Kerangka Konseptual Deskripsi Bangunan Amaliun Food Court

9 Bab V merupakan bahasan penelitian yang menjabarkan hal hal apa yang menjadi persyaratan dalam upaya menyelesaikan permasalahan yang disintesa dalam bab sebelumnya berdasarkan pola kegiatan, penggunaan ruang, struktur organisasi dan standard yang sesuai. BAB VI. PENERAPAN KINERJA FUNGSI TERHADAP FISIK BANGUNAN AMALIUN FOOD COURT. Bab VI merupakan proses penerapan dan pengujian kriteria yang ditetapkan pada Bab V terhadap masalah bangunan Amaliun Food Court yang disintesa dalam Bab IV secara kinerja aspek fungsional yang dibahas dalam pola kegiatan, penggunaan ruang, struktur organisasi dan standard yang sesuai. BAB VII. EVALUASI AKHIR DAN REKOMENDASI TERHADAP BANGUNAN AMALIUN FOOD COURT. Bab VII adalah penulisan hasil akhir dari penelitian dan rekomendasi yang sebaiknya dilakukan terhadap bangunan Amaliun Food Court dari sisi aspek fungsionalnya.

1.9 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian ini dalam membahas kinerja aspek fungsional bangunan adalah sebagai berikut Gambar 1.1. Universitas Sumatera Utara 10 Gambar 1.1 Diagram Kerangka Konseptual Lingkaran Hidup BangunanProses Disain Implementasi Pasca Huni Perencanaan Pemakaian Fisik Bangunan yang tetap luasannya namun mengalami perubahan Aspek Fungsional Kapasitas dan Pola yang berubah Perencanaan Fungsi Fisik Bangunan dengan Aspek FungsionalKegunaan Kapasitas dan Pola Ruang Apakah Kinerja Fisik Bangunan efisiensi dan effektivitas bangunan masih memenuhi standard pelayanan ruang berdasarkan kapasitas yang berubahberdasarkan Aspek Fungsional Kegunaan Kinerja Fisik Bangunan berdasarkan AspekFungsional Kegunaan Building Performance Evaluation Universitas Sumatera Utara 11 BAB II IDENTIFIKASI MASALAH DAN KEBUTUHAN PADA BANGUNAN

2.1 Deskripsi Bangunan Amaliun Food Court

Penelitian yang dilakukan pada penulisan tesis ini adalah suatu evaluasi kinerja dari bangunan akibat adanya perubahan penggunaan setelah masa pembangunan.Evaluasi kinerja bangunan akibat perubahan pada masa penggunaan yang menjadi studi kasus bahasan adalah Amaliun Food Court yang merupakan sebuah lembaga komersial dengan keberadaan lokasi di Jl. Amaliun no 3 Kelurahan Kota Matsum, Kecamatan Medan Kota, Medan. Bangunan Amaliun Food Court menempati lahan dengan luas area 1000 m2 dengan luas bangunan 1500 m2. Berdasarkan kondisi ini, maka bangunan Amaliun Food Court merupakan bangunan tunggal dengan jumlah lantai dua yang melaksanakan aktivitas jasa komersial berupa restoranpenjualan makanan dan minuman dengan sistem retail food court pada lantai satu Gambar 2.1 dan denah lantai Gambar 2.2 melaksanakan jasa penyewaan ruang serba guna. Sementara status kepemilikan bangunan Amaliun Food Court adalah Swasta dengan status penggunaan lahan adalah Status HakMilik SHM. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1 Denah Lantai 1 Gambar 2.2 Denah Lantai 2 Area retail pedagang Area pengunjung food court Ruang Serba Akses turun ke lantai 1 Panggung Ruang persiapan tranportasi vertikal Tranportasi vertikal servis di lantai 1 Lobby Ruang Serba Guna dan akses ke lantai 2 12 Area retail pedagang Ruang persiapan tranportasi vertikal Tranportasi vertikal servis di lantai 1 Lobby Ruang Serba Guna Universitas Sumatera Utara 13 Berdasarkan gambar denah diatas untuk mendukung fisik bangunan Amaliun Food Court menggunakan sistem struktur kolom dan balok. Sistem struktur kolom dan balok pada bangunan menggunakan material struktur baja dengan material dinding yang menggunakan bata. Adapun sistem sirkulasi vertikal menggunakan tangga manual yang terletak disalah satu sisi bangunan. Orientasi bangunan selatan dan utara serta timur sehingga pencahayaan merata sepanjang hari setiap tahun untuk bangunan. Pada awal berdirinya Amaliun Food Court di tahun 2009 direncanakan memiliki 2 aktivitas utama yaitu: bisnis makanan dengan sistem food court dan bisnis penyewaan gedung berupa Ruang Serba Guna. Adapun untuk aktivitas food court retail penjual makanan dan minuman dipersiapkan untuk 12 losd dengan kapasitas pengunjung sekitar 100 orang. Sementara Ruang Serba Guna dapat berkapasitas 150 - 200 orang. Hal lain adalah adanya bangunan disisi utara yang digunakan sebagai area servis yang melayani bangunan utama Amaliun Food Court. Seiring dengan berjalannya waktu terjadi perkembangan aktivitas di Amaliun Food Court. Perkembangan aktivitaskegiatan tersebut adalah retail penjual makanan yang menggunakan losd awal 9 dan losd tambahan 10 serta 3 item losd awal yang disatukan menjadi area bar minuman. Diletakannya area bar minuman pada area losd menjadikan area bar ditengah area duduk pengunjung digunakan sebagai area promosi. Perkembangan kegiatan ini tidak didukung dengan keberadaan bangunan yang baru namun menggunakan area tepi bangunan teras dan pedestrian. Universitas Sumatera Utara Penggunaan ruang dalamperkembangan kegiatan kurang memperhatikan aspek fungsionalsecara sirkulasi, perletakan aktivitas dan ruang maupun hubungan ruang yang terjadi serta kenyamanan penggun dapat dilihat pada Gambar 2.3. Gambar 2.3 Denah Perubahan Aspek Fungsional Area Teras dan Pedestrian Menjadi Area Perkembangan Area Pedestrian dan Parkir Roda 2 Menjadi Duduk Pengunjung Perkembangan Penggunaan ruang dalamperkembangan kegiatan kurang memperhatikan aspek fungsionalsecara sirkulasi, perletakan aktivitas dan ruang maupun hubungan ruang yang terjadi serta kenyamanan pengguna. Kondisi perubahan aspek fungsional ini dapat dilihat pada Gambar 2.3. Gambar 2.3 Denah Perubahan Aspek Fungsional Losd Awal Area Bar menjadi Area Displaypameran Area Teras dan Pedestrian Menjadi Area Perkembangan Area Pedestrian dan Parkir Menjadi Duduk Pengunjung Perkembangan Losd Awal Menjadi Area Bar Minuman 14 Penggunaan ruang dalamperkembangan kegiatan kurang memperhatikan aspek fungsionalsecara sirkulasi, perletakan aktivitas dan ruang maupun hubungan ruang a. Kondisi perubahan aspek fungsional ini Gambar 2.3 Denah Perubahan Aspek Fungsional Losd Awal Area Bar menjadi Area Displaypameran Losd Awal Menjadi Area Bar Minuman Universitas Sumatera Utara 15 Struktur Organisasi sumber daya manusia bangunan Amaliun Food Court pada Gambar 2.4 tidak memiliki banyak tingkatan maupun bagian. Bagian yang ada hanya merupakan usaha pelayanan dalam upaya pelaksanaan aktivitas. Baik pelaksanaan aktivitas pedagang makanan maupun pengunjung yang akan menikmati makanan. Gambar 2.4 Struktur Organisasi Sumber Daya Manusia Amaliun Food Court Sumber daya manusia yang melayani aktivitas bangunan Amaliun Food Court secara tingkatan struktur organisasi hampir sepenuhnya beraktivitas pada area food court. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.4 diatas dimana pengunjung berhubungan dan dilayani oleh bagian kebersihan, pramusaji, kasir serta pedagang makananminuman retail. Supervisor yang ada harus mengawasi kegiatan para PemilikOwner1 Manager Operasional1 Supervisor Servis1 Supervisor Bar1 Supervisor Administrasi dan Keuangan1 PelayanPramusaji untuk aktivitas retail dan kebersihan30 PelayanPramusaji untuk aktivitas bar8 Pegawai Administrasi dan Keuangan5 TenantRetail19 Pengunjung Amaliun Food Court150-200 Universitas Sumatera Utara 16 bawahannya agar pengunjung tetap terlayani dengan baik. Sementara para pedagang retail dianggap sebagai bagian yang sejajar dengan para supervisor dari bagian struktur organisasi sehingga langsung bertanggung jawabberurusan dengan manager opersional dan akan dilayani oleh setiap anggota dari bagian yanga ada. Kegiatan yang ada pada bangunan Amaliun Food Court secara umum dikendalikan oleh manager operasional. Baik dari operasional administrasi maupun pelayanan publik. Manager operasional adalah motor yang bertanggung jawab langsung kepada pemilik proyek Amaliun Food Court. Hal ini terlihat dari struktur organisasi dimana retailtenant langsung berhadapan dengan manager operasional dan menyelesaikan biaya sewa kepada bagian administrasi. Berdasarkan deskripsi diatas dapat disimpulkan bahwasanya hirarki organisasi yang ada serta hubungan yang terjadi dalam fungsikegiatan menentukan sejauh mana suatu bagian dapat melayani dan berinteraksi. Hal ini dapat digambarkan bahwa bagian service dan bar bertugas melayani urusan pelayanan pengunjung tanpa membedakan retail yang ada.Hal ini sedikit berbeda dengan bagian administrasi yang berhubungan dengan pengunjung hanya melalui seorang staff kasir dimana dapat juga berhubungan dan mengawasi tenantretail yang ada.

2.2 Kerangka Pendekatan dan Metode Identifikasi Masalah dan Kebutuhan.