berjumlah pada ajaran pertama adalah 18 orang. Hal inilah yang menjadi ketertarikan penulis ingin meneliti tentang perkembangan sekolah tersebut lebih
jauh lagi. Dari penjelasan di atas maka penulis mengangkat judul mengenai “Yayasan
Perguruan Sekolah Menengah Pertama SMP Kesatuan Anak Veteran Republik Indonesia KAVRI di Kecamatan STM Hilir 1964-1990”. Tahun 1964 sebagai
periode awal dari penelitian ini yang merupakan pembentukan Sekolah Menengah Pertama SMP. Tahun 1990 sebagai akhir dari penelitian ini bahwa selama kurun
waktu 26 tahun banyak terjadi perubahan, baik dari segi bangunan maupun sistem pendidikankurikulum Sekolah Yayasan Kavri tersebut. Seperti bertambahnya murid
dari tahun ke tahun.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan suatu hal yang terpenting dalam penelitian, sebab akan memudahkan penulis di dalam pengarahan pengumpulan sumber dalam rangka
memperoleh data yang relevan
4
1. Bagaimana latar belakang berdirinya Sekolah Menengah Pertama SMP
Yayasan Kavri. . Inilah yang akan menjadi landasan penulisan
nantinya pada bab-bab selanjutnya. Adapun permasalahan-permasalahan yang dibahas dapat dirumuskan sebagai
berikut:
4
J. Supranto, Metode Riset, Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 1986, hal. 18.
Universitas Sumatera Utara
2. Bagaimana perkembangan Sekolah Menengah Pertama SMP Yayasan
Kavri dari tahun 1964-1990. 3.
Apa Peranan Sekolah Menengah Pertama SMP Yayasan Kavri bagi masyarakat Talun Kenas.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian yang dirumuskan secara umum merupakan cara untuk memperoleh gambaran secara umum dari objek yang akan diteliti, dimana hasil
yang diperoleh dapat dipergunakan sebagai bahan untuk menyempurnakan perencanaan dasar dari perumusan masalah
5
1. Menjelaskan latar belakang berdirinya Sekolah Menengah Pertama
SMP Yayasan Kavri. . Adapun tujuan dari penelitian ini,
adalah:
2. Menjelaskan perkembangan Sekolah Menengah Pertama SMP Yayasan
Kavri tahun 1964-2000. 3.
Menjelaskan peranan Sekolah Menengah Pertama SMP Yayasan Kavri bagi masyarakat Talun Kenas
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Sebagai suatu sarana imformasi bagi masyarakat yang berkepentingan di Desa Talun Kenas.
2. Menjadi suatu masukan bagi pemerintah sebagai pengambil kebijakan
dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, khususnya bagi
5
Ibid., hal. 22.
Universitas Sumatera Utara
pemerintahan Kabupaten Deli Serdang, agar lebih memperhatikan kondisi pendidikan di daerah tersebut.
3. Menambah literatur kepustakaan yang dapat dimanfaatkan bagi
peningkatan ilmu pendidikan, khususnya ilmu sejarah dalam penelitian sejarah pendidikan.
1.4 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dilakukan untuk menemukan buku-buku, majalah, dan sebagainya yang paling relevan dengan objek yang dikaji. Dalam penelitian ini,
penulis membuat penuntun ataupun acuan yaitu berupa literatur kepustakaan yang
berkaitan dengan penelitian ini.
Masjkuri dan Sutrisno Kutoyo dalam bukunya yang berjudul Sejarah Pendidikan Daerah Sumatera Utara 1981, menjelaskan bahwa pendidikan di
daerah Sumatera Utara sejak zaman Hindu Budha sampai pada zaman setelah Indonesia merdeka. Pendidikan model barat ini mulai diperkenalkan terhadap
masyarakat Sumatera Utara yaitu sekitar abad 19, yang kemudian diikuti dengan penyebaran injil oleh para misionaris ke daerah-daerah Sumatera Utara. Dalam
menjalankan misinya para misionaris membutuhkan tenaga-tenaga terdidik untuk membantu misionaris. Oleh karena itu para misionaris mulai membangun sekolah-
sekolah yang dikenal dengan sekolah zending atau sekolah-sekolah Pendeta. Hal ini berbeda dengan sistem pendidikan pada masa Jepang yang bersifat kemiliteran dan
pendidikan ketika Indonesia merdeka mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Universitas Sumatera Utara
Dari buku ini penulis menjadikan sabagai acuan untuk dapat memberikan imformasi mengenai pendidikan di Sumatera Utara, yang mana dalam perkembangan
pendidikan dapat juga dirasakan oleh masyarakat Desa Talun Kenas yaitu dengan berdirinya sekolah Kavri.
Menurut Wardiman Djojonegoro, dalam bukunya Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia 1996, menjelaskan bahwa pendidikan
sebagai sarana sosialisasi merupakan kegiatan manusia yang melekat dalam kehidupan masyarakat, sehingga usia pendidikan hampir sama tuanya dengan usia
manusia dalam kehidupan bermasyarakat dan berbagai rentang peradaban. Perjalanan panjang perkembangan pendidikan di Indonesia sebelum kemerdekaan
dapat ditelusuri sejak zaman Hindu dan Budha pada abad ke-5 zaman penjajahan, hingga Indonesia merdeka. Dari perkembangan sejak zaman itu, diperoleh gambaran
bahwa pendidikan telah berlangsung sesuai dengan tuntutan zaman yang berbeda- beda dengan penyesueian pada ideologi, tujuan serta sistem penyampaiannya.
Dari buku ini penulis dapat menjadikan sebagai bahan acuan dalam penelitian. Bahwa pendidikan yang telah berkembang dari zaman ke zaman selama
lima puluh tahun perkembangan pendidikan di Indonesia khususnya bagi masyarakat Talun Kenas juga mengalami perkembangan pendidikan tersebut.
Senantiasa memperlihatkan terjadinya pergeseran pandangan masyarakat terhadap pendidikan pada zamannya masing-masing. Secara garis besar, semula pendidikan
hanya dipandang sebagai pembina budi pekerti, sikap dan perilaku, kemudian dipandang sebagai sarana untuk meningkatkan keterampilan warga negara yang
dapat menunjang produktivitas yang dapat dilihat dari mulainya tingkat kesadaran
Universitas Sumatera Utara
masyarakat Desa Talun Kenas untuk mengenyam pendidikan di Sekolah Yayasan Kavri.
Menurut Made Piderta, dalam bukunya Landasan Kependidikan 1997, Menjelaskan bahwa Pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia.
Anak-anak menerima pendidikan sejak dini dari orang tuanya, dan mana kala anak- anak ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka juga mendidik anak-anaknya.
Melalui pendidikan agama dan moral, begitu pula di sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa dididik oleh guru dan dosen, Dari buku ini penulis dapat
menjadikan acuan dalam penelitian, sebab buku ini banyak menjelaska mengenai konsep-konsep kependidikan dari berbagai bidang seperti bidang ekonomi,
psikologi, sosial budaya, hukum, serta bidang sejarah. Buku ini sangat membantu penulis dalam mengungkapkan pendidikan dari setiap bidangnya, sehingga mampu
menguraikan serta membedakan tujuan pendidikan dari segi yang berbeda. Menurut Syahrial De Saputra T, dalam bukunya Peranan Pendidikan Dalam
Pembinaan Kebudayaan Nasional Daerah Sumatera Utara 1993, menjelaskan bahwa Pendidikan adalah suatu proses yang panjang dan mencakup keselururuhan
yang dipelajari baik secara formal maupun non formal, yang menghasilkan kebudayaan bagi individu, membentuk kepribadiannya dan sosialisasi dirinya, yang
keseluruhannya melengkapi dirinya untuk hidup sebagai warga masyarakat. Beals and Hoijer,1959. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 2 tahun 1989
ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia yang berdasarkan pada pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945. Sedangkan yang dimaksud dengan kebudayaan
Universitas Sumatera Utara
bangsa Indonesia seperti yang tercantum dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budaya rakyat Indonesia
seluruhnya. Kebudayaan yang terdapat di daerah-daera seluruh Indonesia usaha kebudayaan tersebut harus menuju ke arah kemajuan adab budaya dan persatuan,
dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat
kemajuan bangsa Indonesia. Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara GBHN tahun 1988 dinyatakan antara lain bahwa dalam sektor kebudayaan terus menciptakan
suasana yang mendorong tumbuh dan berkembangnya rasa tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial, disiplin nasional serta sikap budaya yang mampu melakukan
pengembangan pembangunan, ekonomi,sosial masyarakat serta dapat mendukung dan memelihara budaya bangsa.
Buku-buku tersebut diatas dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam penelitian. Peranan pendidikan disetiap daerah tidak terlepas dari budayanya sendiri,
sehingga anak-anak bangsa dapat melestarikan dan membangun budaya tersebut melalui pendidikan.
1.5 Metode Penelitian