Rancangan Skematik Bangunan Amaliun Food Court

87 BAB VI PENERAPAN KRITERIA PERANCANGAN FISIK

6.1 Rancangan Skematik Bangunan Amaliun Food Court

Skema perencanaan bangunan Amaliun Food Court yang mengalami permasalahan pengakomodasian kegiatan penjualan retail makanan harus menanggapi kenyamanan dalam pelaksanaan aktivitas berikut luasan dan aksesibilitasnya. Kenyamanan yang dicapai dalam ketiga hal tersebut akan mengoptimalkan kinerja pengakomodasian aktivitas yang merupakan bagian dari aspek fungsional bangunan. Kenyamanan yang mengoptimalkan kinerja dicapai melalui penataan efektivitas posisi yang mempengaruhi personalisasi, perhitungan besaran ruang yang efisien walaupun mewadahi lebih banyak retail, serta efektivitas pencapaian yang informatif serta sirkulasi yang efisien. Hasil dari perencanaan fisik juga harus dapat berdampak akan kinerja bagian lainnya dari food court seperti area duduk pengunjung. Perencanaan aktivitas retail yang tertata dengan optimal dapat meningkatkan efektivitas ruang duduk pengunjung dari sisi keluasan view serta kenyamanan pengudaraan. Berikut adalah studi perancangan yang akan diterapkan pada melalui rancanagan skematik. Universitas Sumatera Utara 88 6.1.1 Rancangan skematik pelaksanaan aktivitas posisi dan personalisasi Pembagian area aktivitas berupa penzoningan pada rencana awal pelaksanaan aktivitas pada bangunan Amaliun Food Court telah direncanakan agar berkinerja dengan baik dalam mengakomodasi aspek fungsional. Perkembangan aktivitas yang terjadi merubah penzoningan dan mengancam kinerja aspek fungsional yang ada pada bangunan. Penelitian yang menjadi studi perancangan bangunan adalah berusaha mempertahankan kinerja aspek fungsional bangunan Amaliun Food Court dengan mengembalikan penzoningan ke posisi awal perencanaan dalam mengakomodasi kegiatan food court yang berkembangbertambah jumlah retailnya. Kondisi ini juga meminimalkan penggunaan area tepi bangunan dari aktivitas retail agar dapat diperoleh keluasan pandangview. Berdasarkan hal ini diharapkan kinerja aspek fungsional bangunan tetap optimal dalam pelaksanaan aktivitas. Adapun penzoningan yang direncanakan dalam studi perancangan adalah sebagai berikut pada Gambar 6.1. Penzoningan dalam pelaksanaan aktivitas berupaya mengoptimalkan kinerja retail dalam melaksanakan aktivitas penjualan makanan dengan meletakkan retail pada suatu area tertentu agar mudah dicapai pencapaian terhadap posisi dan personalisasi berdasarkan hasil survey pengguna dengan menggunakan rak pajang namun dilayani dengan jalur servis yang tidak dilihat pengunjung. Posisi retail yang juga sebaiknya agak ke dalam agar personalisasinya menjadi semi privat yang menurut survey juga tidak mengalami masalah apabila lebih ke dalam posisinya namun tetap memiliki pencapaian yang jelas. Universitas Sumatera Utara 89 Food Court Lantai 1 Tangga Lobby Ruang Serba Guna Area Losd dan jalur Service untuk 7 retail Sirkulasi Servis Gambar 6.1 Skematik Pelaksanaan Aktivitas bangunan Amaliun Food Court 6.1.2 Rancangan skematik luasan besaran ruang retail Besaran ruang secara keseluruhan pada bangunan Amaliun Food Court tidak berubah dari program ruang awal perencanaan. Besaran ruang yang tidak berubah ini disebabkan konsep perencanaan yang dilakukan pada studi perancangan aspek fungsional adalah efisiensi dan efektivitas penggunaan area dengan memperhatikan standard kebutuhan ruang gerak dan aktivitas. Efisiensi penggunaan area terjadi pada area retail yang dihilangkan pembatasnya kemudian setiap retail memiliki rak pajang yang tidak terlalu besar dan rumit namun tetap dapat digunakan dalam pelaksanaan Administrasi dan Servis Entrance Bangunan Posisi retail untuk 13 retail dengan personalisasi semi privat. Area Duduk Pengunjung yang kinerjaruangnya optimal keluasan pandangnya dan pengudaraan alami Posisi untuk Bar retail dengan personalisasi semi privat Posisi untuk 6 retail dengan personalisasi semi privat Universitas Sumatera Utara 90 penjualan makanann seperti pada Gambar 6.2. Hal ini dipilih berdasarkan hasil analisa terhadap penggunaan ruang pada area retail awal dan retail tambahan yang terjadi. Gambar 6.2 Contoh penyediaan retail Besaran ruang yang akan diperhitungkan adalah luasan bagi tiap retail agar dapat menampung jumlah pedagang retail yang ada yaitu 19 sembilan belas pedagang. Kesembilan belas pedagang makanan ini akan dibagi dalam dua area penjualan. Pelaksanaan penyediaan retail penjualan makanan yang berjumlah sembilan belas disediakan dalam dua area seperti pada Tabel 6.1. Tabel 6.1 Penyediaan Retail Kondisi retail bagi setiap unit losd pedagang diusahakan tanpa sekat pembatas yang masif Gambar 6.3 namun menggunakan rak pajang yang yang tidak terlalu besar Aktivitas Kegiatan Kebutuhan Ruang Retail unit Luas Ruangan m2 Kapasitas Luas m2 Luas Retail baru m2 Jumlah retail baru Aktivitas Utama Food Court Losd Penjual makananminuman Area 17 unit Area 23 unit 7.7 7.7 3 3 53,9 23,1 4 4 ±13 ± 6 Universitas Sumatera Utara 91 agar dapat mengakomodasi kegiatan penyediaan makanan yang dijual. Besaran rak pajang sebaik diseragamkan ukurannya agar pembagian wilayah bagi pedagang jelas serta memiliki sentuhan tampilan lokal yang dapat membantu identitas pedagang dan makanan yang ditampilkan. Identitas dengan tampilan lokal ini diharapkan mampu memberikan suasana yang lebih nyaman bagi pengunjung yang menikmati makanan pada area duduk. Pengoptimalan area ini diharapkan dapat memfasilitasi pedagang retail keseluruhan agar area tepi bangunan tetap dapat digunakan sebagai area pandang maupun duduk pengunjung Amaliun Food Court. ±1.50 ±3.00 Gambar 6.3 Skematik Unit Retail Tanpa Sekat Masif Pencapaian bagi tiap unit Rak pajang makanan Rak Perlengkapan Sekat Pembatas Pandang Tampilan dagangan yang informative juga berfungsi sebagai pembatas Pencapaian bagi tiap unit Universitas Sumatera Utara 92 Rak pajang makanan Sekat Pembatas Pandang Pencapaian Servis Sirkulasi Pengunjung 6.1.3 Rancangan Skematik Aksesibilitas Pencapaian Retail dan Sirkulasi Sirkulasi yang di hasilkan berdasarkan pelaksanaan ruang dan penyediaan ruang berdasarkan studi diatas menjadi sesuai dengan kinerja yang diharapkan pada kondisi awal bangunan Amaliun Food Court Gambar 6.4. Sirkulasi pada bangunan menurut rencana awal yang dipisahkan antara sirkulasi pengunjung dan servis agar kegiatan hang outnongkrong pengunjung dapat berlangsung dengan baik tanpa gangguan menikmati keberadaan lingkungan sekitar yang menarik. Sementara pencapaian yang direncanakan adalah hilangnya dinding masif yang diganti dengan pengadaan furniture bagi retail agar pencapaian dan informasi makanan dapat optimal bagi aktivitas perdagangan makanan yang direncanakan. Tercapainya kondisi pencapaian yang jelas beserta sirkulasi servis ini memungkinkan untuk tercapainya kinerja yang optimal bagi aspek fungsionalkegunaan bangunan Amaliun Food Court. Sirkulasi Servis Gambar 6.4 Skematik Pencapaian dan Sirkulasi Pencapaian bagi tiap unit Rak Perlengkapan Universitas Sumatera Utara 93

6.2 Model Penerapan Rancangan Skematik ditinjau Berdasarkan Aspek Fungsional.