan cermin falsafah pandangan hidup suatu bangsa, akan diarahkan kemana dan bagaimana bentuk kehidupan bangsa ini di masa depan, semua itu ditentukan dan digambarkan dalam suatu kurikulum pendidikan. Kurikulum haruslah dinamis dan terus berkembang untuk menyesuaikan berbagai perkembangan yang terjadi pada masyarakat dunia dan haruslah menetapkan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.

Webster Third The New Internasional Dictionar menyebutkan bahwa curriculum berasal dari kata curere. Dalam bahasa Latin Currerre berarti: berlari cepat, tergesa-gesa dan menjalani. Currerre dikatabendakan menjadi curriculum

berarti:25

a. Lari cepat, pancuan, balapan berkereta, berkuda, berkaki. b. Perjalanan, satu pengalaman tanpa berhenti.

c. Lapangan perlombaan, gelanggang, jalan.

Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah mata pelajaran, akan tetapi memuat pada segala sarana dan prasarana sekolah yaitu seperti bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan perpustakaan, dan pekarangan sekolah untuk menunjang ataupun mendukung proses belajar-mengajar agar bisa berjalan sesuai dengan tujuan pendidikan.

25


(58)

Di SMP KAVRI Talun Kenas, kurikulum merupakan salah satu alat untuk mengembangkan pendidikan. Kurikulum yang dipakai pada tahun 1964, pada awal beridirinya SMP KAVRI adalah sebagi berikut:

1) Bahasa Indonesia. 2) Sipik (Kewarnegaraan). 3) Aljabar.

4) Ilmu Alam. 5) Ilmu Ukur.

6) Pendidikan Agama

7) Sejarah Perjuangan Bangsa. 8) Olah Raga

9) Agama.26

Tahun 1968 kurikulum yang dipakai mengalami perubahan (revisi) hal ini disebabkan oleh kurikulum pada tahun 1964 dianggap tidak sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Adapun kurikulum yang berlaku pada tahun 1968 yaitu:

1) Bahasa Indonesia. 2) Bahasa Inggris.

3) IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). 4) Kesenian.

5) Aljabar.

26

Wawancara dengan alumni angkatan I: Makmur Ginting tanggal 14 November 2011 di Desa Pancur Batu


(59)

6) Ilmu Alam. 7) Ilmu Ukur. 8) Sejarah. 9) Agama.

10)Pendidikan Agama. 11)Kewarganegaraan.

Untuk pengklasifikasian kurikulum ini, guru merupakan faktor terpenting untuk mengimplementasikan terhadap siswa. Bagaimana idealnya suatu kurikulum tanpa ditunjang oleh kemampuan seorang guru untuk menginplemenatasikannya, maka kurikulum ini tidak bermakna sebagai suatu alat pendidikan dan sebaliknya pembelajaran tanpa kurikulum tidak efektif. Dan demikian peran guru dalam menginplemenatasikan kurikulum memegang kunci.

Ketidak lengkapan Guru Di SMP Swasta KAVRI membuat kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah tidak semuanya bisa dijalankan kepada siswa. Kurikulum tahun1968 yang dianjurkan oleh pemerintah yang tidak dapat dijalankan oleh sekolah SMP KAVRI karena kurang tenaga pengajar. Adapun mata pelajaran yang tidak dapat diajarkan kepada siswa yaitu

1. Administrasi. 2. Bahasa daerah 3. Ilmu Hayat 4. Prakarya


(60)

Banyaknya jumlah mata pelajaran yang tidak didapat oleh siswa menjadi kurang maksimalnya perhatian pemerintah dalam pemerataan pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan yang seutuhnya.

Untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru di dalam kelas maka diadakanlah ujian. Ujian ini biasanya diselenggarakan dengan harian, bulanan, caturwulan, dan semester. Setiap akhir semester dan penaikan kelas siswa diberikan rapor, sebagai daftar nilai-nilai yang diperoleh dalam jangka waktu yang telah ditetapkan oleh sekolah sekolah. Nilai merumapakan hasil kemampuan mereka menyerap ataupun memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Disamping mengadakan ujian harian, caturwulan, maupun semester di sekolah juga diselenggarakan evaluasi tahap akhir atau yang dikenal dengan istilah EBTANAS. Evaluasi tahap akhir ini diperuntukkan bagi siswa yang duduk di bangku kelas 3 Sekolah Menengah Pertama. Mata pelajaran yang diujikan tercantum pada kurikulum. Setelah siswa menyelesaikan ujian ini dan dinyatakn lulus, maka siswa tersebut akan mendapatkan sebuah Surat Tanda Tamat Belajar (STTB). 27

27

Wawancara dengan Kusur Sembiring di Desa Talun Kenas Kecamata STM Hilir, pada tanggal 17 November 2011

Waulupun siswanya berasal dari berbagai suku, akan tetapi bahasa pengantar yang dipergunakan adalah Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia dipergunakan karena bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahas formal yang harus dipergunakan di sekolah yang ada di Indonesia.


(61)

4.4 Kegiatan Ekstra Kulikuler

Salah satu wadah pembinaan siswa di sekolah adalah kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan-kegiatan yang diadakan dalam program ekstrakurikuler didasari atas tujuan dari pada kurikulum sekolah. Melalui kegiatan ekstrakurikuler yang beragam siswa dapat mengembangkan bakat, minat dan kemampuannya. Kegiatan-kegiatan siswa di sekolah khususnya kegiatan ko/ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang terkoordinasi terarah dan terpadu dengan kegiatan lain di sekolah, guna menunjang pencapaian tujuan kurikulum.

Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakuka belajar ko/ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang terkoordinasi terarah dan terpadu dengan kegiatan lain di sekolah, guna menunjang pencapaian tujuan kurikulum 28

. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar siswa dapat mengembangkan kepribadian,

diadakan secara merintis kegiatan di luar ja

Dari tujuan ekstrakurikuler di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ekstrakurikuler erat hubungannya dengan prestasi belajar siswa. Melalui kegiatan ekstrakurikuler siswa dapat bertambah wawasan mengenai mata pelajaran yang erat kaitannya dengan pelajaran di ruang kelas dan biasanya yang membimbing siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler adalah guru bidang studi yang

28


(62)

bersangkutan. Melalui kegiatan ekstrakurikuler juga siswa dapat menyalurkan bakat, minat dan potensi yang dimiliki. Salah satu ciri kegiatan ekstrakurikuler adalah keanekaragamannya, hampir semua minat remaja dapat digunakan sebagai bagian dari kegiatan ekstrakurikuler.

Hasil yang dicapai siswa SMP KAVRI setelah mengikuti pelajaran ekstrakurikuler dan berdampak pada hasil belajar di ruang kelas yaitu pada mata pelajaran tertentu yang ada hubungannya dengan ekstrakurikuler yaitu mendapat nilai baik pada pelajaran tersebut. Biasanya siswa yang aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler akan terampil dalam berorganisasi, mengelola, memecahkan masalah sesuai karakteristik yang digeluti.

Kegiatan ekstakurikuler di SMP KAVRI mulai berkembang pada tahun 1970, yaitu sarana olah raga yaitu renang, dan bola kaki penyediaan sarana dan prasaran untuk kegiata ekstrakurikuler di sekolah SMP KAVRI masih sangat minim hal merupakan kurangnya perhatian pemerintah dan masyarakat dalam mengembangkan pendidikan sekolah menengah pertama ini.

Kegiatan dari ekstrakurikuler ini sendiri dapat berbentuk kegiatan pada kemajuan dari siswa-siswi itu sendiri. Berikut beberapa contoh ekstrakurikuler yang di adakan di sekolah SMP KAVRI tahun 1964 - 1990:29

• Olahraga

o Badminton o Bola Voli

29


(63)

o Sepak Bola o Lari-lari o Senam

• Keagamaan (Pendalaman agama)

o Kerohanian Islam o Kerohanian Kristen

• Kesenian

o Paduan suara o Tari

 Tari modern

 Tari tradisonal

 Masak-Memasak

• Baris-berbaris

o Pasukan Pengibar Bendera o Praja muda karana

4.5. Seragam Sekolah

Seragam sekolah adalah merupakan fasilitas sekolah yang diwajibkan oleh pemerintah untuk membedakan tingkatan dalam pendidikan. Untuk pelajar SMP warna seragam sekolah adalah puti biru yaitu baju putih dan celana biru, topi dan dasi warna biru, warna ini adalah membedakan apakah dia pelajar SD, SMP, ataupun SMA.


(64)

Siswa SMP KAVRI pada tahun 1964, belum ada memakai seragam, sebagai mana yang ditentukan oleh pemerintah. Para siswa angkatan pertama ini masih berpakaian bebas, mengenakan sandal jepit dan sebagian tidak memakai sandal. Hal ini karena kurang kemampuan ekonomi orang tua siswa dalam memenuhi perlengkapan sekolah anaknya. Kondisi seperti ini berlangsung sampai tahun 1968 (1964-1968) selama 2 tahun anak didik SMP Swasta KAVRI belum mempunyai seragam (orang tua tidak mampu membeli seragam).30

Tahun 1964 bentuk uang sekolah yang diberikan siswa adalah beras yaitu sebanyak 2 kilogram, situasi seperti ini berlangsung hingga pada tahun 1969. Kalau dilihat dari banyak uang sekolah yang dibebankan pada siswa pada tahun 1964-1969 masih sangat murah, hal ini dibuat oleh pihak yayasan untuk menarik perhatian masyarakat agar anaknya mendapatkan pendidikan yang layak.

Seragam SMP KAVRI yang ditetapkan oleh pemerintah baru terealiasai pada tahun 1968. Dimana siswa telah diwajibkan oleh sekolah untuk memakai seragam sesaui anjuran pemerintah.

4.6. Uang Sekolah

Uang sekolah merupakan kontribusi yang sangat besar terhadap perkembangan sekolah yang dikelolah oleh pihak swasta. Segala keperluan sekolah yang berhubungan dengan siswa seluruhnya dibebankan kepada siswa, uang sekolah yang tujuannya untuk pembangunan sekolah, melengkapi alat-alat proses belajar, gaji guru, dan seluruh staf yayasan SMP KAVRI.

30


(1)

komunikasi antara yang satu dengan yang lain. Dengan adanya interaksi yang terjadi karena media sekolah tersebut maka mereka akan saling menghormati dalam bentuk latar belakang yang berbeda. Misalnya apabila suku Karo melaksanakan resepsi pernikahan yang dilaksanakan dengan adat Karo dan diberkati dengan sesuai agama yang di anutnya, maka suku lain akan menghormati tanpa membuat kekacauan, bahkan suku lain seperti suku Batak Toba akan ikut dalam merayakan resepsi pernikahan yang diadakan oleh Suku Karo tersebut. Dari contoh dapat diambil kesimpulan bahwa keberadaan Sekolah Menengah Pertama (SMP) KAVRI sangat berpengaruh terhadap budaya masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

5.4 Menciptakan Lapangan Kerja

Setelah berdirinya Yayasan Sekolah Menengah Pertama (SMP) KAVRI di desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir akan memberikan dampak positif terhadap kehidupan sosial ekonomi. Dengan berdirinya Sekolah Menengah Pertama (SMP) KAVRI membuka lapangan kerja bagi masyarakat umum. Lapangan kerja yang dibutuhkan dalam pendidikan (sekolah) adalah:34

• Pengurus Yayasan yaitu ketua yayasan, sekertaris dan Bendahara

• Kepala sekolah • Staf pengajar

• Administrasi (Tata Usaha) • Petugas Kebersihan

34

Wawancara dengan Ketua Yayasan SMP Swasta KAVRI:Benteng Ginting, di Desa Talun Kenas pada tanggal 21 November 2011


(2)

• Satpam (penjaga keamanan dilingkungan sekolah)

Walaupun tidak besar jumlah tenaga kerja yang diserap oleh Yayasan Sekolah Menengah Pertama (SMP) KAVRI sudah ikut dalam mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia khususnya bagi Kecamatan STM Hilir.

Salah satu pegawai Sekolah Menengah Pertama (SMP) KAVRI yang bekerja di bagian administrasi (tata usaha) yaitu Milih Barus, yang berasal dari masyarakat Kecamatan STM Hilir yang tamat SMA (Sekolah Menengah Atas) yang lulus dalam test untuk dijadikan sebagai salah pegawai bagian dari admistrasi. Sistem penerimaan tenaga kerja yang diterapkan oleh yayasan Sekolah Menengah Pertama (SMP) KAVRI tanpa adanya memandang suku ataupun agama dan bentuk sekolah agama ini bersifat nasional (bukan dikelolah oleh agama) yang melamar kerja di yayasan tersebut35

35

Wawancara dengan: Milih Barus, di Sekolah SMP Swasta KAVRI. Pada tanggal 23 November 2011


(3)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Bedasarkan hasil penelitian, Yayasan Perguruan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kesatuan Anak Veteran Republik Indonesia (KAVRI) Kecamatan STM Hilir dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Pertama, berdirinya Yayasan Perguruan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kesatuan Anak Veteran Republik Indonesia (KAVRI) tahun 1964 Kecamatan STM Hilir tepatnya berada di Desa Talun Kenas adalah hasil penrjuangan veteran. Para veteran melihat pentingnya sebuah lembaga pendidikan di Kecamatan STM Hilir bagi masyarakat terutama untuk generasi penerus. Oleh sebab itu mereka menngusulkan kepada Camat Minggep Ketaren. Supaya didirikan sebuah Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kecamatan STM Hilir, dan gedung yang diperjuangkan adalah bekas sekolah volkschool yang di bangun Belanda.

Kedua, perkembangan Yayasan Perguruan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kesatuan Anak Veteran Republik Indonesia (KAVRI) untuk melayani pendidikan terhadap masyarakat Kecamatan STM Hilir cenderung sangat lambat. Penambahan jumlah gedung sekolah dilakukan mulai dari tahun 1973. Akan tetapi, pembangunan gedung sekolah yang sangat berkembang pesat pada tahun 1981. Hal ini menyebabkan keterbatasan terhadap penerimaan jumlah siswa baru yang terbatas. Terhambatnya pembangunan ini karena kurang perhatian masyarakat dan pemerintah terhadap pendidikan.


(4)

Ketiga, pranan Yayasan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kesatuan Anak Vetran Republik Indonesia (KAVRI) berperan untuk memajukan pendidikan bagi masyarakat di daerah Talun Kenas, dan dengan adanya sekolah ini sangat berpengaruh besar bagi masyarakat sekitarnya dengan membuka lapangan pekerjaan.

6.2 Saran

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang sebernarnya maka di Yayasan Perguruan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kesatuan Anak Veteran Republik Indonesia (KAVRI), maka perlu diperhatikan dan diperbaiki. Untuk itu penulis memberi beberapa saran berikut ini:

1. Perlu ditingkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan supaya tingkat kepedulian terhadap keberadaan SMP KAVRI menjadi sekolah yang lebih berkualiatas dalam melahirkan SDM.

2. Pemerintah sebagai pengatur organisasi masyarakat harus lebih intensif terhadap perkembangan pendidikan, lambatnya perkembangan pendidikan (SMP KAVRI) karena kurang perhatian pemerintah dalam memberi dukungan terhadap perkembangan sekolah.

3. Pihak yayasan harus menanamkan kepercayaan terhadap masyarakat, supaya masyarakat mau bekerja sama dalam membangun sekolah untuk meningkatkan kualitas sekolah.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arsip Yayasan Perguruan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta KAVRI, 1990. Ahmad, Najili Shaleh. 1989. Pendidikan dan Manusia. Yogyakarta: Cv Bina

Usaha.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan STM Hilir Dalam Angka 1990.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan STM Hilir Dalam Angka 1995.

Data Arsip SMP Swasta KAVRI: Profil sekolah, 1995

Kartono, Kartini. 1997. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: PT Pradnya Paramita.

Kuntowijoyo. 1997. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang.

Kutoyo, Sutrisno dan Masjkuri. 1981. Sejarah Pendidikan Daerah Sumatera Utara. Medan: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Piderta, Made . 1997. Landasan Kependidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Purwanto,Ngalim M. 1989. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remadja Karya Cv Bandung.

Ritonga, Farida Hanum. dkk. 1993. Peranan Pendidikan Dalam Pembinaan Kebudayaan Nasional Daerah Sumatera Utara. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Said, M 1980. Pendidikan Abad Kedua Puluh Dengan Latar Belakang Kebudayaan. Jakarta: Mutiara.

Saputra, De Syahrial. 1993. Peranan Pendidikan dalam Pembinaan Kebudayaan Nasional Daerah Sumatera Utara. Medan: Departeman Pendidikan dan Kebudayaan.

Sanjaya, wina. 2008. Kurikulum dan pembelajaran: teori dan praktek pengembangan kurikulum tingkat satuan pembelajaran pendidikan (KTSP). Kencana: Jakarta.

Sjahnan, H.R. 1982. Dari Medan Area Ke Pedalaman Dan Kembali Ke-Kota Medan, Medan: Dinas Sejarah Kodam-II/BB.


(6)

Soetopo, Hidayat dan Wasty Seomanto. 1991. Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum Sebagai Substansi Problem Administrasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksar.

Supranto, J. 1986. Metode Riset: Aplikasinya Dalam Pemasaran Edisi Empat. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomo UI.

Wardiman. 1996. Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan.