Kerangka Pendekatan dan Metode Identifikasi Masalah dan Kebutuhan.

16 bawahannya agar pengunjung tetap terlayani dengan baik. Sementara para pedagang retail dianggap sebagai bagian yang sejajar dengan para supervisor dari bagian struktur organisasi sehingga langsung bertanggung jawabberurusan dengan manager opersional dan akan dilayani oleh setiap anggota dari bagian yanga ada. Kegiatan yang ada pada bangunan Amaliun Food Court secara umum dikendalikan oleh manager operasional. Baik dari operasional administrasi maupun pelayanan publik. Manager operasional adalah motor yang bertanggung jawab langsung kepada pemilik proyek Amaliun Food Court. Hal ini terlihat dari struktur organisasi dimana retailtenant langsung berhadapan dengan manager operasional dan menyelesaikan biaya sewa kepada bagian administrasi. Berdasarkan deskripsi diatas dapat disimpulkan bahwasanya hirarki organisasi yang ada serta hubungan yang terjadi dalam fungsikegiatan menentukan sejauh mana suatu bagian dapat melayani dan berinteraksi. Hal ini dapat digambarkan bahwa bagian service dan bar bertugas melayani urusan pelayanan pengunjung tanpa membedakan retail yang ada.Hal ini sedikit berbeda dengan bagian administrasi yang berhubungan dengan pengunjung hanya melalui seorang staff kasir dimana dapat juga berhubungan dan mengawasi tenantretail yang ada.

2.2 Kerangka Pendekatan dan Metode Identifikasi Masalah dan Kebutuhan.

Penelitian ini akan melihat bagaimana aspek fungsional pada bangunan Amliun Food Court yang mengalami perkembangan aktivitaskegiatan sebagai masalah yang Universitas Sumatera Utara 17 akan dievaluasi kinerjanya. Diagram Kerangka konseptual pada Gambar 1.1. yang ada dalam Bab Pendahuluan menjadi dasar dalam menjabarkan bagaimana penelitian ini akan dilakukan. Kerangka pendekatan identifikasi masalah dan kebutuhan berdasarakan hal tersebut diatas dapat dilihat pada Gambar 2.5. Gambar 2.5 Diagram Kerangka Pendekatan Identifikasi Masalah dan Kebutuhan. Kerangka pendekatan diatas akan mengatasi masalah dengan evaluasi kinerja bangunan berdasarkan kinerja saat ini yang mengalami perubahan. Perubahan yang Lingkaran Hidup Bangunan Amaliun Food CourtProses Disain Implementasi Pasca Huni Perencanaan Penggunaan bangunan mengalami perubahan aspek fungsional dalam akomodasi kegiatan dimana jumlah retail menjadi 19 tanpa penambahan area sehingga menggunakan area duduk pengunjung sebagai pelaksanaan retail yang bertambah jumlahnya. Bangunan Amaliun Food Court direncanakan dengan dengan aspek fungsional yang mengakomodasi kegiatanaktivitas penjualan makanan dengan sistem food court sebanyak 12 retail dan 1 bar minuman untuk melayani 150-200 titik duduk pengunjung. Identifikasi Aspek Fungsional perancangan bangunan Amaliun Food dalam mengakomodasi kegiatan retail pedagang yang berkembang. Bagaimana evaluasi kinerja aspek fungsional agar tetap dalam mengakomodasi perkembangan aktivitas retail . BPE pada area food court dengan menyatukan persepsi pengguna dan perencana berdasarkan pemetaan matriks sehingga kinerja Universitas Sumatera Utara 18 terjadi dibandingkan dengan kinerja awal mengalami masalah dalam mengakomodasi kenyamanan pelaksanaan aktivitas retail yang mempengaruhi kondisi kenyamanan penggunapengunjung. Perubahan kinerja ini dibahas dalam penelitian ini dalam bentuk studi terhadap disain perancangan bangunan yang aspek fungsional berupa pengakomodasian aktivitas retail.

2.3 Identifikasi Kinerja Aspek Fungsional