Alternatif Konsep Aspek Fungsional I Penataan aktivitas food courtretail hanya di lantai 1

66 Amaliun Food Court kembali berkinerja baik aspek fungsionalnya. Strategi penyelesaian harus dapat menjawab dengan baik kebutuhan sebagaimana yang telah disimpulkan yaitu perencanaan pencapaian retail yang posisinya terlihatterakses secara pandangan oleh pengunjung namun dilayani dengan service yang memiliki jalur yang jelas dan merata. Strategi penyelesaian masalah akomodasi aktivitas ini juga harus mempertimbangkan luasan bangunan serta lahan yang tersedia. Hal ini menjadikan strategi dalam menyelesaikan masalah tersebut tersebut adalah sebagai berikut: 1. Penataan aktivitas food court retail hanya di lantai 1 satu. 2. Penataan dan pengalih fungsian sebagian ruang serba guna. Pemecahan masalah ini diharapkan mampu memenuhi standar kenyamanan agar evaluasi kinerja yang dilakukan pada bangunan bangunan memiliki kualitas akomodasi aktivitas. Pengakomodasian aktivitas merupakan tugas utamadasar basic function menurut Jhon Lang dan Walter Moleski dari sutu bangunan. Strategi penyelesaian masalah kinerja akan akan dibahas dan dievalusai pada bagian penelitian berikutnya ini.

4.2 Alternatif Konsep Aspek Fungsional I Penataan aktivitas food courtretail hanya di lantai 1

Perkembangan aktivitas pada bangunan Amaliun Food Court didominasi oleh bertambahnya jumlah retail pedagang yang ada. Jumlah retail pedagang yang awalnya Universitas Sumatera Utara 67 direncanakan untuk 12 retail dalam bentuk losd menjadi 19 retail. Keberadaan retail retail ini menempati 9 retail awal dan tambahan 10 retail tambahan. Posisi retail tambahan adalah 3 retail disisi barat dan 7 retail disisi timur. Tujuh retail tambahan ini menempati area tepi bangunan yang diperuntukan sebagai area duduk and tiga retail menempati area tepi site yang merupakan area sirkulasi servis. Keberadaan retail tambahan ini membutuhkan penataan ruang yang memiliki posisi dan personalisasi yang sesuai rencana pelaksanaan awal aktivitas food court berikut sirkulasi akibat perkembangan. Penyediaan ruang yang memperhatikan aktivitas yang sesuai pola aktivitas serta sirkulasi yang direncanakan adalah upaya mengoptimalkan kinerja aspek fungsional bangunan Amaliun Food Court. Penataan ruang bagi aktivitas retail diusahakan sesuai dengan pola aktivitas dan sirkulasi. Pola aktivitas retail yang sejak awal direncanakan berupa deretan losd posisi yang berada pada suatu area tertentu yang terkoneksi dengan area duduk pengunjung melalui bagian depan yang didisain seperti portal jendela. Kondisi disain ini memang efektif dari sisi kebersihan tampilan, namun tidak efisien dalam menginformasikan menu sehingga kurang menarik perhatian pengguna Gambar 3.4. Kelemahan lain dari kondisi retail awal adalah besaran ruang yang ternyata tidak efektif penggunaannya. Hal ini disebabkan area kerja yang berada di belakang retail tidak terlalu intens digunakan karena pedagang pada umumnya membawa logistik dagangan dalam kondisi sudah dimasak atau separuh matang atau makanan yang pengerjaannya tidak sulit. Pedagang juga tidak menyediakan perangkat makan karena Universitas Sumatera Utara 68 sudah disediakan dan dikelola oleh pengelola bangunan. Berdasarkan informasi tersebut diatas, maka penyediaan besaran ruang bagi retail diusahakan dapat mencukupi kebutuhan retail yang berjumlah 19 serta area bar yang merupakan pedagang minuman bagi food court. Penataan ruang bagi retail yang berada pada satu area ini selain selaras dengan pola kegiatan juga terhadap sirkulasi. Sirkulasi service yang tumpang tindih pada beberapa titik lokasi diharapkan dapat diperbaiki sesuai dengan kondisi awal sehingga tidak menyatu dengan sirkulasi pengunjung. Hal ini juga diharapkan dapat menyediakan area duduk pengunjung yang utuh karena tidak terpisah oleh retail yang ada. Penataan pelaksanaan aktivitas retail yang diletakan pada satu zona tertentu yang sesuai dengan kondisi awal juga diharapkan mampu mengembalikan personalisasi retail. Personalisasi retail yang dipadatkan pada satu zona tetap sesuai dengan rencana awal namun mengubah besaran retail menjadi lebih kecil dengan tampilan yang lebih terbuka pencapaian lebih mudah dari dan ke pengunjung Gambar 4.7. Kondisi ini juga akan mengoptimalkan jalur servis tanpa tumpang tindih lagi sehingga pelaksanaan aktivitas retail yang berkembang tidak lagi mengganggu kinerja bangunan dalam mengakomodasi aktivitas. Konsep pemecahan masalah penataan ruang ini diharapkan mampu meningkatkan kinerja aspek fungsional bangunan Amaliun Food Court. Adapun konsep tersebut secara skematik diagram adalah sebagai berikut pada Gambar 4.7. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.7 Skematik Konsep Penyediaan Ruang Hanya di Lantai 1 4.3 Alternatif Konsep Aspek Fungsional II Penyediaan Ruang berdasarkan Pengalihfungsian Ruang Serba Guna